Aku ngantuk

"Pak Won cuti, ada urusan. Mau kakak jemput gak? Atau balik sama Bryan?"

Telepon itu dari Kakaknya,  Arfen memberi info sesuai fakta.

Shiren sudah bediri di depan gerbang sejak lima menit yang lalu. Dan banyak murid yang sudah berpulangan, hingga sekolah ini sepi.

Kalau suruh Kakak jemput, ntar pasti nanyain Bryan. Kalau Kakak nanya Bryan kemana? Aku jawab apa? Tawuran?

"Gak Kak, Shiren balik sama Bryan aja."

"Oke, Kakak tutup ya, ada rapat penting."

Shiren membuang nafasnya berat, setelah dia memutus teleponnya. Dia harus segera berjalan ke halte, untuk mendapatkan bis atau sejenisnya, demi tidak terlambat pulang.

Baru sepuluh menit Shiren berjalan dibawah teriknya panas matahari. Dan sialnya, ada motor hitam yang mendekat ke arahnya. Shiren berharap itu Bryan, namun sayang, itu semua hanya keinginan dan harapannya saja.

"Hey, cewek jutek, pulang bareng gue gas?"

Yah, cowok itu membuka helmnya, dia turun dari motornya dengan gaya. Rambut acaknya sangat mempesona, belum lagi leher jenjangnya yang keren karna keringat, ah jangan lupakan mata tajam yang tampan itu.

"Lo lagi lo lagi, gak muak apa?" Ternyata Shiren kenal pria itu, dia adalah cowok menyebalkan yang akhir-akhir ini sering mengganggunya, Galaksi namanya.

"Mana mungkin gue muak liat muka istri gue nanti, sampai tua juga gue jabanin pantengin muka lo."

Oh ayolah, kasihani Shiren kita ditengah panas itu, dia malah menerima gombalan lebay macam itu.

"Ayo naik, gue anterin sampai rumah,"

Shiren menajamkan matanya pada sang pria, tentu saja menerka apa ucapannya bisa dipercaya? Akhirnya Shiren memutuskan untuk naik saja. Takut malah tidak kedapatan angkot.

"Cuma kalo khilaf ya KUA." Galaksi menjalankan motornya.

Bukh!

Satu pukulan dari Shiren mendarat sempurna di bahu lebar sang pria gagah.

"Eh kok lo bisa sih gitu?"

Shiren mengernyit heran, dia tau ujung-ujungnya adalah gombalan, tapi entah kenapa dia cukup penasaran pada kelanjutannya. "Kok bisa apa?"

"Kok bisa sempurna, luar dalam, buat jadi mama dari anak-anak gue nanti."

"Gue merinding dengernya."

"Katanya pertemuan tiga kali itu takdir lo, dan gue yakin takdir gue itu lo." Galaksi mencoba menggenggam tangan Shiren yang bersandar di bahunya, sadar akan hal itu Shiren langsung menarik tangannya.

"Takdir apa modus?"

"Dua-duanya!"

Perjalanan menyenangkan itu, diramaikan dengan canda tawa dari Galaksi. Mencoba sekuat tenaga meluluhkan hati sang gadis jutek, yang anehnya mampu menawan hatinya.

-

-

-

Akhirnya keduanya sampai di kediaman Arkasa, tentu saja Galaksi tau, dia kan pernah kesini? Shiren segera turun dari sana, tapi Galaksi juga ikut turun.

"Lo ngapain turun? Minta makan?" Shiren sudah berkacak pinggang, menatap pria ini.

"Izin sama nyokap bokap lo, buat bawa anaknya jadi menantu nyokap gue."

Shiren diam sebentar. "Gue belum bilang ya, gue udah punya cowok loh, dan dia ganteng, dan seluruh keluarga gue udah kenal sama dia, sekian." Shiren awalnya ingin tetap di luar sampai Galaksi keluar dari gerbang, tapi sepertinya semakin lama Shiren disana, semakin enggan Galaksi pulang.

"Lo kira gue percaya? Itu cuma akal-akalan lo doang kan? Biar gue jauhin lo!" Galaksi sungguh tidak percaya perkataan Shiren itu. Dia yakin bahwa Shiren dengan kepribadiannya yang seperti itu, dia masih jomblo.

Namun, tak ada balasan dari Shiren, karna gadis itu sudah masuk melewati pintu.

Drett... Drettt

Getaran ponsel disaku celana mengganggu konsentrasi Galaksi, dia melihat nama pemanggil yang ia kenal.

"Apaan Dit?"

"Lo gila ya?! Lo bolos les terakhir cuma demi mastiin apa cewek yang lo taksir beneran anak SMA Merah Putih atau gak?!!" Suara  cowok disebrang telepon sana sangat kuat, hingga harus membuat Galaksi menjauhkan hp dari telinganya. Jika lebih dekat, gawat, dia bisa mendadak budeg.

"Itu bukan cuma, ini semua demi mewujudkan pertemuan tiga kali seolah takdir." Yah, benar. Sejak awal tidak ada yang namanya kebetulan yang sampai tiga kali. Galaksi merencanakan semua ini, demi mendapatkan si gadis jutek didalam sana.

"Pertemuan takdir cuma buat orang-orang yang beruntung, dan kalau gak beruntung kayak gue, harus berusaha, membentuk takdirnya sendiri." Lanjut Galaksi meyakinkan dirinya sendiri.

"Lo ngomong apa sih, mending buruan ke basecamp. Lupa ya? Ntar malam ada balap, gue udah dapat konfirmasi dari Nanta team Bryan, katanya mereka juga ikut."

"Okay, orang ganteng otw." Galaksi mematikan hpnya. Dia kembali memakai helmnya. Menjalankan motornya keluar dari gerbang.

Shiren yang sedang berada di balkon kamarnya, menghela napas lega. Memang sedari tadi dia mengawasi Galaksi dari atas sana.

"Akhirnya pulang juga tuh anak, kok bisa ya ada manusia pede kayak gitu."

...

Shiren diam sebentar. "Oh ya, dirumah ini kan juga ada dua." Tentu saja dua yang dimaksud adalah legenda SMA Merah Putih.

...***...

Shiren sudah bersiap dengan cantik, berdandan super duper cantik, gaun berwarna peach di bawah lutut yang ia pakai, begitu manis dan serasi dsngan dirinya.

Shiren baru ingin mengikat rambutnya, namun dia tidak jadi melakukannya, karna ingat sang kekasih sangat memfavoritekan rambutnya.

"Gerai aja deh."

Dia kembali menyisiri beberapa kali, sembari matanya melirik hape yang ada di meja rias.

Janji Bryan adalah malam ini, namun sejak pulang sekolah Bryan bahkan tidak mengirimkan satu pesan pun.

"Apa mungkin bakal gagal lagi?"

*tok tok tok

Tiga kali ketukan terdengar dari jendela Balkon, Shiren ingat dulu Bryan juga sering melakukan itu, membuatnya menurunkan kewaspadaannya. Yah soalnya kamar Shiren ada di lantai dua, tidak terlalu tinggi, cukup bisa dipanjat oleh Bryan.

Jantungnya berdebar kencang, bukan karna dia takut, tapi dia senang mungkin saja itu Bryan. Shiren berjalan perlahan, hingga saat sampai dia langsung membukanya.

Belum sempat dia lihat siapa orangnya, dia langsung menerima pelukan hangat itu, pria itu dengan santainya menyenderkan kepalanya di bahu sang gadis.

"Bryan? Lo ngapain dari balkon? Balkon tuh tempat lo belum dapat restu dari Kak Arfen. Sekarang kan udah, buat apa lewat sini? Tolong liat kegunaan pintu."

Bryan dengan malas, berdiri menatap Shiren. "Pengen nostalgia, kan lo yang selalu bilang biar gue berubah kayak dulu, ya kan?"

"Berubahnya bukan gini maksud gue."

"Shi, jam berapa sekarang?"

"Jam delapan kurang, ada apa emangnya?"

"Kita jalan setengah jam lagi ya? Gue ngantuk banget sumpah, gue gak mau kecelakaan gara-gara ngantuk. Jadi gue tidur bentar bisa?"

Shiren menatap Bryan yang sudah berstyle rapi, dia memakai kaos, celana bahan, jangan lupa jaket hitam dan topi adalah hal yang paling Bryan sukai.

Bryan tidak bohong, wajahnya kelihatan lesu, area disekitar matanya juga menghitam.

"Iya ayo, tidur dulu." Shiren menuntun Bryan untuk berbaring di kasurnya.

Bryan melepas topi dan jaketnya, dia dengan cepat berbaring di tempat yang disediakan. Dia juga menuntun tangan Shiren untuk menyentuh keningnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!