Tubuh Sagara membeku, menatap pantulan dirinya di depan cermin, lengkap dengan memakai pakaian serba putih lengkap dengan peci di kepala. Sejak tadi terdengar bunyi gigi gemeretak dan tangan mengepal.
Nasi sudah menjadi bubur, tidak bisa mundur setelah apa yang terjadi, Sagara harus membayar perbuatannya. Bertanggung jawab atas anak yang ada dalam kandungan Amora.
"Kau sudah siap?" suara Aditya menarik mata Sagara dari cermin. Amarahnya belum putus dari pria yang sudah memberinya kehidupan yang nyaman seperti ini. Kalau bukan dianggap durhaka, Sagara pasti sudah menonjok pria itu karena sudah menamparnya tadi.
"Aku gak mau menikah dengan wanita itu, Pa. Dia cuma ingin menjebak ku dengan tipu muslihatnya! Aku akui, aku pernah melakukan hubungan intim dengannya, tapi siapa yang menjamin kalau bayi dalam kandungannya itu anakku? Bisa saja ada pria yang ikut menidurinya. Lihat saja, dia bisa dijual beli seperti itu!" ucap Sagara tetap dengan pendiriannya.
Terlihat kepala Rima dan juga Laura ngangguk-ngangguk setuju. Di hari mereka tetap Sagara tidak bersalah. Laura bahkan menganggap kalau Amora lah yang sudah merayu Saga untuk mau tidur dengannya.
"Aku siap untuk tes DNA! Kau bajingan, Saga. Kau tahu betul, kau lah yang sudah merenggut kehormatan ku, kau yang menghancurkan hidupku!" Seru Amora histeris, sakit hati dan kecewa menghimpit dadanya hingga terasa susah bernapas, dan menjatuhkan dirinya di lantai. Terduduk dengan isakan tangis yang menyayat hati.
Hati Aditya iba melihat perjuangan Amora dalam memperjuangkan keadilan demi anaknya. Aditya membayangkan bagaimana kalau seandainya putrinya yang mengalami hal itu. Kalau memang Amora berbohong dia tidak mungkin berani untuk mengajukan tes DNA.
Selama ini sikap Sagara memang sangat terpuji di dalam keluarga, tidak ada celah. Prestasinya di bidang akademik juga patut diacungi jempol, bahkan sesekali Sagara juga ikut membantu ayahnya dalam mengelola bisnis mereka. Hal itu memang sudah dibiasakan oleh Aditya agar saat Sagara lulus kuliah, dia bisa meneruskan tambuk kekuasaan ayahnya di perusahaan.
Tidak sedikitpun pernah terpikirkan Aditya bahwa akan ada kejadian seperti ini. Sagara yang dibanggakan ternyata justru melakukan perbuatan hina dan bejad, bahkan jika memang terbukti dialah yang menghamili Amora, pria itu justru mengelak dari tanggung jawabnya dan hal itu sungguh membuat Aditya malu sekaligus kecewa yang mendalam pada putranya itu.
Perbuatan Sagara juga sudah menampar dirinya sebagai ayah yang merasa gagal mendidik putranya. Akses yang dia berikan kepada Sagara, baik berupa materi ataupun lobi untuk memudahkan segala kegiatan untuk mendapatkan keinginannya justru membuatnya lupa daratan, dia memandang rendah orang lain yang keadaannya jauh di bawah mereka.
"Kau harus menikahi Amora!" Suara Aditya tegas tidak terbantahkan.
"Aku gak mau, Pa. Anak itu bukan milikku, kalau Papa bersikeras memaksaku, lebih baik Papa saja yang menikah dengannya!"
Plak!
Satu tamparan mendarat di pipi Sagara, perih dan menyakitkan. Itu kali pertama tangan ayahnya mendarat di tubuhnya sepanjang usianya.Mungkin itu ungkapan luka yang dirasakan oleh Aditya atas sikap congkak Sagara dan penghinaan terhadap ayahnya.
"Mas!" pekik Rima mendekat pada Aditya. Kaget dengan tindakan pria itu yang sudah menampar anak kesayangan mereka. Namun, dibalik semua itu, yang paling menakutkannya, dia takut kalau amarah Aditya membuat penyakit jantung pria itu kambuh lagi.
"Kalau kau tidak bisa menjadi manusia bijak, setidaknya jadilah pria yang bertanggung jawab. Apa yang sudah kau lakukan maka harus kau tanggungjawabi!"
Suara Aditya bak suara guntur di siang hari. Sagara tidak bisa berkutik, walau amarahnya juga bangkit karena sempat di tampar. Kebencian pada Amora kini menggunung, hanya tinggal menunggu waktu untuk membalas nya.
"Dan kau, sebagai ibu, lakukan tanggung jawabmu. Segera persiapkan acara pernikahan mereka!" hardik Aditya menoleh pada Rima, seketika wajah Rima memucat, belum pernah melihat kemarahan suaminya seperti ini.
Tanpa sadar dia mengangguk, lalu Aditya berlalu dari sana, dia perlu mengistirahatkan dirinya. Selepas kepergian Aditya, Rima menatap Amora yang masih berlutut di lantai dengan tatapan tajam.
"Ayo, Nak, kita masuk," kali ini Rima yang menjemput Sagara. Menyentuh pundak pria itu dengan lembut. Aditya dan penghulu juga beberapa tamu yang dijadikan sebagai saksi sudah menunggu di rumah depan rumah mereka.
Hanya ada beberapa tetangga yang datang bersama pak RT. Pernikahan dadakan itu tentu saja membuat para tamu undangan bertanya-tanya. Pasalnya melihat nama besar keluarga mereka tidak mungkin akan mengadakan pernikahan diam-diam seperti ini.
"Kita sudah bisa mulai, Pak?" tanya Pak Penghulu pada Aditya, meminta agar pengantin pria segera datang.
BERSAMBUNG ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Sukliang
maaf ya thor, kenspa critanya sangat kejam
2023-12-23
0
Ade Suharto
menangis sudah tiada berguna amora sekarang yang lebih penting gimana kamu bertindak
2023-04-26
0
Maisyaroh
jika Amora perempuan yng cerdas pastinya dia tau dong apa yng harus d lakuknnya jngn cuma nangis aja bisanya...mikir pake otaklo gimna caranya agar si Sagara menyesal krna udah nyakitin Lo jngn cuma nuruuuuuuut...aja gimana perlakuan Sagara tnpa ada prlawanan yng berarti...jd orng jngn bodoh karna trlalu mncintai orng yng udh jelas"nyiksa lahir batin lo
2023-03-31
1