Jatuh

"Shiren, turun makan ya."

Suara ketukan diiringi panggilan dari sang kakak ipar membangunkan Shiren.

"Iya Kak, Shiren turun nih."

Dia bangkit duduk, masih belum kering air mata di wajahnya, sesak sekali jika terus mengingat kejadian sore tadi. Tak pernah terbayangkan dia akan berada di sana, apalagi sampai mendapat luka.

Shiren menyentuh bantal yang warnanya jadi lebih gelap, berkat air mata yang terus mengalir. Ketakutan, kekecewaan, kekesalan terus bercampur di dalam hati Shiren.

Jantungnya masih terus berdebar jika mengingat kejadian tadi. Apalagi selama ini kekasihnya ternyata berada di tengah-tengah bahaya begitu.

Shiren ke kamar mandi, guna mencuci wajahnya. Dia harus terlihat baik-baik saja di depan keluarganya.

Dia duduk di depan cermin hias, sembari mengelap perlahan wajahnya. Jangan sampai terkena luka di kening yang masih terbalut perban.

"Ah ..." Desisnya pelan, saat sentuhannya mengenai lukanya.

Shiren turun ke bawah, sudah ada kakak dan kakak iparnya yang duduk dimeja makan. Dia juga berjalan, menarik kursi yang biasa menjadi posisinya.

"Loh? Itu kening kamu kenapa?" Wajah Arfen-Kakaknya sudah sangat khawatir. Wajar saja, Shiren dibesarkan seperti seorang putri, mana bisa keluarga itu diam saja saat sang putri terluka.

"Eh iya? Perasaan tadi pagi gak ada, itu kenapa Shi?" Tambah Thifa--kakak ipar nya menimpali.

Jujur gak ya?

Shiren masih bingung, dia masih labil dalam mengambil keputusan ini. Haruskah dia jujur soal tabiat kelakuan Bryan? Atau lagi-lagi harus dia sembunyikan demi menjaga nama baik Bryan di depan keluarganya?

"Jatuh dari motor sama Bry Kak. Tadi sore, waktu jalan-jalan." Yah, lagi-lagi Shiren memilih berbohong. Entah apa alasannya.

"Loh?! Tumben anak itu bisa gitu?! Biasanya dia naik motor jago loh. Kok bisa jatuh?" Arfen yang sudah sering touring dulu bersama dengan Bryan menggunakan motor, tentu tau bakat bahwa Bryan memang menjiwai motornya.

"Namanya juga musibah Fen, gak ada yang 'kok bisa?'  semua terjadi gitu aja. Syukurlah, kalian gak luka besar. Bry nya luka gimana, Shi?" Untung saja Thifa logis.

"Sama kayak Shi Kak, dia luka ringan juga." Shiren sudah cukup merasa bersalah karna membohongi kakak dan kakak iparnya.

"Terus kalian udah ke rumah sakit?"

"Enggak."

"Loh? Bry tau kamu jatuh, terus dia gak bawa ke rumah sakit? Gimana sih?"

"Shi nya gak mau, Kak."

"Harusnya Bryan maksa."

"Kakak mau Bry jadi orang yang pemaksa? Suka maksain kehendaknya sama Shi?"

Arfen terdiam, itu benar, dia merestui Bryan dan Shiren, karna Bryan sangat menghormati dan menghargai kehendak Shiren, ya itu dulu, sebelum Bry berubah.

"Ya udah, kita ke rumah sakit besok?"

"Enggak ah, Shi mau di rumah aja. Istirahat, lukanya kecil kok."

"Ya udah deh, Kakak juga gak bisa maksa."

Akhirnya Arfen menyerah, dia membiarkan segala keputusan terakhir di tentukan oleh sang adik.

"Oh ya Kak, Papa sama Mama mana? Gak ada di rumah? Kok gak ikut makan malam?" Shiren memang merasa sedikit aneh, pasalnya saat dia pulang sore tadi, dia juga tidak mendapati salah satu dari kedua orang tuanya. Bahkan saat makan malam ini, mereka pun tidak muncul.

"Papa sama Mama di rumah Nenek Aryani, ada masalah gitu. Nginap di sana malam ini, jangan khawatir."

Shiren mengiyakan sambil mengangguk mengerti. Dia melanjutkan makannya.

"Tuan, Partner bisnis anda, Tuan Leon ada di depan. Boleh saya persilahkan masuk?" Salah satu pelayan rumah melapor pada Arfen.

"Oh iya! Suruh masuk, langsung ke sini aja. Biar sekalian makan malam."

-

Shiren tidak tau awal mulanya tadi bagaimana, tapi yang jelas saat ini dia sudah duduk bersebelahan dengan Galaksi. Padahal dulu saat Leon datang ngomongin bisnis, Galaksi tidak pernah ikut kecuali hari itu. Tapi, hari ini dia ikut lagi? Ketagihan? Bukan hanya itu, dia juga bercanda sok akrab dengan Arfen dan Thifa.

"Kakak udah selesai makan, mau ada yang dibicarin dulu sama Leon. Kalian lanjut makan." Arfen sudah mengelap mulutnya dengan tisue disebelahnya.

"Shiren, titip Galaksi ya, kalau dia gak sopan, timpuk aja palanya." Leon bercanda sambil tersenyum, dia mendukung keras penyatuan dua remaja itu.

Kedua pria dewasa itu pergi menjauh dari meja makan.

"Galaksi makannya dikenyangin ya, Shi, sambut ya. Kakak masih mau nidurin Devan sama Alreya."

Shiren mengangguk dan Thifa juga perlahan menjauh. Hanya tinggal dua remaja yang tidak sejalan itu, duduk di meja makan.

"Itu jidat lo kenapa?" Setelah dari tadi menahan gatalnya lidah untuk bertanya, akhirnya Galaksi bisa mengeluarkannya.

Saat pertama kali dia masuk dan melihat Shiren dengan luka dikepalanya, badan Galaksi langsung panas. Dia merasa organ dalamnya sedang terbalik sangking kesalnya, dia ingin sekali langsung mengusap dan meniup luka sialan yang ada dikening gadis yang ia cintai.

Tapi, dia harus menahan kehendaka tangannya yang ingin menyentuh kepala gadis itu, dia harus menahannya agar Shiren tidak membencinya.

"Jatuh dari motor." Sahut Shiren sekenanya, dia tidak ingin mengubah jawabannya.

"Lha? Lo kan sultan? Buat apa naik motor! Ada mobil kan?"

"Jatuh dari motor sama cowok gue, jelas?"

Kemarahan Galaksi semakin menjadi-jadi, menurutnya cowok yang Shiren maksud sangat tidak bertanggung jawab dan tidak cocok untuk Shiren.

"Harusnya lo pilih gue, ini gak bakal terjadi. Kita naik mobil oke?"

Shiren diam, dia hanya melirik Galaksi dengan tajam.

"Gimana? Udah ada niat putus dari dia? Ada gue di sini, bela diri oke, basket oke, futsal keren, matematika? Gue duta cerdas cermat dari sekolah gue. Ganteng? Gak usah ditanya. Apa kurangnya gue?"

"Kurang waras."

Singkat, jelas, padat adalah jawaban yang tepat Shiren berikan.

"Gimana kalau lo membimbing gue ke jalan kewarasan, melalui jalur pernikahan? Sah?"

"Nggak. Ngapain sih lo kesini? Ganggu tau gak?"

"Lo lupa ya? Tiga hari yang gue janjikan udah lewat, dan gue udah nunggu pesan lo selama tiga hari? Gak ada kuota apa gak ada niat?"

"Gak ada perasaan."

Galaksi mendecak kesal, dia mengacak rambutnya frustrasi. Sepersekian detik kemudian, dia tampak berpikir sebentar. Membuat Shiren sedikit penasaran apa yang cowok tengil ini pikirkan.

"Lo mikirin apa? Gue gak terima jawaban omong kosong ya."

"Gimana kalau lo sama gue aja? Serius, gue jago bela diri, cowok lo di jamin K.O, dan gue pasti bisa jagain lo, gak kayak dia buat lo luka begini."

"Gue ragu lo bakal baik-baik aja kalau ribut sama dia." Shiren tidak salah kan? Bryan memang sangat mengerikan, dan Shiren sudah tau itu sejak dulu, dan dia menyaksikannya tadi sore.

"Selama bisa buat lo jadi milik gue, gue bakal baik-baik aja." Galaksi cukup percaya diri dengan kemampuan bela dirinya, kan?

Kecuali Bryan si gila itu, kayaknya gua masih bisa ngebantai cowok sepantaran gue.

Terpopuler

Comments

Heyoo_

Heyoo_

thor gk ada niatan buat ngegantungin lg kan? nunggu bgt dr dulu

2023-03-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!