BAB 21

"A-apa maksud anda tuan?" tanya Arthur dengan tubuh gemetar Zein tersenyum miring di iringi dengan sorot mata tajam, ia berdecak kesal.

Brakkkk...

Zein mendorong meja kerjanya dengan kuat menimbulkan bunyi nyaring, hal itu membuat Arthur sangat terkejut sehingga jantungnya berdetak dua kali lipat lebih kencang.

"Oh ya ? kau berpura pura tidak tau ternyata, hmm" ucap Zein berjalan pelan menghampiri Arthur, dengan kedua tangan berada di dalam saku celananya. Melihat Zein menghampiri dirinya, Arthur menelan ludah kasar seketika ia berkeringat dingin.

"Sa-saya sungguh tidak tau a-apa maksud anda tuan," ucap Arthur dengan terbata bata.

"Maling mana ada yang mau ngaku?," ketus Zein menarik sudut bibirnya.

"William," panggil Zein memberikan kode kepada asistennya itu. William langsung menganggukkan kepala tanda ia mengerti apa yang di maksud oleh Zein.

"Bawa parasit ini ke tahanan bawah tanah," kata zein dengan datar tanpa ekspresi. Mendengar ucapan sang atasan Arthur langsung berlutut di kaki Zein memohon maaf.

"Ampun...ampuni saya tuan, sa-saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi tuan," Arthur berlutut di kaki Zein sambil memohon dengan tubuh yang bergetar.

"Saya mohon tuan...

Dengan emosi tersulut Zein menendang tubuh Arthur, sehingga membuat lelaki tua itu terpental ke lantai.

"Akhhh"

"Setelah kau menggelapkan dana perusahaan, dengan entengnya meminta maaf, apa kau pikir mencari uang itu semudah berkata hah?,"

"Singkirkan badebah ini sekarang juga." perintah Zein kepada asistennya. William langsung menyeret Arthur.

"Tidak tidak, saya mohon tuan ampuni saya" pekik Arthur berusaha memberontak dari cekalan William bak orang gila.

"Saya mohon tuan," teriak Arthur.

"Diam," bentak William emosi dia langsung menarik tubuh bangka tua itu menuju ruangan bawah tanah dimana tempat para tahanan yang membuat masalah dengan Zein.

Setelah kepergian William, Zein membaca beberapa laporan yang janggal. "Kurang ajar." cetus Zein frustasi sembari melemparkan berkas yang baru di bacanya ke sembarang arah.

"Drrrttt"

"Drrrttt"

"Drrrrtt"

Zein menghela nafas berat melihat sang mama menelpon dirinya di saat yang tidak tepat. "Halo ada apa ma?."

"Alex kamu di mana, cepat pulang ke mansion utama sekarang juga." perintah mama Venny dengan nada ketus.

"Tapi ma aku lagi banyak kerjaa...

"Tidak ada tapi tapian Lex, pokok nya mama tidak mau tahu kamu cepat pulang sekarang atau...

"Iya iya aku pulang biar mama puas" kesal Zein lalu memutuskan sambungan telpon secara sepihak. Zein mengerang frustasi, lalu beranjak dia harus segera pulang sebelum sang macan betina itu kembali mengamuk, Zein tidak tau apa yang di rencanakan oleh mamanya itu.

Selama berjalan Zein tetap seperti biasanya memasang muka datar nan dingin tak lupa dengan tatapan tajam nya, sehingga membuat setiap karyawan yang di laluinya menundukkan kepala bahkan tak jarang tidak mereka berani menyapa sang atasan.

Kali ini Zein menyetir sendiri karena William menyelesaikan parasit parasit yang bersemayam di dalam perusahaan.

Di lain tempat terlihat lah Celin merasa senang melihat bunga nga yang bermekaran di halaman belakang mansion. "Wah indah sekali bunga ini" ucap Celin sembari mengendus aroma bunga mawar putih.

"Bagus ya non bunganya," ujar bibi Jum yang datang dari belakang sembari membawa air untuk menyiram bunga.

"Iya bi bagus sekali aku suka," kata Celin tersenyum merekah melihat beragam jenis bunga yang tersusun rapi di sana, mulai dari jenis mawar, anggrek, lavender dan masih banyak lagi yang Celin tidak tau apa namanya.

"Bunga itu nyonya Venny yang tanam, beliau sangat menyukai bunga," bibi Jum ikut tersenyum, ia menyiram bunga bunga itu yang tersusun rapi di dalam pot.

"Oh, eh sini bi biar aku saja yang siram,"

"Ini silahkan, nyiram nya secukupnya saja ya jangan terlalu banyak," ucap bibi mengingatkan, Celin menganggukkan kepala tanda mengerti.

Bibi Jum menghela nafas lega melihat Celin yang akhir akhir ini lebih banyak tersenyum, ia ikut merasa bahagia semenjak Celin datang ke mansion ini.

"Ya sudah bibi pergi kedalam dulu ya non,"

"iya Bi." kata Celin tersenyum. Selang beberapa lama Lira datang mengganggu aktifitas Celin.

"Eh kampungan," cetus Lira sinis. Mendengar itu Celin menyipitkan mata, lalu menghentikan aktifitasnya.

"Ada apa?," tanya Celin malas, ia berdecak kesal melihat ulat bulu keket menghampirinya.

"Kamu setrika tu pakaian," perintah Lira seenak jidatnya.

"Tidak bisa, itu kan bagian kamu kenapa nyuruh saya," tolak Celin.

Mendengar penolakan Celin Lira melebarkan matanya karena tidak terima penolakan. "Wow kamu berani ya menolak perintah saya," tunjuk Lira dengan muka masam.

"Memangnya kamu siapa," tanya Celin melipat tangan di dada, ia memandang remeh wanita itu.

"Heh kamu tidak tau ya saya siapa? tidak usah banyak tanya jelas jelas saya calon nyonya di mansion ini, jadi kamu harus tunduh dan patuh." ucap Lira mengibaskan rambutnya.

Celin melotot, ia seketika ingin muntah mendengar kalimat yang jelas jelas tidak memungkin kan itu.

"Hueek," ekspresi Celin mengejek Lira.

"Hei pembantu sialan maksud kamu apa begitu ha," teriak Lira emosi sehingga wajahnya memerah.

"Hey ikan buntal, pembantu kok teriak pembantu sadar diri dong," sinis Celin lalu meninggalkan Lira, karena malas menanggapi orang yang sok berkuasa itu.

"Arghh siall, awas kau gadis kampungan jika aku jadi nyonya di rumah ini kau harus bertekuk lutut kepadaku." ujar Lira mengacak acak rambutnya karena emosi, ia sangat membenci gadis itu.

Sesampainya di mansion utama Zein langsung di sambut oleh mama Venny. "Akhirnya kamu pulang juga son," sambut Venny tersenyum merekah lalu menggandeng anak semata wayangnya itu masuk kedalam.

Zein menghela nafas dalam karena sudah menduga duga apa yang akan terjadi selanjutnya. "Ma, kenapa sih nyuruh Alex pulang. Mama kan tau Alex itu sangat sibuk," keluhnya.

"Ck sibuk terus kamu cari istrinya kapan, mama itu tidak sabar pengen gendong cucu." kesal mama Venny. Zein hanya bisa terdiam, jika dia ikut membahas hal itu, masalah nya akan lebih panjang.

Sesampainya di ruang tamu, Zein memijit pangkal hidung karena merasa pusing. "Oh hallo jeng, ini perkenalkan putra saya. Maaf ya lama soalnya dia orangnya super sibuk," kata mama Venny merasa girang sembari menuntun Zein duduk di sofa.

"Tidak masalah jeng, siapa yang tidak mengenal Zein Alexander sang pengusaha hebat, pastilah jadwalnya padat dan super sibuk," ucap teman sosialita Venny, ia menatap kagum wajah tampan putra temannya itu.

"Oh iya Lex, perkenalkan ini nyonya Maria mamanya Lalista model terkenal yang viral itu lho dia sangat cantik, berpendidikan, iya kan jeng." ucap mama Venny antusias. Nyonya Maria mengangguk tersenyum bangga.

"Oh iya Lalista nya mana jeng?,"

"Oh itu, Lalista nya masih dalam perjalanan sebentar lagi juga datang," ucap Nyonya Maria.

"Ma sudah lah." ketus Zein beranjak berdiri, dia sudah malas di kenalkan seperti ini membuat dirinya muak

"Tapi Zein" mama Veny ikut berdiri.

"Ma please, Zein sibuk." Zein langsung meninggalkan ruang tamu dengan langkah lebar, muak karena meladani hal seperti ini membuat waktunya terbuang sia sia saja, bagi nya waktu adalah uang.

"Alex kamu mau kemana, Lalista sebentar lagi datang kamu harus bertemu dengannya." pekik Venny, kesal dengan putranya.

Zein sama sekali tak menggubris teriakan ibunya. IA terus berjalan dengan langkah lebar tak lupa memasang wajah datarnya.

"Huh, maaf ya jeng," Venny memaksakan senyum merasa malu dengan temannya itu.

"Ah tidak apa apa jeng, kita bisa atur lagi pertemuannya lain kali." ujar nyonya Maria tersenyum penuh arti.

"Hallo tante." sapa Lalista.

"Eh ini Lalista kan, wah kamu ternyata lebih cantik aslinya dari pada di foto," puji mama Venny antusias.

"Ah tante bisa aja," Lalista tersenyum malu.

"Sini duduk di dekat tante sayang,"

Dengan senang hati Lalista berjalan anggun mendekati wanita paruh baya itu, sembari melirik sang mama dengan senyuman penuh arti.

"Tante apa kabar." tanyanya duduk di samping Venny.

"Alhamdulillah tante sangat baik," Venny menatap kagum Lalista.

"Iya, jangan lupa untuk jaga kesehatan ya tante,"

"Ah iya tentu saja, kamu ini manis sekali." kata Venny, merasa senang mendapat perhatian kecil itu.

"Oh ya Zein nya mana tante?," ia mengedarkan pandangannya mencari sosok pria yang akan menjadi calon suaminya.

"Eh itu, maaf ya sayang Zein kembali ke kantor banyak kerjaan katanya," ucap mama Veny sembari mengelus tangan Lalista.

Lalista mengangguk tanda mengerti " Ya sudah tidak apa apa lah tan, namanya juga seorang pemimpin menguras waktu dan tenaga, pasti kerjaan nya banyak sekali,"

Venny mengangguk mengiyakan, "Lalista kamu ini pengertian sekali, kalo kamu jadi istrinya Alex, tante pasti sangat senang."

"Hem tante bisa aja, tapi aku kurang merasa percaya diri deh tan, anak tante itu kan tampan dan sukses dalam berbisnis, aku merasa tak pantas untuk bersanding dengannya secara kan masih banyak wanita cantik di luaran sana yang ingin jadi istri Zein," ucap Lalista menatap mama Venny sendu.

Maria tersenyum sambil menyimak percakapan mereka, ia sangat senang jika berbesanan dengan Venny. Apalagi menantunya itu adalah pengusaha tersukses di dalam negri, pasti citranya akan melambung tinggi jika putrinya menikah dengan pria itu.

"Eh mana ada kamu itu juga cantik lho sayang, tante rasa kamu lebih pantas dari pada wanita yang lainnya, emangnya kamu tidak mau jadi menantu tante nih, sedih lho tante jadinya,"

Lalista menatap mamanya yang sedari tadi menyimak. "Aku sih ikut ikut aja lah tante, tapi Zein nya gimana?,"

"Ah tidak usah di pikir kan kalian pendekatan saja dulu, oh ya bagaimana jika kamu saja yang mendampingi Alex untuk menghadiri acara pernikahan koleganya,"

"Ah tentu saja aku mau tan, tetapi gimana kalau dia menolak" lirih Lalista merasa sedih.

"Tidak usah di pikirkan biar tante yang urus" ucap mama Venny meyakinkan.

_To Be Continued_

Terpopuler

Comments

epifania rendo

epifania rendo

mama venny hati"pilih menantu

2024-03-14

1

lihat semua
Episodes
1 Awal
2 Tersiksa
3 Menjadi pelayan
4 Ada Apa Denganku?
5 Siapa Gadis Itu Lex?
6 BAB 06
7 BAB 08
8 Tamat Lah Riwayatmu Nona
9 BAB 10
10 BAB 11
11 BAB 12
12 BAB 13
13 BAB 14
14 BAB 15
15 BAB 16
16 BAB 17
17 BAB 17
18 BAB 19
19 BAB 20
20 BAB 21
21 BAB 22
22 BAB 23
23 BAB 24
24 BAB 25
25 BAB 26
26 BAB 27
27 BAB 28
28 BAB 29
29 BAB 30
30 BAB 31
31 BAB 32
32 BAB 33
33 BAB 34
34 BAB 34
35 BAB 35
36 BAB 36
37 BAB 37
38 Kalian Berdua Ikut Aku
39 BAB 39
40 BAB 40
41 BAB 41
42 BAB 42
43 BAB 43
44 BAB 44
45 BAB 45
46 BAB 46
47 BAB 47
48 BAB 48
49 BAB 49
50 BAB 50
51 BAB 51
52 BAB 52
53 BAB 53
54 Akhirnya Aku Punya Cucu
55 Hormon Ibu Hamil
56 Perasaan Apa Ini
57 Gawat
58 Hampir Saja
59 Chaterine?
60 Aku Hanya Mau Kamu
61 Pertemuan Tak Terduga
62 Kenalan Lama
63 Panti Asuhan
64 Kalung
65 Petunjuk
66 Musuh
67 Tikus Kecil
68 Kerja Sama
69 Bangkrut
70 Maaf
71 Racun
72 Raisa?
73 Kemana Dia
74 Di Mana Pemilik Panti
75 Aku Adalah Kekasih Zein
76 Benarkah Dia Kekasihmu?
77 Aku Mohon Kepadamu
78 BAB 78
79 BAB 79
80 BAB 80
81 BAB 81
82 BAB 82
83 Venny Kau Menculik Putriku?
84 BAB 84
85 BAB 85
86 BAB 86
87 BAB 87
88 BAB 88
89 BAB 89
90 BAB 90
91 BAB 91
92 BAB 92
93 Membunuh Sampah
94 BAB 94
95 BAB 95
96 BAB 96
Episodes

Updated 96 Episodes

1
Awal
2
Tersiksa
3
Menjadi pelayan
4
Ada Apa Denganku?
5
Siapa Gadis Itu Lex?
6
BAB 06
7
BAB 08
8
Tamat Lah Riwayatmu Nona
9
BAB 10
10
BAB 11
11
BAB 12
12
BAB 13
13
BAB 14
14
BAB 15
15
BAB 16
16
BAB 17
17
BAB 17
18
BAB 19
19
BAB 20
20
BAB 21
21
BAB 22
22
BAB 23
23
BAB 24
24
BAB 25
25
BAB 26
26
BAB 27
27
BAB 28
28
BAB 29
29
BAB 30
30
BAB 31
31
BAB 32
32
BAB 33
33
BAB 34
34
BAB 34
35
BAB 35
36
BAB 36
37
BAB 37
38
Kalian Berdua Ikut Aku
39
BAB 39
40
BAB 40
41
BAB 41
42
BAB 42
43
BAB 43
44
BAB 44
45
BAB 45
46
BAB 46
47
BAB 47
48
BAB 48
49
BAB 49
50
BAB 50
51
BAB 51
52
BAB 52
53
BAB 53
54
Akhirnya Aku Punya Cucu
55
Hormon Ibu Hamil
56
Perasaan Apa Ini
57
Gawat
58
Hampir Saja
59
Chaterine?
60
Aku Hanya Mau Kamu
61
Pertemuan Tak Terduga
62
Kenalan Lama
63
Panti Asuhan
64
Kalung
65
Petunjuk
66
Musuh
67
Tikus Kecil
68
Kerja Sama
69
Bangkrut
70
Maaf
71
Racun
72
Raisa?
73
Kemana Dia
74
Di Mana Pemilik Panti
75
Aku Adalah Kekasih Zein
76
Benarkah Dia Kekasihmu?
77
Aku Mohon Kepadamu
78
BAB 78
79
BAB 79
80
BAB 80
81
BAB 81
82
BAB 82
83
Venny Kau Menculik Putriku?
84
BAB 84
85
BAB 85
86
BAB 86
87
BAB 87
88
BAB 88
89
BAB 89
90
BAB 90
91
BAB 91
92
BAB 92
93
Membunuh Sampah
94
BAB 94
95
BAB 95
96
BAB 96

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!