Sekali lagi Mama Reni mengusapkan minyak kayu putih ke hidung Amora dan berhasil membuat Amora sadar. Dokter pribadi yang dipanggil Mama Reni sudah memeriksa dan menyarankan agar gadis itu beristirahat. Tekanan darahnya rendah dan tubuhnya sangat lemah.
"Jangan banyak pikiran dulu, Bu. Usahakan agar dia bisa rileks," ucap sang dokter sebelum pulang.
"Baik, Dokter. Terima kasih."
"Sayang, kamu sudah siuman? Tante gak bisa membayangkan bagaimana hancurnya hatimu," ucap Mama Reni duduk di tepi ranjang, menggenggam tangan Amora. Hanya ada mereka berdua di dalam kamar itu. Sementara Gerald, saat ini sedang bicara dengan ayahnya, dan berdoa saja ayahnya tidak membunuhnya.
"Tan-te...," Amora memijit keningnya. Kepalanya masih terasa sakit, seolah semua benda dalam ruangan itu berputar di hadapannya.
"Mor, apa yang sudah dilakukan Gerald padamu, tidak bisa dibenarkan, bahkan om dan Tante mengutuk kelakukan bejad Gerald. Namun, kalau boleh Tante memohon dan masih tetap berharap, kalau kamu masih mau menikah dengannya da-,"
"Tante, aku mohon," balas Amora memotong pembicaraan Mama Reni.
"Tante tahu, tidak mudah bagimu. Om dan Tante sudah sepakat, tidak akan memaksamu. Kalau kamu memutuskan untuk membatalkan pernikahan ini, kami akan terima dengan ikhlas. Hanya saja, Tante minta kamu jangan menjauhi Tante. Kamu tahu sendiri, kalah Tante sangat menyayangi mu, Mora," ucap Mama Reni kembali dengan tetesan air matanya. Dia sudah berharap kalau Amora akan menjadi mantunya sekaligus pengganti putrinya.
Ketulusan Mama Reni menyayanginya tidak Amora ragukan. Wanita itu berhati lembut dan tulus, begitu pun om Tio, sangat berbeda dengan Gerald. Kadang Amora berpikir kalau mereka bukan lah orang tua kandung Gerald.
"Terima kasih Tante sudah mau mengerti keadaanku. Aku minta maaf karena harus mengecewakan om dan Tante karena membatalkan pernikahan ini," ucap menggenggam tangan Reni lebih erat.
"Nggak, Sayang. Om dan Tante yang harusnya minta maaf. Kami sudah gagal mendidik Gerald, dan semua yang sudah dia perbuat terhadap mu. Dengan apapun kami membayarnya tidak akan bisa mengembalikan dirimu yang dulu," jawab Mama Reni menutup kedua wajahnya sembari menangis terisak. Amora tidak tahan, memeluk Mama Reni dan ikut menangis bersama wanita itu.
***
Sudah lewat jam lima sore, saat Amora pamit pulang. Dengan langkah gontai dia berjalan menyusuri sisi jalan raya.
Amora memang sengaja tidak langsung memesan taksi, dia ingin menghirup udara sore itu, ingin sendiri dan merenung di taman yang nanti dia lewati.
Mama Reni sudah membujuk agar dirinya diantar sopir keluarga, tapi Amora menolak. Cukup sudah, sebaiknya dia menjaga jarak dengan keluarga Gerald untuk saat ini. Kalau suatu hari nanti dia rindu pada Mama Reni, maka dia akan mengajak bertemu.
Untuk saat ini, biar dia rajut dulu lukanya, memberi ruang untuk menenangkan hati dan pikirannya, agar bisa memikirkan tujuan hidupnya lagi.
Amora tidak bisa selamanya terkungkung dalam kesedihan dan terpuruk akan masa kelam yang sudah menghantamnya. Dia harus bangkit, dan untuk itu dia perlu berpikir.
Apa sebaiknya dia tinggalkan saja kota ini? Menjauh dari orang-orang yang sudah menghancurkan masa depannya? Kejadian buruk yang menimpanya, jujur membuat Amora tidak punya percaya diri lagi, walau pada dasarnya dia adalah gadis pintar dan juga punya cita-cita yang tinggi.
Asyik berjalan dengan pandangan menatap ke bawah, membuat Amora tidak sadar kalau sebuah mobil berhenti di belakangnya, lalu seorang pria datang, menarik tangannya dengan kasar dan memaksa masuk ke dalam mobil.
Amora tidak sempat bertindak terlalu jauh, baru akan berlari menyelamatkan diri, Gerald sudah menodongkan sebuah belati ke bagian pinggangnya.
"Sebaiknya kau ikut denganku, sialan!" umpat Gerald dengan sorot mata menyeringai. Bak serigala yang sudah terpuruk, dia mencoba mencabik Amora untuk terakhir kalinya, dan memastikan kalau dia akan membuat perhitungan yang sepadan pada gadis itu.
Gerald sudah dibutakan dendam. Akibat aduannya, ayahnya membekukan semua kartu miliknya, menarik fasilitas yang dia punya. Bahkan mobil ini pun diminta kembali oleh Tio.
Berpura-pura mengambil barangnya yang ada dalam mobil, Gerald justru tancap gas meninggalkan rumahnya guna mengejar Amora.
"Mau kau bawa kemana aku? Turunkan aku, dasar bajingan!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Ade Suharto
jika berhasil lolos pergilah ke tempat yang tidak bisa di ketahui gerald
2023-04-26
0
Musniwati Elikibasmahulette
aku setuju Mora ,pergilah dari kota itu
2023-03-27
1
Junida Susilo
Amora tidak akan takut dengan belati mu Gerald,dalam pikiran Amora kematian mungkin lebih baik dari pada hidup ternoda tanpa harga diri,...wanita seperti Amora menjunjung tinggi nilai-nilai keimanan dan harga diri nya,saat ini dia seperti cangkang kosong tanpa jiwa...apa pun tidak akan Amora takuti kematian sekali pun,kamu salah menggertak Amora x ini Gerald 😡😡
2023-03-26
1