Amora menggeleng pelan. Tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh pria yang bertahun-tahun diam-diam dicintainya itu.
Amora meringis saat rasa sakit semakin menjalar pada rahangnya saat cengkeraman tangan Sagara semakin mengencang. Wajahnya terlihat begitu menyedihkan. Air matanya terus mengalir.
"Selama ini, aku pikir kamu adalah pria baik sampai aku begitu menggilaimu secara diam-diam. Ternyata, aku salah menilaimu," batin Amora dengan rasa sesak di dadanya.
Sagara melepaskan tangannya dengan kasar. Amarahnya masih belum tersalurkan. Lelaki itu kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
"Berhenti! Turunkan aku di sini, Saga. Aku tinggal di sana." Amora menatap Sagara dan menepuk lengan pria itu agar menghentikan mobilnya. Namun, Sagara justru semakin melajukan mobilnya dengan cepat.
"Saga. Turunkan aku!" Amora mulai panik.
"Kau pikir aku sopirmu yang akan mengantarkanmu pulang?" Saga tersenyum smirk tanpa menoleh sedikitpun pada Amora.
Tubuh Amora merinding, wanita itu baru sadar, jika laki-laki yang ia anggap sebagai dewa penolong karena telah menyelamatkannya dari Gerald tak lebih dari iblis yang mungkin lebih kejam dari Gerald.
Amora mencoba membuka pintu mobil, rasanya, ia lebih baik mati daripada harus berakhir di tangan Sagara seperti malam itu. Tubuhnya kembali bergetar. Tangannya memukul-mukul kaca jendela, air matanya kembali mengalir saat menyadari kalau dirinya tidak akan bisa lepas dari Sagara.
"Apa kau ingin mati?"
"Aku lebih baik mati daripada aku jatuh di tanganmu!" teriak Amora membuat Sagara tertawa.
"Bahkan jika kau ingin mati pun, itu harus dengan izinku, Amora."
Amora membeku mendengar ucapan Sagara.
"Turunkan aku, Saga, aku mohon," ucap Amora dengan putus asa.
Namun, pria di sebelahnya tidak memedulikannya sama sekali. Mobil Sagara masuk ke dalam perumahan elit, kemudian berhenti di depan rumah berpagar tinggi yang langsung terbuka. Sagara menghentikan mobilnya di depan rumah bergaya modern berlantai dua yang terlihat begitu elegan dengan nuansa putih dan hitam.
Awalnya, Sagara akan membawa Amora ke apartemen. Namun, melihat keadaan Amora yang seperti itu, Sagara tidak mau menanggung resiko. Sagara yakin, gadis itu pasti akan berteriak saat dibawa masuk ke apartemennya.
Jauh lebih aman jika ia membawa gadis itu ke rumah pribadinya. Rumah yang tidak seorang pun tahu, termasuk keluarganya. Ini bahkan pertama kalinya Sagara membawa seorang wanita ke rumah pribadinya.
Sagara membuka pintu mobil, kemudian tanpa basa-basi melepaskan seatbelt di tubuh Amora dan menggendongnya. Amora berteriak minta dilepaskan.
Dia terus meronta dalam gendongan Sagara.
"Lepaskan aku!" Tubuh Amora gemetar. Namun, sekuat tenaga wanita itu terus meronta dan berteriak.
"Lepaskan aku, Saga! Lepaskan ... hmpp!" Amora tidak bisa melanjutkan teriakannya saat Saga langsung membungkam bibirnya dengan ciumannya.
Pria itu naik ke lantai atas tanpa melepaskan ciuman bibirnya pada Amora. Sagara baru melepaskan ciumannya setelah sampai di dalam kamar.
Amora terus menangis. Saat kedua matanya melihat ranjang, bayangan Sagara menggagahinya terlintas membuat tubuhnya semakin gemetar ketakutan.
Sagara masih menggendong Amora. Pria itu membawa Amora ke kamar mandi. Menurunkan gadis itu dengan kasar dari gendongannya hingga Amora nyaris terjatuh kemudian menyalakan air.
Tubuh Amora yang masih dalam keadaan memakai baju basah kuyup. Sagara dengan kasar membuka paksa pakaian yang melekat pada tubuh Amora tanpa memedulikan teriakan perempuan itu.
Sagara merobek pakaian dalam yang melekat pada tubuh Amora hingga tak tersisa sedikitpun kain yang menutupi tubuh Amora.
Sagara dengan kasar mendongakkan wajah Amora kemudian menciumnya dengan brutal.
"Bagian mana dari tubuhmu yang sudah bajingan itu sentuh hah?" Sagara ******* kasar bibir Amora yang terbuka.
Air mata Amora mengalir bercampur air yang keluar dari shower yang membasahi tubuhnya. Kedua matanya menatap Sagara yang terlihat seperti orang yang kesetanan.
Pria itu membuka seluruh bajunya kemudian menariknya ke dalam pelukan.
"Katakan padaku, Amora, apa dia menyentuhmu di sini?" Sagara kembali mencium bibir Amora. Amora menggeleng membuat amarah Sagara semakin naik.
Bibir lelaki itu dengan kasar menjelajahi seluruh tubuh bagian atas Amora membuat perempuan itu semakin menangis.
Amora, saat ini terlihat seperti ****** yang sedang diperlakukan oleh pelanggan yang sudah membayarnya.
"Dengarkan aku, Amora, kamu adalah milikku, aku tidak akan membiarkan siapapun menyentuh barang yang sudah aku bayar dengan mahal!"
Saat ucapan Sagara berakhir, suara jeritan kesakitan Amora terdengar saat merasakan sesuatu yang memaksa masuk ke dalam inti tubuhnya.
"Bajingan!"
BERSAMBUNG ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Sukliang
anjing kau sagara
2023-12-23
0
Ade Suharto
setelah apa yang kamu lakukan sama amora jangan sampai kamu menyesalinya
2023-04-26
0
Su Lem
Sadis banget saga jangan smp menyesal dengan kelakuan sendiri… klo cemburu kenapa gak terus terang
2023-03-27
2