Scenery Out The Window
"Apa kalian tahu tentang sekolah itu?" tanya seorang siswa di kelasnya pada teman-temannya.
"SMA Nusantara Senja?" jawab temannya balik bertanya.
"Bangunannya besar, lho. Tapi, siswanya sedikit. Bangunannya juga seperti selalu diliputi oleh awan mendung. Dan kabut tebal," tambah anak itu separuh berbisik.
"Bukan pilihan bagus saat lulus SMP," simpul seorang anak memudahkan.
Obrolan seperti itu yang belakangan kerap kali menjadi topik bagi siswa-siswi SMAN 279 tempatnya bersekolah. Yang mereka bicarakan sebenarnya sederhana. Tentang suatu sekolah yang jika sudah mendatanginya akan terasa terpisah jauh dari dunia.
Seperti ada di dimensi lain.
SMA Nusantara Senja. Sekolah swasta yang gedungnya merupakan peninggalan zaman Belanda. Sekolah yang sebenarnya bagus. Karena biaya masuk yang tinggi dan sarana sekolah yang lengkap. Dari gedung olahraga sampai kolam renang pribadi. Namun, kesan angker yang menyelimuti bangunan itu. Tak habis menambah gosip baru.
Semua berawal saat terdengar berita kematian seorang guru di SMA Nusantara Senja. Yang aneh adalah penyelidikan polisi yang dihentikan oleh pihak sekolah. Beralasan agar tidak mengganggu situasi belajar. Lagipula guru yang mati tak memiliki keluarga. Kematiannya tak akan menjadi hal besar.
Benar, 'kan?
Meskipun awalnya menolak dan tetap mencurigai sesuatu. Akibat reaksi penolakan keras dari para guru. Mereka pun terpaksa angkat tangan. Lagipula kematiannya tak mengganggu kehidupan masyarakat luas, dalihnya. Polisi pun menyerah.
Hal apa yang sebenarnya terjadi pada sekolah itu sebenarnya jarang menjadi pikiran baginya. Kelamaan mendengarkan telah merubah pikirannya. Ia berjalan menuju sekumpulan anak yang tengah asyik bergosip tentang SMA Nusantara Senja.
"Hai, sedang membicarakan apa?" basa-basinya.
"Momo tahu SMA Nusantara Senja?" tanya seorang anak.
Pemuda yang sebenarnya kurang nyaman dengan panggilannya itu lantas menjawab, "Tau. Yang ada orang meninggalnya itu, 'kan?" tanyanya mengkonfirmasi.
Seorang pemuda berpotongan pendek ala tentara yang tengah menyeruput cola berhenti menyedot. "Kenapa pihak sekolah memutuskan untuk tidak menindaklanjuti? Pasti ada hal misterius yang terjadi. Namun, sekolah berusaha menutupi. Bisa jadi guru itu dibunuh oleh roh jahat. Atau ada kutukan dari orang-orang yang pernah dibantai di sana!"
Maurice mematahkan, "Tidak ada hantu yang bisa membunuh. Apalagi roh-rohan. Korban film horor semua kalian!" cecarnya.
Seorang siswi yang duduk di samping Maurice lantas mematahkan balik, "Lalu, siapa? Apa tidak aneh kalau terjadi pembunuhan di sekolah. Dan pihak sekolah malah membiarkan. Yang parah malah melarang kasus itu diungkit kembali. Aneh nggak, sih? Aneh nggak, sih?" tanyanya histeris.
Maurice menopangkan dagunya dan tersenyum jahil. "Itu kan sekolah swasta. Bisa jadi mereka benar-benar tidak ingin situasi belajar mengajarnya terganggu. Jangan berpikiran aneh-aneh yang tidak masuk akal deh kalian."
Lain pendapat bagi seorang pemuda berkawat gigi, "Kata temanku kolam renang masih beroperasi sampai ada seorang siswa yang tenggelam. Penyelidikan dilanjutkan oleh kepolisian. Siswa itu dinyatakan murni tenggelam. Setelah itu kolam renang ditutup oleh pihak sekolah. Untuk guru... sepertinya dibunuh."
"Tapi benar, bukan? SMA Nusantara Senja pasti menyembunyikan sesuatu," kukuh seorang siswi berkepang dua.
Maurice memiringkan bibirnya dan berkata, "Sayang sekali. Sekolah sebagus itu. Rumor jeleknya banyak," tatapnya ke langit di luar jendela.
"Sekolah begitu apa bagusnya?" tanya seorang siswa.
Maurice memandang kosong. "Setidaknya itu pasti sekolah yang tenang," jawabnya datar.
Kelima temannya tertegun mendengar ucapan terakhir Maurice. Tak lama kemudian bel berdering. Pertanda waktu istirahat telah berakhir.
Sepanjang pelajaran Maurice hanya melamun. Yang berulang kali dicoretkannya di buku tulis bukan catatan akan pelajaran. Namun, nama sekolah itu. Tempat yang membuatnya penasaran. Kenapa ada sekolah yang semisterius itu? Dengan bangunan sekolah tua bernuansa gothic. Seperti membuatnya tersesat di Eropa abad pertengahan. Cat putih kusam yang terkelupas. Bukankah itu bagus? Apa yang membuat teman-temannya berpikiran buruk?
Mungkin benar jika di Sekolah Nusantara Senja pernah ditemukan orang meninggal. Dengan bekas luka tusukan di jantung. Mayat guru lelaki itu ditemukan mengambang di kolam renang pribadi SMA Nusantara Senja. Itu mengerikan. Tapi, tidak menurut Maurice. Menurutnya semua itu bagus.
SMA Nusantara Senja. SMA Nusantara Senja. SMA Nusantara Senja...
SMA Nusantara Senja. SMA Nusantara Senja. SMA Nusantara Senja...
SMA Nusantara Senja. SMA Nusantara Senja. SMA Nusantara Senja...
Teman sebangku yang bernama Nino mendengar ucapan pelannya. Menyenggol sikut Maurice. Bertanya lirih, "Kamu kenapa?"
"Terpesona oleh sesuatu," jawab Maurice. Tersenyum ramah.
Guru tetap menjelaskan pelajaran dengan semangat. Namun untuk Maurice, kelas itu seolah terpisah dari dunia nyata. Berangsur memasuki dunia slow motion. Di mana semua berjalan lambat dalam bingkai hitam-putih.
Apa pun yang diucapkan oleh guru tak terdengar. Gerak lamban seluruh teman yang tertangkap mata terasa menyenangkan. Matahari yang bersinar cerah tak bisa menembus perasaannya. Yang tersingkap oleh kegelapan SMA Nusantara Senja. Bagaimanapun sekolah itu telah memesonakan hatinya.
Maurice adalah pemuda yang sangat biasa. Pergaulannya luas dan semua teman baik padanya. Ada satu hal yang tidak pernah ia percaya adalah teman yang jahat. Ia dilingkupi oleh kebaikan sepanjang hidup. Pemuda itu jadi tidak percaya pada hal yang buruk. Ia percaya akan kebaikan.
Jam menunjukkan pukul tiga sore. Waktu pulang sekolah. Hari itu berbeda dengan biasanya yang Maurice akan pulang bersama kesemua teman. Ia memilih pulang sendiri.
Ia sampai di depan sebuah rumah bertingkat dua bercat putih dengan gaya minimalis khas kaum urban. Langsung ditemui seorang wanita tengah baya yang tengah duduk di sofa sambil menonton televisi. Ia menengok dengan senyum hangat. Maurice duduk disisinya. Maurice menuturkan niatannya untuk pindah ke SMA Nusantara Senja selepas kenaikan kelas. Miranda melepaskan tangannya dari tubuh Maurice. Melihat putra kesayangannya aneh.
"SMA Nusantara Senja terkenal akan oknum pengajar dan pelajarnya yang tidak baik. Sebenarnya dulu itu tempat sekolah anak-anak kaum mogul. Tapi, semakin kemari. Hanya anak-anak berperangai buruk yang sekolah di sana," nasihat Miranda. Berusaha memancing sisi kritis putranya.
"Tidak masalah," yakin Maurice.
Segala rumor buruk yang terdengar dari SMA Nusantara Senja pada akhirnya hanya membuat Maurice semakin tertarik. Ingin menjajal sendiri semua itu.
Melihat kekerasan tekad pada kedua bola mata Maurice. Membuat mama yang sangat menyangi putranya itu menyerah. Ia tak ingin sesuatu terjadi padanya. Tapi, ia lebih tak bisa membiarkan sesuatu terjadi pada putranya kini. Maurice adalah tipe pemerintah yang bisa saja melakukan hal nekat. Jika keinginannya tak terpenuhi. Khusus untuk mamanya sendiri.
"Jangan menyesal, ya?" usaha Miranda meyakinkan Maurice lagi.
Maurice terkekeh. "SMA Nusantara Senja adalah sebuah misteri yang terus melingkupi pikiranku, Ma. Aku percaya tidak akan ada hal buruk. SMA Nusantara Senja adalah sekolah yang luar biasa!" ucapnya semangat.
Setelah merasa berhasil meyakinkan mamanya. Maurice menaiki tangga dengan semangat. Merebahkan diri pada kasur berbedcover putih di kamarnya. "Yey!" lonjaknya girang.
Obrolan tentang SMA Nusantara Senja bukan hal baru untuk dunia. SMA Nusantara Senja telah terkenal karena kejelekan. Dan semakin terkenal setelah kematian seorang guru. Sisanya? Menurut Maurice baik-baik saja. Tak akan ada hal buruk terjadi.
Tidak ada dan tidak tahu itu beda tipis. Untuk Maurice sepertinya lebih tepat pernyataan yang kedua. Karena di SMA Nusantara Senja. Ada seorang siswi yang telah merasakan seluruh kepahitan dalam hidupnya. Karena sekolah itu. Karena hidupnya. Dan tidak ada seorang pun yang menganggapnya ada.
Maurice hanya memikirkan hal baik yang akan terjadi. Lalu, melanjutkan dengan senyuman yang memuakkan untuk gadis kesepian. Andai saja ia melihatnya.
Keesokan harinya Maurice memulai hari dengan senyum merekah yang berbeda dengan hari-harinya di SMAN 279. Maurice memang anak ceria dan selalu tersenyum. Itu hal biasa. Tapi, berbeda untuk pagi ini. Senyumannya terasa menyeramkan.
Keesokan harinya juga begitu. Terus saja ke hari-hari selanjutnya. Perubahan sikap Maurice menimbulkan kecurigaan. Sampai Nino mengetahui apa yang terjadi. Ia pun memberitahukan hal yang baru diketahuinya pada seluruh teman.
Berita keanehan Maurice yang ingin pindah ke sekolah yang paling dihindari menyebar ke sepenjuru SMAN 279. Kalau harus masuk sekolah itu: hanyalah pilihan terakhir. Karena terpaksa atau memang nasib. Dan Maurice tak memiliki alasan untuk semuanya. Alasannya hanya karena ia tertarik.
Aku Maurice. Dan aku paham reaksi aneh orang-orang. Untukku sendiri SMA Nusantara Senja luar biasa. Hantu, ilmu sihir, iblis, pembunuhan, seragam yang keren, gedung sekolah tua, misteri kolam renang perenggut nyawa. Bukankah itu hebat? Apa yang harus kutakutkan? Aku akan menikmati misteri itu dari dekat.
Sebentar lagi ujian kenaikan kelas. Aku akan menikmati waktuku setelah itu.
Asyik, bukan?
(Disclaimer)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 252 Episodes
Comments
♚Qų¡ղ♕🅠🅡🅕
keren kak. terpesona dengan ceritanya. tak lanjut ya
2022-09-05
0
Music Is Life🎧🎶
Maurace itu cwek atau cwok sieh? Bingung aku
2022-06-17
0
Music Is Life🎧🎶
panggilannya Momo Tahu😀
2022-06-17
0