Setelah menempuh perjalanan selama satu jam, Zein bersama gadis yang di bawanya akhirnya sampai di istana mewah milik pria itu, lebih tepatnya terletak di tengah tengah hutan belantara. Entah apa alasannya sehingga dia membangun istana megah di tengah hutan yang sangat jauh dari permukiman.
"Mulai sekarang kau akan menjadi pelayan ku."
"Pelayan tanpa di gaji sepeserpun selama 1 tahun. Dan ingat kau jangan macam-macam apa lagi mencoba untuk kabur dari rumah ku, atau kaki mu akan ku potong." ancamnya dengan wajah dingin, melirik tajam gadis itu.
"Ta..tapi tuan saya tidak bisa karena masih punya kontrak kerja dengan....
"No negoisasi saya tidak mau tau, atau kamu akan saya coblos kan ke dalam penjara." dia tak terima penolakan apapun.
"Saya mohon tuan ampuni saya, saya berjanji mengganti semua kerugian nya, saya mohon tuan ampuni lah sa..."
"Diam." sergah nya menatap berang gadis itu. Celin terkejut mendengar teriakkan menggelegar di dalam ruangan itu.
Sontak dia langsung terdiam dan menundukkan kepalanya dengan tubuh yang bergetar, ia sangat ketakutan apa lagi melihat sorot matanya yang setajam mata pisau.
"Jika kau bicara satu kata lagi mulut kamu akan ku jahit dengan rapat." ucap Zein, sudut bibirnya terangkat melihat badan gadis itu bergetar hebat.
"Bibi Jum."
"Iya ada apa Tuan," ujar seorang wanita paruh baya menghampiri majikannya, seraya menundukkan kepala dengan kedua tangan bertaut di belakang.
"Antar kan pelayan ini keruangan yang khusus untuknya." titahnya memasang wajah datar.
"Siap Tuan, mari nona saya antar kan." kata bibi Jum selaku pelayan kepercayaan Zein, wanita itu sudah bekerja dengannya selama puluhan tahun.
Celin mengangguk patuh, ia berjalan mengikuti bibi Jum dengan kepala yang masih tertunduk. Bibi Jum menghantarkan Celin ke ruangan paling pojok.
"Ini kamarnya non, kalau begitu saya pergi dulu untuk melanjutkan pekerjaan."
"Baiklah terimakasih bibi," ucap Celin lesu sambil mengembangkan senyum.
Bibi Jum menganggukkan kepala, setelah mengantarkan gadis itu ke kamarnya ia segera berlalu pergi meninggalkan Celin yang masih terpaku disana.
Dia terdiam sejenak menatap pintu kamar itu, ia pikir ucapan pria itu benar adanya bahwa ia di hantarkan ke kamar khusus.
Namun saat Celin membuka pintu itu, alangkah terkejutnya dia melihat bahwa itu bukanlah kamar melainkan sebuah gudang yang sangat berantakan penuh dengan debu. Dia terdiam tak percaya, bagaimana dia bisa tidur di dalam gudang tersebut.
"Hah, gu gudang?."
Melihat majikannya datang, para pengawal yang bertugas untuk menjaga kediaman Zein mereka telah berbaris dengan rapi bak komando pemimpin upacara.
"Kalian semua dengarkan saya, ingat ini baik baik jangan biarkan gadis yang saya bawa tadi keluar dari lingkungan ini selangkah pun." tegasnya, menatap tajam semua anak buahnya yang ia tugaskan menjaga mansion.
"Jika dia berani keluar kalian boleh membawanya kembali secara paksa, meskipun itu menyakiti dirinya. Dan Jika saya mendengar dia kabur dari sini, kalian akan tau akibatnya," Zein mengakhiri ucapannya dengan kalimat perintah sekaligus ancaman dengan penuh penekanan.
Para pengawal bergidik mendengar ancaman itu, mereka menunduk seraya meneguk saliva nya kasar.
"Baik tuan muda," ucap mereka serempak.
Zein lalu membubarkan mereka semua dengan menjentikkan jarinya, mereka bubar kembali ke posisi masing masing, ada yang berjaga di depan, samping, belakang dan juga di dalam.
Setelah itu, Zein langsung melangkahkan kakinya naik ke atas, menemui gadis yang telah ia pungut tadi, untuk bertanggung jawab karena merusak mobil miliknya.
Entah apa alasan sehingga Zein membawa gadis itu pulang ke rumah yang dia duga masih sangat muda, padahal dia tidak kekurangan apa pun, dia pun mampu membeli mobil lagi dengan harga yang wow.
"Bagaimana apa kamu dengan suka kamar nya?." tanya Zein, sambil melipat tangan berdiri di ambang pintu.
"Tapi tuan ini bukan kamar melainkan gu.."
"Hem jadi kau tidak suka begitu?," cecarnya. Zein menghampiri gadis itu, menjambak rambutnya dengan kuat.
"Akh sakit tuan ku mohon lepas kan." rintihnya, kepalanya sangat terasa sakit.
"Dasar cengeng," cetus nya jengkel, Zein melepaskan jambak kan nya dengan kasar, lalu ia mencengkram rahang Celin dengan kuat.
"Dengar, saya tidak suka di bantah jika kamu melakukan sedikit kesalahan kamu akan mendapat hukuman, mengerti." cetusnya melepaskan cengkraman dengan kasar, membuat kepala Celin terhuyung kesamping.
"Me mengerti tuan." ucap Celin yang masih terisak karena masih merasakan sakit
Zein sangat kesal melihat gadis itu terus menangis, ia segera berlalu dari sana menuju ke ruang kerjanya, tanpa peduli dengan Celin yang menangis, baginya wanita sangatlah merepotkan.
"Apa kesalahan ku, ya tuhan aku ingin pergi dari sini." gumamnya, ia terus menangis bahkan sampai terisak sesekali dia meringis merasakan sakit di kepala dan rahangnya.
Celin terduduk di lantai, dia menangkupkan kedua telapak tangannya menutupi wajahnya. Bahunya bergetar, isak tangisnya terdengar pilu merasakan sakit yang amat dalam. Kenapa dia harus terjebak bersama pria yang tidak di kenalnya, apa lagi pria itu terus menyakiti dirinya secara fisik.
Bagaimana tidak, hidupnya tak berjalan dengan baik selama ini dan sekarang dia harus terjebak di sini. Celin sangat frustasi, dia tidak tau kedepannya akan sanggup atau tidak menghadapi semuanya.
Di rasanya sudah puas menangis Celin menghapus kasar air matanya, ia sadar menangis tidak akan menyelesaikan masalah. Yang harus dia lakukan saat ini hanyalah bersabar dan semangat.
"Aku yakin bisa melalui semua ini," gumamnya penuh percaya diri. Ia menarik nafas pelan lalu bangkit menatap ke sekeliling gudang yang lumayan luas, bahkan luasnya melebihi kamar kosnya.
Celin melihat sapu di pojokan gudang ia mengambilnya. Lalu bergegas ia membersihkan kan gudang yang banyak sekali debunya, agar dia bisa tidur malam ini.
"Gudang ini sangat kotor, banyak debu." gumamnya.
Celin membersihkan kan gudang itu dengan penuh kesabaran. Setelah setengah bersih, dia melihat ada Ranjang busa berukuran single yang masih layak di pakai dan sebuah lemari pakaian yang berukuran sederhana di dalam gudang itu.
Lalu ia segera menggeser ranjang tersebut ke pojokan dinding, dan membersihkan nya sampai bersih, dia melipat kotak kardus yang ada di sana, setelah dilipat dia berencana untuk membuangnya keluar nanti.
"Akhirnya selama dua jam, sudah selesai membersihkan gudang berdebu ini." ucapnya pelan, yang sebenarnya ia rasa itu memang sebuah kamar tapi di jadikan gudang.
Karena sudah lengkap dengan kamar mandi walaupun masih kotor. Dia masih sibuk membersihkan tempat ini, supaya bisa tidur dengan nyaman tanpa adanya debu.
Dia merasa bahwa ia tidak akan bisa keluar dari sini, karena semenjak masuk ke tempat ini, ia melihat banyak nya penjaga di halaman rumah dan di setiap sudut.
Sehingga tidak ada celah sedikit pun untuk kabur. Celin menghela nafas, lalu terduduk di dekat ranjang ia menyeka keringat di dahinya.
Celin tersenyum tipis melihat ruangan itu yang telah lumayan bersih dan tertata rapi, dan dia bersyukur ada ranjang di sana walaupun tak besar dan empuk, namun baginya itu lebih dari cukup.
"Lumayan lah yang penting bisa tidur nyaman di sini," gumamnya dengan pandangan lesu.
Zein menghisap sebatang rokok seraya berdiri di balkon, ia menarik sudut bibirnya.
"Ck lihatlah gadis kecil, salah siapa berani membuatku kesal akan aku pastikan tempat ini terasa seperti neraka bagimu." kekehnya.
_To Be Continued_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Alifah Azzahra💙💙
💪💪Celin
2024-11-12
1
epifania rendo
semangat celin
2024-03-14
0
erinatan
lumayan
2024-02-18
0