Aku udah punya Pa-

"Banyak, itu terlalu banyak sampai gak bisa gue sebutin satu-satu. Dan kalau lo pikir gue main-main, lo salah. Lo yang pertama dan lo bakal jadi yang terakhir." Kali ini Galaksi nampak sangat serius. Shiren bisa melihatnya, tatapan matanya yang seolah tak asing, suaranya yang jelas tanpa kegugupan dan sangat meyakinkan. Shiren tau perasaan ini, ini sama persis ketika Bryan pertama kali menyatakan cinta pada Shiren.

Dia, serius?

"Sorry, tapi gue udah punya pa-"

"Galaksi, pulang gih, temenin mama ke pesta. Papa lagi rapat penting, jadi gak ada yang nemenin."

Shiren baru ingin mengaku bahwa dia sudah punya Bryan sebagai kekasihnya, tapi Leon datang Tiba-tib memotong ucapannya.

"Lha? Baru mau nanya mahar berapa, udah di suruh pulang aja. Gimana sih Kak!" Protes Galaksi, bagaimana tidak? Dia sungguh-sungguh menikmati waktu berdua yang takdir berikan untuknya dan pujaan hatinya.

Leon hanya mengedikkan bahu, dengan senyuman mengejek yang membuat Galaksi semakin kesal.

"Oh atau gini aja, Lo mau gak ikut gue? Sekalian ngenalin calon menantu untuk mama gue. Kalau menurut gue sih mama gue bakal setuju penuh restu, karna yang gue bawa calon ibu yang melahirkan bibit unggul." Galaksi mengulurkan tangannya pada Shiren, percaya diri bahwa Shiren akan menerimanya.

"Lu tau perempatan disana? Belok kanan, nemu tuh." Shiren berusaha sesabar mungkin saudara-saudara.

"KUA? Mau sekarang? Gas otw!"

"Rumah sakit jiwa! Buruan enyah deh lo!" Shiren kesal, kenapa bisa dia bertemu dengan cowok lambe  turah begini.

"Enyah dari sini buat siapin mahar?"

"Angkat kaki!" Suara Shiren sudah meninggi.

"Siapin kaki buat naik ke pelaminan? Tenang, kaki lo sakit, gue gendong. Selain ganteng, gue juga kuat, otot perut juga kotak-kotak kok." tapi yang diteriaki masih dengan santainya bercanda ria.

"Gue pasti udah gila kalau sampai itu terjadi."

"Lha, lo cuma bakal gila kalau itu terjadi, gue sekarang udah gila karna lo."

"Makanya sana ke Rumah sakit jiwa!"

"Ya udah ayo ke KUA!"

"Fix, rumah sakit jiwa luar negri juga bakal angkat tangan ngehadepin lo."

"Mau bulan madu di luar negri? Nikah aja belum, gimana sih. Makanya, ayo KUA dulu."

"Astaga!"

Shiren sudah kehabisan kata-kata, dia memilih naik ke kamarnya, sebelum dia menjadi lebih stress menghadapi pria ini.

"Pfffttt," Leon mencoba menahan tawanya, perutnya sudah sakit melihat tingkah dua remaja yang konyol ini.

"Restu kan Kak?" Galaksi menaikkan sebelah alisnya menatap sang kakak.

"Restu kok restu."

-

-

-

...Shiren melihat ke bawah, setelah satu jam lalu dia di buat kesal dengan cowok amtah berantah yang bertamu ke rumahnya....

Sudah tidak ada lagi Galaksi, yang ada hanya Arfen dan Leon yang tengah membicarakan bisnis penting.

...***...

"Apaan sih, dari senin ke minggu, lama amat, giliran minggu ke senin, cepet amat."

Gadis itu sudah merutuki dirinya yang harus pergi sekolah, omong kosong kalau bilang dia tidak suka libur.

Shiren melangkahkan kakinya ke sekolah itu, sebelah beberapa saat lalu dia melewati gerbang depan. Belum lagi keluhan soal Bryan yang sama sekali tidak menghubunginya dua hari ini. Bahkan ucapan selamat malam juga tidak ada.

Tik... Tik...

Rintik hujan secara perlahan jatuh menyapa bumi, Shiren mendongak, langit sudah agak gelap.

"Hujan tuh neduh, hujan kok melamun, cewek siapa sih?"

Shiren menoleh ke sebelahnya, sudah ada Bryan yang melepas jaketnya untuk menutupi kepala Shiren.

"Loh? Gak naik motor? Mobil?"

"Tadi naik motor boncengan sama Nanta, tuh anaknya."

Baru aja di omongin dan Nanta sudah lewat dengan motornya, yang sudah dimodifikasi entah bagaimana bentuknya.

"Apaan sih, sono jauh-jauh dari gue. Empet liat lo! Apalagi dempet-dempetan kayak gini!"

"Lo nya kan yang empet, gue sih seneng. Udah ayo jalan, keburu deras nanti baju lo basah, gue gak suka kalau lo sakit."

"Bukannya lo udah sering nyakitin gue ya?" Shiren tak mau kalah, dia sudah kesal sejak kemarin. Dia ingin melampiaskannya sekarang juga.

"Lama!" Bryan menggendong Shiren ala pengantin baru, dia berlari secepat mungkin untuk meneduh.

Kayaknya kemarin gue ada dengar kata gendong, sekarang di gendong beneran?

Wah sepertinya Shiren benar-benar lupa bahwa Galaksi yang ingin menggendongnya, tapi pada akhirnya Bryan yang melakukannya.

Shiren diam, dia memang awalnya meronta, namun dia juga mengalungkan tangannya di leher sang kekasih, walau dia sama sekali tidak menatap Bryan.

Bryan yang sadar akan rangkulan hangat di tengkuknya, menebarkan senyuman manis, yang mungkin bisa menyihir banyak gadis untuk menempel padanya.

"Pagi sayang." Bryan memberikan kecupan hangat di kening sang gadis.

"Bodo!" Shiren masih sangat kesal, itu bukan salahnya, itu salah Bryan yang kejam tanpa kabar. "Turunin gue, kan udah di koridor! Malu ntar diliatin banyak orang!"

Bryan mengerti, dia menurunkan sang gadis. Jika dilanjutkan Shiren bisa benar-benar murka nantinya.

"Shiren!!!" Sebuah teriakan dari arah belakang, membuat Shiren menolehkan pandangannya. Tampak Alma sudah berlari menembus kerumunan, dan setelah sampai memeluknya dengan erat.

"Dih, apasih nih cewek, mentang-mentang satu jenis, meluk cewek orang sembarangan." Bryan langsung menarik Alma menjauh.

"Apaan sih tiang?! Jangan bilang lo cemburu gue meluk Shiren?" Alma tentu saja protes. Dia sudah satu hari tidak memeluk Shiren, makanya kangen.

"Ya iyalah!" Bryan bahkan tidak membantah.

"Dih, posesif banget jadi cowok. Lo cowoknya apa suaminya?!"

"Cowok yang bakal jadi suaminya." Bryan tidak salah, dia sangat yakin akan menjadi ayah dari anak-anak Shiren nanti.

"Jangan mau Shi, dia posesif, ntar pas udah nikah lo di kurung di rumah doang. Da--ohok"

"Lo, kalau liat orang pacaran, bisa gak? Gak usah diganggu, nyempil mulu kayak upil." Nanta dengan gemas memainkan salah satu pipi mungil Alma.

Bryan harus berterima kasih pada Nanta yang datang dan sudah menyumbat mulut Alma pakai dasi.

Ah, melihat dasi itu, Shiren tersadar akan satu hal. Dia menatap Bryan, "Dasi lo mana?" Wah berandal sekali memang Bryan. Sudah gak pakai dasi, baju dikeluarkan.

"Gue lupa cara pakai dasi, pakein dong." Dengan santainya sang badboy mengeluarkan dasi dari saku celananya, yang sedari tadi tersimpan indah disana.

"Dih, modus amat sih!" Protes Alma. Harus satu sekolah akui, yang berani meninggikan suara di depan Bryan kecuali Shiren, hanyalah Alma meskipun itu jarang.

Shiren menghela napasnya, dia memgambik dasi itu, dan memasangkannya rapi di kerah putih sang kekasih. Ini memang bukan pertama kalinya dia memakaikan dasi untuk Bryan yang manja.

"Udah gue bilang kan, orang pacaran jangan di datangin, sakit sendiri. Ayo temenin gue ke kantin." Nanta merangkul Alma, membawanya pergi.

"Kok ke kantin? Bukannya kelas ya?"

"Kita kan dapat makanan gratis, jadi harus ke kantin kapan pun lapar."

"Oh iya!"

...***...

...Udah tau mau ship siapa?...

...Bryan Shiren? ...

...Galaksi Shiren? ...

...Atau main aman, sama kayak author, Nanta Alma aja wkwk...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!