"Hiks hiks hiks"
"Sudah non jangan menangis lag," bibi Jum mengelus punggung Celin dengan penuh sayang, dia juga merasa kasihan dengan gadis itu. Awalnya ia terkejut mendengar bahwa Celin berada di dalam kamar majikannya.
Selama satu jam lebih akhirnya gadis itu berhenti menangis, matanya tampak sembab.
"Sudah jangan menangis lagi ya non, bibi ikutan sedih jadinya," ucap bibi Jum tersenyum seraya mengelus rambut Celin.
Celin menganggukkan kepala, ia mengulas senyum mendengar ucapan bibi Jum, hatinya terasa tenang dan menghangat karena di perlakukan dengan baik oleh bi Jum, dia bisa merasakan kasih sayang dari wanita paru bayah ini.
"Ya sudah kamu istirahat lagi ya, bibi mau kebawah masih ada pekerjaan,"
"Tunggu bibi," panggil Celin.
"Ya ada apa non butuh sesuatu? Biar bibi ambilkan," tanyanya menghentikan langkah menghadap Celin.
"Emm.... bi aku mau ikut bibi kebawah saja deh, bosan soal nya lebih tepatnya merasa tidak enak berada di kamar ini," cengir Celin, ia menggaruk kepalanya tidak gatal ia sungguh ingin keluar dari kamar ini, berlama lama di dalam ruangan ini leher Celin terasa tercekik.
Bib Jum menggelengkan kepalanya pelan, lalu mengangguk. Celin merasa senang, lalu segera beranjak dari ranjang mengikuti langkah bi Jum, namun langkahnya terhenti senyumnya langsung menghilang melihat sosok tegap berdiri di ambang pintu.
"Mau kemana?," tanya Zein datar.
Setelah perdebatan dengan mama Venny yang terus mendesaknya menikah sehingga membuat kepalanya pusing. Zein memutuskan untuk pulang ke mansion, meninggalkan setumpuk pekerjaan. Walaupun begitu uangnya masih akan terus mengalir, dan hartanya di jamin tidak akan habis selama tujuh turunan.
Bibi Jum menundukkan kepalanya, lalu pamit undur diri untuk turun kebawah melanjutkan pekerjaannya yang tadi tertunda. Dan begitu juga dengan Celin, dia juga menundukkan kepalanya, tidak berani melihat sorot mata pria itu yang menatapnya tajam.
Setelah pelayan kepercayaan Zein meninggalkan kamarnya, lelaki itu melepaskan jasnya berlalu di hadapan Celin menuju ke sofa, membaringkan badannya di sana. Sesungguhnya Celin ingin pamit ingin ke bawah menyusul bi Jum, namun suaranya tercekat tidak berani melihat pria itu, yang selalu membuatnya ketar ketir.
"Hey, mau sampai kapan kamu berdiri di situ ha?," panggil Zein menatap datar, Sesungguhnya Celin ingin keluar menyusul bi Jum kebawah, berlama lama satu udara dengan pria ini akan membuat jantungnya berpacu cepat ingin lompat dari tempatnya.
"Pijit kaki ku," pinta Zein dengan nada memerintah tak bisa di bantah sedikit pun, ia menatap gadis itu sinis, lalu memejamkan matanya rasa lelah yang saat ini dia rasakan.
Celin merasa enggan, jantungnya telah berdetak kencang tak beraturan antara takut dan gugup. Merasa lama belum ada pergerakan apa pun, Zein membuka mata menatap Celin tajam.
"Lambat!, apa kau tidak dengar yang aku ucapkan, ha!" Bentaknya dengan tatapan membunuh.
Mendengar itu Celin terlonjak, lalu menghela nafas berat, mau tak mau dia harus melakukan perintah pria itu, jika tak ingin nyawa taruhannya.
Perlahan kakinya melangkah mendekati tubuh Zein yang terbaring di sofa, dia menunduk di samping Zein lalu ia langsung berjongkok, perlahan tangannya mengarah ke betis pria kejam itu, memijatnya dengan penuh hati hati.
"Kurang kuat," ucap Zein menatap gadis itu sinis, Celin mengerucutkan bibirnya kesal, lalu menambah sedikit kekuatan memijatnya.
"Terlalu kuat," bentaknya melirik Celin dengan tatapan membunuh.
Celin menghela nafas kasar, lalu kembali memelankan pijatannya, "Bisa mijit tidak sih?," bentaknya lagi lalu bangun menatapnya penuh amarah.
Hal itu membuat Celin langsung ketakutan, seketika ia memejamkan matanya tidak berani menatap Zein, yang menatap dirinya dengan sorot mata tajam, setajam mata pisau.
Zein mendengus, rahangnya semakin mengeras. Lalu mengibaskan tangannya kasar. "Pergi buatkan aku makanan," ucapnya datar tanpa ekspresi. Celin langsung mengangguk
"Cepat." Zein kembali membentaknya lalu mengarahkan tangannya ke sembarang arah.
Mendengar itu Celin tersentak kaget, ia tidak menggubris lalu segera bangkit berjalan meninggalkan kamar itu. Dengan berbagai macam umpatan dan sumpah serapah yang di lontarkan olehnya.
"Argh dasar lelaki iblis sialan, dia seenak jidatnya menyuruh, dia pikir dia siapa," gumam nya kesal.
Dan apa bila dia mengucapkan itu di depan orangnya, bisa bisanya Celin langsung menuju ke alam baka, membayangkan itu saja ia sudah bergidik ngeri, lalu kembali berjalan menuju ke dapur dengan seribu umpatan dan kata kata pedas di dalam benak gadis itu.
Sesampainya di dapur Celin melihat ruangan mewah itu telah sepi, mungkin semua orang telah tidur nyenyak di bawah selimut, pikirnya.
"Aku harus masak apa, mana aku tau makanan apa yang di sukai pria itu," keluhnya kebingungan.
_To Be Continue_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
epifania rendo
celin harus kuat
2024-03-14
0
Bombomzz Fernandho
karakter celin jangan terlalu lemah donk thor
2024-02-06
1