Past for Maurice Anandratama Saputra Haryo

Apa yang ia lakukan malam itu?

(disclaimer)

Pagi seusai pelajaran olahraga. Maurice masih berusaha keras untuk tak mengingat apa yang telah ia ketahui. Pikirnya, toh Millhewi biasa saja. Ia berusaha menyembunyikan apa yang ia rasakan. Entah untuk apa. Mungkin agar tak terlihat lemah.

Sikap mereka sendiri biasa saja padaku. Kekuasaan akan hidupku menghilang saat mereka turut menjauhiku. Aku yang dulu bahagia bersama teman yang baik.Harus terjebak dalam masalah ini. Yang kusyukuri... setidaknya ada yang telah kuketahui.

Yang harus kulakukan adalah mencari orang di sekitar sekolah yang memiliki motif untuk membunuh Pak Henry. Juga Pak Eros. Kupikir anak kelas 1 bukan korban dari pelaku yang sama. Entah apa yang membuatku berpikir begitu.

Sesampai di kelas Millhewi panik. Menyadari tasnya tak ada di mana pun.

"Kalian ke manakan?!" teriak Maurice pada seisi kelas.

Tidak ada yang merespon ucapan Maurice maupun Millhewi. Mereka sibuk bicara sendiri seolah dua orang itu tak pernah ada.

Millhewi kembali duduk. Ditutup kedua matanya. Hal seperti ini sudah dua kali terjadi saat kelas 1. Ia selalu menemukan barang-barangnya di tempat sampah atau dalam kloset. Ia berdiri dan berjalan keluar kelas.

Guru sudah masuk. Dan ia belum kembali. Ia pun melewatkan pelajaran kedua dengan berkeliling sekolah. Mengobok-obok tempat sampah. Semua orang menatap aneh. Dalam hati ia berkata, sudah biasa. Saking biasanya. Semua ejekan dan hinaan itu tak berasa apa pun lagi.

Hingga bel pulang berdering. Millhewi yang belum kembali membuat Maurice sangat khawatir. Sebelum keluar kelas untuk mencari. Ia berkata pada kelas 2-A, "Jika terjadi sesuatu padanya. Aku tak akan memaafkan kalian semua."

Indah. Gadis pendek. Berkulit gelap. Berjidat lebar. Menjawab, "Memangnya siapa yang akan meminta maaf?" Ia dan teman-temannya tertawa puas.

Yang sebenarnya terjadi. Beberapa saat sebelum Maurice dan Millhewi tiba. Nismaya yang baru masuk kelas melihat tas Millhewi. Muncul pikiran jahat. Berbeda dengan yang sudah-sudah. Kali itu mereka memasukkan semua barang Millhewi ke mesin pembakar sampah.

Tawa mereka semua tergelak hebat saat melakukannya. Millhewi memang pantas menderita. Ia aneh, aneh, aneh! Gila, gila, gila! Setan, setan, setan!

Saat kembali ke kelas. Jethro yang tertinggal sendirian melihat semua temannya masuk dengan tampang sendu. "Tidakkah kalian keterlaluan?" tanyanya.

Lina, gadis pendek tambun berambut merah itu menjawab, "Waah, Jethro membela pembunuh? Ciyeee!" sorakannya diikuti oleh anak lainnya.

Jethro menunduk di mejanya.

🎭🎭🎭

Maurice tanpa memerdulikan rasa lelah. Tetap berkeliling sekolah mencari Millhewi. Jika dicari ke mana pun tidak ada, berarti, ditengoknya suatu pintu. Toilet perempuan lantai dua. Akhirnya dimasuki pintu itu dengan mata terpejam. Nampak seorang gadis lusuh di depan salah satu stall.

Maurice memeluk tubuh Millhewi. Mengusap belakang kepalanya lembut. "Akan kuhancurkan. Semua yang membuat air matamu menetes. Tenang saja," janjinya.

Millhewi merasa tenang di pelukan Maurice. Membenamkan kepalanya lebih dalam.

Mereka berdua berjalan keluar beriringan. Nasib yang tak begitu baik mempertemukan mereka dengan rombongan anak kelas 2-A. Saat berpapasan. Maurice dan Millhewi tak terhindarkan dari olokan mereka.

"Wahaha, pasangan serigala berbulu domba," ledek mereka.

"Serigala pun masih terlalu bagus untuk mereka. Mereka itu iblis yang mencat diri warna putih! Munafik!" ledek mereka lagi.

Ucapan seperti itu sama sekali tak ia hiraukan. Kemudian pandangannya menangkap perbedaan dari ketua kelas. Ia berjalan memisahkan diri di barisan belakang dan mengamatinya. Dunia seolah terpisah membentuk slow motion untuk Maurice dan Jethro. Jethro mendekati Maurice dan menempelkan telapak tangannya di dada Maurice. Memasukkan sesuatu ke kantong kemejanya. Hingga dunia kembali normal saat Jethro telah menjauh.

Mereka kembali berjalan. Diam-diam diambilnya selembar kertas yang diberikan Jethro.

gedung olah raga

Maurice menggandeng tangan Millhewi. Berlari menuju gedung olah raga. Sesampainya mereka. Benar saja. Tas hitam berhiaskan pita putih Millhewi berada di sana. Tepat tersangkut di atas tiang bendera. Duk, lututnya terjatuh tak percaya.

"Oh, terima kasih sekali Maurice. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika tidak ada kamu," syukur Millhewi nyaris meneteskan air mata.

"Bukan aku." Apa yang harus kukatakan? Jika berkata bahwa ini memang karena aku, mungkin Millhewi akan menyukaiku. Tapi, aku tidak bisa berbohong. Jethro yang sudah melakukan ini.

Millhewi memeluk tasnya erat tanpa memerdulikan semua barang yang tadinya ada di sana. "Kamu tahu dari mana?" tanya Millhewi.

Ia menjawab, "Dari Jethro."

"Jangan bercanda," respon Millhewi diiringi senyuman.

Tanpa memerdulikan kata-kata Maurice selanjutnya. Millhewi berjalan keluar gedung dengan tenang.

🎭🎭🎭

Maurice di kamarnya gundah memandangi selembar kertas lusuh yang diberikan Jethro. Mengapa ia melakukan itu? Tulisan di kertas itu bukan hanya pemberitahuan di mana kelas 2-A menyembunyikan tas kesayangan Millhewi. Tapi, juga sederet nomor telepon.

Nada sambung berbunyi mendebarkan. Menelepon ketua kelas menjadi seperti gambaran seorang pemuda yang ingin menghubungi gadis yang ditaksirnya. Tepat begitu. Saat terdengar suara balasan. Maurice akan mematikan. Yang ia pikirkan, Jethro dan teman-temannya pernah memperlakukan dirinya dan Millhewi dengan tidak hormat. Mungkin harusnya Maurice marah.

Tillilit... tillilit... Handphone Maurice tiba-tiba menyadarkannya dari lamunan. Dilihat ke layar. Dari nomor itu. Maurice bersiap mematikan. Tapi, diurungkan saat menyadari itu tindakan yang lebih tidak hormat.

Suara di seberang menjawab, "Maurice?"

"Benar. Siapa ini?" Tetap ditanyakannya. Meski sudah tahu.

"Ini Jethro. Bisa besok kita bertemu sepulang sekolah?" tanya Jethro.

Diingatnya lagi saat peristiwa bully sadis itu. Jethro hanya berdiri di belakang yang lainnya. Yang melakukan itu semua padanya Edi dan Panji. Bukan Jethro. Lalu, apakah itu berarti ia tak bersalah? Masih terlalu cepat memutuskan. Sebelum mengetahui apa yang akan dikatakannya besok.

🎭🎭🎭

Sesuai rencana harusnya Maurice akan bertemu empat mata dengan Jethro. Tapi, apa yang terjadi ia malah tidak masuk?

Maurice bersama Millhewi berjalan melewati lorong. Diperiksa apakah ada pesan masuk dari anak itu. Tapi, nihil. Tak ada panggilan maupun pesan.

"Maurice, hari ini kamu pendiam," kata Millhewi.

Drrr, dering handphone pertanda sebuah pesan masuk. Dibacanya pesan itu tanpa berkedip membawa reaksi curiga dari gadis di di sampingnya. Ia langsung berkata gugup, "Millhewi, aku duluan, ya." Maurice meninggalkan Millhewi.

Gadis itu berjalan sendirian lagi. Semuanya seolah de javu dalam waktu. Dihentikan langkanya. Melihat anak-anak lain berjalan bersama. Aku memang berbeda.

Saat Maurice berlari melewati gerbang sekolah. Sesosok pemuda berjaket denim menarik tangannya menjauh.

🎭🎭🎭

Sampailah mereka di taman dekat sekolah. Mereka berdua duduk di sepasang ayunan yang warnanya telah memudar. Taman itu tampak sangat tidak terawat dan sepi. Jethro menurunkan tudung yang menutupi kepalanya.

"Orangtuaku merupakan pemilik yayasan yang mendanai SMA Nusantara Senja. Sejak ini semua terjadi. Aku sudah tidak nyaman dengan sikap mereka. Apalagi kedudukanku sebagai ketua kelas. Aku harusnya mengayomi seluruh anggota. Bukannya ikut-ikutan," buka Jethro.

"Aku tak tahu bagaimana bersikap sebagai pemimpin yang rakyatnya terbagi menjadi dua kubu. Sejak kamu datang mereka semakin menjadi."

"Aku bahagia Millhewi dapat tersenyum. Sejak menjadi teman sekelasnya. Aku tidak pernah melihat ia tersenyum. Aku jatuh cinta padanya. Namun, tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk menyelamatkannya."

Hati Maurice berat. Meski begitu ia tetap mencoba berpikir objektif. "Caranya dengan menemukan siapa pembunuh Pak Henry. Yang sebenarnya."

"Percuma. Mereka membenci Millhewi bukan hanya karena itu. Mereka menggunakan tuduhan itu sebagai alasan untuk semakin membencinya. Itu pola pikir," respon Jethro.

"Kalau begitu aku akan tetap menemukannya," putus Maurice.

"Asal jangan sampai bertemu setan saja," peringat Jethro.

"Aku tidak takut setan atau hantu apa pun. Apalagi yang bisa membunuh. Memang ini film apa," respon Maurice menyepelekan.

"Kamu sudah melanggar sebuah tradisi sekolah. Yakni masuk ke ruang arsip. Saat tengah malam tanpa seizin guru." Jethro mengaitkan kedua tangannya pada rantai ayunan. Ia tertunduk dan tersenyum, "Setan itu ada di mana pun, Maurice."

Decit ayunan menghasilkan bunyi yang begitu mencolok. Kriit... kriit... Jethro menggerakkan ayunannya pelan menambah suasana dingin tempat itu. Bulu kuduk Maurice meremang.

"Alasanku ingin berbicara denganmu adalah tolong jaga Millhewi. Keberadaanku hanya berdasar status. Aku takut suatu saat nanti harus melakukan hal buruk padanya."

"Jika saat itu akhirnya tiba. Jangan pedulikan dunia. Habisilah aku. Dengan tanganmu."

Ini semua tidak masuk akal! Maurice berlari sekuat tenaga menjauhi Jethro. Aku harus melupakan peristiwa barusan.

Setelah cukup jauh. Maurice melambatkan langkah. Segera dikeluarkan notes dan mencatat suatu nama. Dalam daftar orang yang mungkin saja menjadi pelaku pembunuhan Pak Henry.

Ia berpikir lagi, kalaupun mengetahui siapa pembunuh Pak Henry di antara kedua orang ini. Apa yang bisa ia lakukan? Tubuhnya terjatuh di trotoar. "Haah... Haah... Haah..." Orang-orang yang berjalan di sekelilingnya melihat aneh. "Ah, ah, ahahahaha!!!!! Ini semua gila. Ini tidak waras. Luar biasa menarik. Hwahhhahha!!!!" tawanya kencang.

Semua orang yang lewat mengamati seragam Maurice sebagai siswa SMA Nusantara Senja bergidik ngeri. Penuh tanya. Ada anak gila, pantaslah siswa sekolah begitu, bisik mereka.

Seorang wanita muda yang baru turun dari mobil mendekatinya. "Kamu Maurice, bukan? Putranya Bu Miranda," tanyanya.

Maurice melihat wanita itu dengan tatapan kosong.

🎭🎭🎭

"Mama tidak habis pikir apa yang terjadi pada kamu hingga tertawa sendiri di tengah jalan begitu. Kamu kenapa, sih?" tanya Miranda cemas.

"Mama pikir aku gila?" tanya Maurice balik.

"Bukan begitu, Maurice sayang. Sikap kamu berubah. Lebih sering mengurung diri. Kamu tidak terlibat ke pergaulan yang salah, 'kan? Apa yang sudah terjadi di sekolah itu?" tanya Miranda lagi.

Maurice berdiri dan menaiki tangga tanpa mengatakan apa pun. Sudah sejak lama ia menantikan situasi seperti ini.

"Khi khi khi..." Ia tersenyum menyeringai.

🎭🎭🎭

"Papa. Aku sayang Papa. Jangan pernah tinggalin aku," ucap anak kecil itu.

Lelaki dewasa di depannya mengusap kepala bocah itu lembut. Dengan latar di sebuah rumah sederhana. Sebuah keluarga yang harmonis tinggal.

*"Tidak akan pernah, Nak,"*jawabnya.

Bayangan itu bergerak semakin cepat. Memutar memori diri bertahun-tahun silam.

Sesosok yang tertutup bayangan hitam mengayunkan kendi ke kepala lelaki yang dipanggilnya papa. Memuncratkan banyak darah. Setelah itu ia membasahi kedua tangannya dengan darah. Melumurkannya ke kedua pipi Maurice kecil. Ia yang belum memahami apa pun hanya merasakan darah itu hangat. Dan orang yang menangis pilu di hadapannya. Tak berucap apa pun.

Maurice tidak ingin mengetahui siapa sosok di balik bayangan hitam itu.

🎭🎭🎭

Maurice memejamkan mata. Mengingat hal yang membuatnya terobsesi pada kematian. Ia telah menahan diri begitu lama. Hingga ia menemukan suatu tempat. Di mana ia dapat bermain lagi dengan kematian. Kenapa ia baru sadar? Itulah alasannya pindah ke SMA Nusantara Senja. Yang ia inginkan hanya misteri. Kematian. Melodi kesedihan. Air mata. Kegelapan. Juga darah.

"Jika itu permintaanmu. Aku akan mengabulkannya, Pangeran... Ahahaha!!!"

Miranda yang mendengarkan tawa Maurice dari luar pintu merinding. Sebenarnya ia ingin masuk dan menanyakan hal itu. Tapi, ia tak sanggup. Sudah terlalu banyak kesalahan tak tertebuskan yang ia lakukan pada Maurice.

Semoga ia baik-baik saja. Hanya itu doa yang dapat ia panjatkan.

(disclaimer)

Sang Pangeran kegelapan telah muncul dan membentuk aliansi dengan Maurice.

Apakah itu akan memudahkannya. Atau malah menjerumuskannya?

Apa niat Jethro sebenarnya?

Ikuti terus ceritanya!

Terpopuler

Comments

Rena Harianto

Rena Harianto

cantik thor poto cewek nya

2021-06-27

0

Rena Harianto

Rena Harianto

saya sudah merasakan sedikit ke hororan nya thor,
semangat ya thor.

2021-06-27

0

Winda Widya

Winda Widya

memangnya tmn²nya bener² g tau ya? nanti kalo udh tau kebenarannya...

2021-03-01

1

lihat semua
Episodes
1 Voice in the Twilight
2 First Day in Nusantara Senja
3 Second Day in Nusantara Senja
4 Third Moment in Nusantara Senja
5 Fourth Day for Maurice Anandratama Saputra Haryo
6 Past for Maurice Anandratama Saputra Haryo
7 Today for Jethro Dick Rise Rivanno
8 Question for Sailendra Fathillah Amorgan 1
9 Question for Sailendra Fathillah Amorgan 2
10 Guilt for Jethro and Maurice
11 Song for Soul and Anxiety 1
12 Song for Soul and Anxiety 2
13 Sense of Life for Sense of Lost 1
14 Sense of Life for Sense of Lost 2
15 Sense of Life for Sense of Lost 3
16 Sense of Life for Sense of Lost 4
17 Immoral Memory of Pathetic Person 1
18 Immoral Memory of Pathetic Person 2
19 Immoral Memory of Pathetic Person 3
20 Immoral Memory of Pathetic Person 4
21 Immoral Memory of Pathetic Person 5
22 Vessel for Milquetoast 1
23 Vessel for Milquetoast 2
24 Vessel for Desperate 1
25 Vessel for Desperate 2
26 Vessel for Desperate 3
27 Vessel for Desperate 4
28 What They Want (1-A)
29 What They Want (1-B)
30 What They Want (1-C)
31 What They Want (2-A)
32 What They Want (2-B)
33 What They Want (3-A)
34 Menemukan yang Kau Cari?
35 Pengumuman novel Scenery Out the Window of CORRUPTION
36 Maurice pada: Bumi Cen Xi
37 Luka Bumi
38 @A_A_A_
39 Artelier's Canyon of Madness
40 Luka Bumi Cen Xi's End
41 Alasan Bumi
42 The Answer?
43 Doa Bumi
44 C111A46G571
45 Way of Me
46 Ally on the Blanket
47 Their Spirit
48 Their Decision
49 Rotten Apple
50 Bumi's Violation
51 Chen Xi's Deviations
52 Dream Vs. Dreaming
53 Morisery Offer
54 Among Them
55 Undergoing Suffering
56 Important Promise
57 Real Stupper
58 Equals
59 Their Minds
60 Going into Her Room
61 Reason for a Treason
62 Marcy's Wish
63 Meeting of Two Streams of Springs
64 False Dream
65 Fallen into Heaven
66 Their First Meeting
67 Curse of Hope
68 Their Bond
69 Patency
70 Human Hope
71 We Need to Talk About the Machine
72 The Beginning of a Disability
73 Gorge
74 That Happened to Him
75 Their Destiny
76 The Return of Earth's Destiny
77 The Dancing Hell
78 Reality Shun the Sun.
79 Morisery and Malika: Mereka
80 Pengumuman novel Scenery Out the Window of DESTRUCTION
81 Red Thread Blood Bonds
82 Serving Fate
83 Coercion
84 Fate to God
85 No Way Out
86 Tachyon
87 Death of Starlight
88 Reality of the Dim Star
89 Comparison
90 Absentis Fragmina
91 Dance of the Destiny of the Sun
92 Destroy or Get Rid of
93 The Meeting of Two Reverse Current
94 Mad Love
95 Trust in Wind Dust
96 The Storm's Implicit Smiles
97 Black Star Sheen
98 Manifestations of the Black Hole Ruler
99 Reluctance of the Black Hole Ruler
100 Madness Element of Furies
101 Not a Bit Ironic Apathy
102 Irony for the Ruler of the Black Hole
103 Light Shines on the Edge of a Cliff
104 Chaos
105 Esperano a-te
106 End or Beginning?
107 Scenery of Destruction
108 Bumi's True Plan
109 His Breakcity
110 Beginning of End for Light
111 tres Horae
112 Star Wound Optimistic Suggestions
113 Destiny
114 "Earth's" Destruction
115 Let Me In
116 Digital Destruction
117 Hurricane of Life
118 Destruction Preparation
119 Digital Doomsday
120 Maurice's Conclusion 1
121 Scenery Out the Window of Avior
122 Visualitation of Hope
123 Wielder
124 His Identity
125 T Reason
126 Figure Behind the Name
127 Dynasty
128 Punishment
129 Arsa Offer
130 God's Right Hand Plan
131 Love Statement
132 Treachery
133 Relation entre les humains
134 Kaisar's Beliefs
135 Authentical Proof
136 Fil emmêlé
137 Holy Grail
138 Unreality
139 Fake Throne
140 Innovation for Destruction
141 Cross Sanguine
142 Writer Project
143 Secret Dimension
144 True Reaction
145 Duelity
146 Another Rate
147 Black Sample
148 Dualism Wielder
149 Tasa
150 Writer Uncompleted Reveal
151 Ozora
152 Dalang Dialang
153 Surmise
154 Defense
155 End of Battle
156 Avior
157 Welcher, Kaisar?
158 Ihr Schicksal
159 Ende von Mihal
160 Schatten
161 Naomi Schicht
162 그 얼굴의 소유자
163 Next Case
164 New Stage
165 Blast of Heart
166 Ghindara's Decision. Or Not?
167 Anastasia Love
168 Final Destination
169 Public Enemies
170 MIHAL
171 brOKen
172 Some Sick Bastard
173 Awaken
174 Macabre
175 Maurice's Pre-Conclusion 1
176 Maurice's Meeting Back
177 Which Part
178 Wicker Think
179 Maurice's Amisit Iterumque
180 Maurice's on Noir Grotesque: Noir
181 Maurice's on Noir Grotesque: Grotesque
182 Maurice's Today is
183 Scenery Out the Window of Acute Myself
184 Acute Myself Zero
185 Acute Myself One
186 Acute Myself Two
187 Acute Myself Three
188 Acute Myself Four
189 Acute Myself Five
190 Acute Myself Six
191 Acute Myself Seven
192 Acute Myself Eight
193 Acute Myself Nine
194 Acute Myself Ten
195 Acute Myself Eleven
196 Acute Myself Twelve
197 Acute Myself Thirteen
198 Acute Myself Fourteen
199 Acute Myself Fifteen
200 Acute Myself Sixteen
201 Acute Myself Seventeen
202 Acute Myself Eighteen
203 Acute Myself Nineteen
204 Acute Myself Twenty
205 Acute Myself Twenty One
206 Acute Myself Twenty Two
207 Acute Myself Twenty Three
208 Acute Myself Twenty Four
209 Acute Myself Twenty Five
210 Acute Myself Twenty Six
211 Acute Myself Twenty Seven
212 Acute Myself Twenty Eight
213 Acute Myself Twenty Nine
214 Acute Myself Thirty
215 Acute Myself Thirty One
216 Acute Myself Thirty Two
217 Acute Myself Thirty Three
218 Acute Myself Thirty Four
219 Acute Myself Thirty Five
220 Acute Myself Thirty Six
221 Acute Myself Thirty Seven
222 Acute Myself Thirty Eight
223 Acute Myself Thirty Nine
224 Acute Myself Fourty
225 Acute Myself Fourty One
226 Acute Myself Fourty Two
227 Acute Myself Fourty Three
228 Acute Myself Fourty Four
229 Acute Myself Fourty Five
230 Acute Myself Fourty Six
231 Acute Myself Fourty Seven
232 Acute Myself Fourty Eight
233 Acute Myself Fourty Nine
234 Acute Myself Fifty
235 Acute Myself Fifty One
236 Acute Myself Fifty Two
237 Acute Myself Fifty Three
238 Acute Myself Fifty Four
239 Acute Myself Fifty Five
240 Acute Myself Fifty Six
241 Acute Myself Fifty Seven
242 Acute Myself Fifty Eight
243 Acute Myself Fifty Nine
244 Uncertainty of Maurice's Predestination
245 (Acute) Maurice's Pre Conclusion 2
246 Maurice's Little Trick
247 Acute Myself Sixty
248 Acute Myself Sixty One
249 Acute Myself Sixty Two
250 Acute Myself Sixty Three
251 Pengumuman... haseyo!
252 Pengumuman: HOROR BARU!!!
Episodes

Updated 252 Episodes

1
Voice in the Twilight
2
First Day in Nusantara Senja
3
Second Day in Nusantara Senja
4
Third Moment in Nusantara Senja
5
Fourth Day for Maurice Anandratama Saputra Haryo
6
Past for Maurice Anandratama Saputra Haryo
7
Today for Jethro Dick Rise Rivanno
8
Question for Sailendra Fathillah Amorgan 1
9
Question for Sailendra Fathillah Amorgan 2
10
Guilt for Jethro and Maurice
11
Song for Soul and Anxiety 1
12
Song for Soul and Anxiety 2
13
Sense of Life for Sense of Lost 1
14
Sense of Life for Sense of Lost 2
15
Sense of Life for Sense of Lost 3
16
Sense of Life for Sense of Lost 4
17
Immoral Memory of Pathetic Person 1
18
Immoral Memory of Pathetic Person 2
19
Immoral Memory of Pathetic Person 3
20
Immoral Memory of Pathetic Person 4
21
Immoral Memory of Pathetic Person 5
22
Vessel for Milquetoast 1
23
Vessel for Milquetoast 2
24
Vessel for Desperate 1
25
Vessel for Desperate 2
26
Vessel for Desperate 3
27
Vessel for Desperate 4
28
What They Want (1-A)
29
What They Want (1-B)
30
What They Want (1-C)
31
What They Want (2-A)
32
What They Want (2-B)
33
What They Want (3-A)
34
Menemukan yang Kau Cari?
35
Pengumuman novel Scenery Out the Window of CORRUPTION
36
Maurice pada: Bumi Cen Xi
37
Luka Bumi
38
@A_A_A_
39
Artelier's Canyon of Madness
40
Luka Bumi Cen Xi's End
41
Alasan Bumi
42
The Answer?
43
Doa Bumi
44
C111A46G571
45
Way of Me
46
Ally on the Blanket
47
Their Spirit
48
Their Decision
49
Rotten Apple
50
Bumi's Violation
51
Chen Xi's Deviations
52
Dream Vs. Dreaming
53
Morisery Offer
54
Among Them
55
Undergoing Suffering
56
Important Promise
57
Real Stupper
58
Equals
59
Their Minds
60
Going into Her Room
61
Reason for a Treason
62
Marcy's Wish
63
Meeting of Two Streams of Springs
64
False Dream
65
Fallen into Heaven
66
Their First Meeting
67
Curse of Hope
68
Their Bond
69
Patency
70
Human Hope
71
We Need to Talk About the Machine
72
The Beginning of a Disability
73
Gorge
74
That Happened to Him
75
Their Destiny
76
The Return of Earth's Destiny
77
The Dancing Hell
78
Reality Shun the Sun.
79
Morisery and Malika: Mereka
80
Pengumuman novel Scenery Out the Window of DESTRUCTION
81
Red Thread Blood Bonds
82
Serving Fate
83
Coercion
84
Fate to God
85
No Way Out
86
Tachyon
87
Death of Starlight
88
Reality of the Dim Star
89
Comparison
90
Absentis Fragmina
91
Dance of the Destiny of the Sun
92
Destroy or Get Rid of
93
The Meeting of Two Reverse Current
94
Mad Love
95
Trust in Wind Dust
96
The Storm's Implicit Smiles
97
Black Star Sheen
98
Manifestations of the Black Hole Ruler
99
Reluctance of the Black Hole Ruler
100
Madness Element of Furies
101
Not a Bit Ironic Apathy
102
Irony for the Ruler of the Black Hole
103
Light Shines on the Edge of a Cliff
104
Chaos
105
Esperano a-te
106
End or Beginning?
107
Scenery of Destruction
108
Bumi's True Plan
109
His Breakcity
110
Beginning of End for Light
111
tres Horae
112
Star Wound Optimistic Suggestions
113
Destiny
114
"Earth's" Destruction
115
Let Me In
116
Digital Destruction
117
Hurricane of Life
118
Destruction Preparation
119
Digital Doomsday
120
Maurice's Conclusion 1
121
Scenery Out the Window of Avior
122
Visualitation of Hope
123
Wielder
124
His Identity
125
T Reason
126
Figure Behind the Name
127
Dynasty
128
Punishment
129
Arsa Offer
130
God's Right Hand Plan
131
Love Statement
132
Treachery
133
Relation entre les humains
134
Kaisar's Beliefs
135
Authentical Proof
136
Fil emmêlé
137
Holy Grail
138
Unreality
139
Fake Throne
140
Innovation for Destruction
141
Cross Sanguine
142
Writer Project
143
Secret Dimension
144
True Reaction
145
Duelity
146
Another Rate
147
Black Sample
148
Dualism Wielder
149
Tasa
150
Writer Uncompleted Reveal
151
Ozora
152
Dalang Dialang
153
Surmise
154
Defense
155
End of Battle
156
Avior
157
Welcher, Kaisar?
158
Ihr Schicksal
159
Ende von Mihal
160
Schatten
161
Naomi Schicht
162
그 얼굴의 소유자
163
Next Case
164
New Stage
165
Blast of Heart
166
Ghindara's Decision. Or Not?
167
Anastasia Love
168
Final Destination
169
Public Enemies
170
MIHAL
171
brOKen
172
Some Sick Bastard
173
Awaken
174
Macabre
175
Maurice's Pre-Conclusion 1
176
Maurice's Meeting Back
177
Which Part
178
Wicker Think
179
Maurice's Amisit Iterumque
180
Maurice's on Noir Grotesque: Noir
181
Maurice's on Noir Grotesque: Grotesque
182
Maurice's Today is
183
Scenery Out the Window of Acute Myself
184
Acute Myself Zero
185
Acute Myself One
186
Acute Myself Two
187
Acute Myself Three
188
Acute Myself Four
189
Acute Myself Five
190
Acute Myself Six
191
Acute Myself Seven
192
Acute Myself Eight
193
Acute Myself Nine
194
Acute Myself Ten
195
Acute Myself Eleven
196
Acute Myself Twelve
197
Acute Myself Thirteen
198
Acute Myself Fourteen
199
Acute Myself Fifteen
200
Acute Myself Sixteen
201
Acute Myself Seventeen
202
Acute Myself Eighteen
203
Acute Myself Nineteen
204
Acute Myself Twenty
205
Acute Myself Twenty One
206
Acute Myself Twenty Two
207
Acute Myself Twenty Three
208
Acute Myself Twenty Four
209
Acute Myself Twenty Five
210
Acute Myself Twenty Six
211
Acute Myself Twenty Seven
212
Acute Myself Twenty Eight
213
Acute Myself Twenty Nine
214
Acute Myself Thirty
215
Acute Myself Thirty One
216
Acute Myself Thirty Two
217
Acute Myself Thirty Three
218
Acute Myself Thirty Four
219
Acute Myself Thirty Five
220
Acute Myself Thirty Six
221
Acute Myself Thirty Seven
222
Acute Myself Thirty Eight
223
Acute Myself Thirty Nine
224
Acute Myself Fourty
225
Acute Myself Fourty One
226
Acute Myself Fourty Two
227
Acute Myself Fourty Three
228
Acute Myself Fourty Four
229
Acute Myself Fourty Five
230
Acute Myself Fourty Six
231
Acute Myself Fourty Seven
232
Acute Myself Fourty Eight
233
Acute Myself Fourty Nine
234
Acute Myself Fifty
235
Acute Myself Fifty One
236
Acute Myself Fifty Two
237
Acute Myself Fifty Three
238
Acute Myself Fifty Four
239
Acute Myself Fifty Five
240
Acute Myself Fifty Six
241
Acute Myself Fifty Seven
242
Acute Myself Fifty Eight
243
Acute Myself Fifty Nine
244
Uncertainty of Maurice's Predestination
245
(Acute) Maurice's Pre Conclusion 2
246
Maurice's Little Trick
247
Acute Myself Sixty
248
Acute Myself Sixty One
249
Acute Myself Sixty Two
250
Acute Myself Sixty Three
251
Pengumuman... haseyo!
252
Pengumuman: HOROR BARU!!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!