Kalau ada yang lebih hina dari diperlakukan bak pelayan, pasti itu sebutan yang pantas bagi Amora saat ini. Sedangkan pelayan saja masih diberi makan tepat waktu, bahkan diberi gaji. Amora?
Bagi Rima, Amora itu benalu, virus yang harus dimusnahkan dan juga manusia yang paling dia benci!
Selama tinggal di rumah itu, Amora terus disiksa oleh mertuanya yang sangat kejam. Parahnya wanita itu pantai memainkan ritme kala menyiksa Amora. Dia akan bersikap baik, setidaknya itu yang dilihat para pelayan di rumah itu, kala Aditya ada di rumah. Memberi Amora sedikit perhatian dengan mengajaknya makan bersama di meja makan bersama seluruh anggota keluarga, tapi kalau tidak ada suaminya, maka itu adalah penyiksaan berat bagi Amora.
"Setrika ini!" perintah Rima melemparkan lima lembar gaun terbuat dari bahan satin yang sangat lembut dan indah ke wajah Amora hingga harus cepat ditangkap gadis itu sebelum jatuh ke lantai.
"Tapi, Bu, aku belum selesai mengepel lantai ini," jawab Amora. Dia mengamati gaun itu, bukan milik mertuanya yang bertubuh berisi, dan pakaian ini terlalu modis untuk seusianya. Tidak lama, tebakan Amora tepat, si pemilik gaun muncul dan terlihat baru selesai mandi.
Dengan mengenakan hotpants dan juga tank top putih, gadis itu berjalan menuju meja makan.
"Tante, gak ada makanan, ya?" tanya Laura dengan suara manjanya.
"Sebentar ya, Sayang," sahut Rima. "Kamu dengar gak apa kata Laura? Dia itu habis mandi, pasti sangat lapar. Segera hidangkan makanan untuk nya!" perintah Rima dengan suara lantang. Setiap memerintah Amora, dia ingin menunjukkan pada gadis itu, dimana posisinya dalam keluarga ini. Menikah dan menjadi istri Sagara hanyalah sekedar status, tidak berarti dalam keluarga itu.
Terlalu telat untuk sarapan pagi dan terlalu dini untuk makan siang. Lantas apa yang harus disajikan?
Tidak ingin kena semprot lagi, Amora bergegas menuju dapur. Kain yang tadi dia pegang, diletakkan di atas meja yang dia lewati.
"Amoraaaa!" pekikan itu membuat Amora tergopoh-gopoh mendatangi pemilik suara. Kalau sudah berjalan cepat seperti itu, dia akan merasakan sakit yang luar biasa pada perutnya, tepatnya bawah pusat. Belum lagi miliknya yang juga perih dan terasa koyak setiap malam harus melayani kelakuan bejat Sagara.
Ingin rasanya Amora berbicara kepada Aditya, meminta perlindungan kepada mertuanya itu. Setidaknya mengizinkan agar Sagara dan dirinya pisah kamar saja. Dia tidak akan sanggup kalau harus setiap malam dikerjain oleh Sagara demi memuaskan nafsunya.
"Ada apa, Bu?"
"Kamu memang gak ada otaknya, ya! Kamu tahu harga gaun ini? Kenapa kamu letak dengan sembarangan? Kalau rusak, kamu bisa ganti? Gembel dan benalu seperti kamu itu memang tidak punya pikiran, dan pastinya tidak tahu barang bagus. Kamu pikir harga gaun itu berapa? Semua organ tubuh kamu aja dijual, gak sanggup bayar gaun itu!" hardik Rima berkacak pinggang.
Dia tidak melihat Amora meletakkan gaun itu kalau bukan karena rengekan Laura yang memberitahunya dan protes mengenai Amora yang memperlakukan gaunnya dengan sembarangan.
"Tapi, Bu, aku melekatkannya di atas meja, tidak mungkin kotor karena meja itu sudah aku bersihkan tadi," jawab Amora tidak terima dipersalahkan, terlebih ini hanya masalah sepele, soal pakaian. Kalau Laura tidak ingin pakaiannya diperlakukan seperti itu, maka seharusnya dia saja yang mengurusnya.
Entah dimana hati nurani kedua wanita itu. Dia yang sedang hamil justru diperlakukan seperti budak, dipaksa bekerja keras tanpa peduli mengenai rasa sakit dan nyeri yang ditimbulkan oleh beratnya pekerjaan yang harus dilakukan seorang diri.
Bahkan demi untuk menghukum Amora, Rima memberhentikan tukang kebunnya, mengalih tugaskan Amora sebagai tukang kebun yang harus menyapu, membersihkan pekarangan serta mengangkat berkarung pupuk dari tempat penyimpanannya, yang jauh di belakang rumah, lalu ditaburkan di pekarangan, dan diminta juga untuk menggemburkan tanah dan merawat semua jenis tanaman yang dimiliki Rima.
"Kamu banyak menjawab, ya. Kamu kira kamu itu siapa? Ya ampun, Gusti, kalau bisa ingin rasanya aku mencekikmu sampai mati, biar gak nyusahin. Gara-gara kamu kegatalan, masa depan anak saya jadi hancur!" umpat Rima menggeram, ingin rasanya merobek mulut Amora yang tipis, yang suka menjawab setiap perintahnya sebelum pada akhirnya melakukannya juga.
"Tante, kapan aku makannya ini!" seru Laura yang membuat Rima berhenti berkotek.
"Pergi sana! Bawakan makanan untuk Laura, setelahnya kau setrika pakaian itu sampai licin. Jangan sampai rusak! Ingat satu saja kesalahan baru yang kau buat, maka aku akan menghukummu dengan lebih berat lagi!" ancam Rima serius.
BERSAMBUNG ....
Penderitaan Amora ternyata belum berakhir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Nani Upitarini
jadikn tokoh wanitax,cerdas,smart,kuat dan cerdik...
2024-02-04
0
Sukliang
kok amora dibuat se tolol ini
2023-12-23
0
Ade Suharto
lawan amora jangan takut
2023-04-27
0