Dia balapan?

Shiren bolak balik melihat jam, entah sudah berapa kali dia melirik ke arah jam berbentuk lingkaran yang terpajang manis di dinding kamarnya. Seakan tak puas, dia juga bolak-balik menghidupkan ponselnya, memastikan bahwa jam dindingnya tidak salah.

Telianganya selalu ia pertajam, nada dering ia kuatkan, ponsel ia letakkan di tempat paling dekat dengan telinganya. Itu guna mendengar jika ada panggilan dari Bryan.

Nyatanya, tidak ada. Janji tadi siang yang dibuatnya hanya sekadar janji, barangkali dia tidak ada niat untuk menepati?

Shiren menghela napasnya, ini bukan pertama kalinya Shiren diberi harapan palsu oleh Bryan selama beberapa bulan terakhir. Shiren memilah-milah buku yang ingin dibacanya, mengerjakan pr yang belum ia kerjakan bahkan untuk minggu depan. Tapi, itu semua sudah selesai. Tidak ada yang bisa ia lakukan sekarang.

"Jam 10 malam? Pantes udah ngantuk." Shiren mengucek matanya yang gatal, dia melirik ke arah ponselnya, sekali lagi melihat tidak ada notifikasi pesan masuk, ataupun sms, apa yang dia harapkan? Telepon dari Bryan? Berhenti bermimpi Shiren ayo tidur.

Shiren meletakkan ponselnya disebelah telinganya, dia berharap akan ada deringan panggilan dari Bryan yang akan membangunkannya.

****************

Wush!!!

"Yeahhh!!"

Setelah mobil hitam gelap dan mobil biru terang itu baru saja melewati garis dengan tulisan finish di dekatnya. Banyak anak muda bersorak bahagia, ada yang memaki juga mengumpat. Ada yang frustasi karna kalah taruhan. Ada yang mabuk kepayang karna banjir uang.

Meskipun perbedaan itu sangat tipis, semua orang masih bisa melihat pemenangnya, yaitu...

"Bryan!! Yeayy! Bryan!!"

Sorakan kebahagiaan karna kemenangan pria itu membuat namanya diserukan dengan gema gemuruh yang meriah.

Gadis berkaos putih crop polos dengan celana bahan yang hanya sepaha, memegang bendera merah. Dia adalah Sarah, queen race kita semua. Dia berjalan mendekat ke arah mobil Bryan dia mengetuk kaca mobilnya.

Bryan menurunkan kaca mobilnya, dia melihat Sarah dan tampilan belahan dadanya disana.

"Cih!" Bryan nafsu? Tidak! Dia bahkan jijik! Dia tidak suka, bukan karna pakaian itu model, tapi karna Sarah menunjukkannya secara sengaja. Padahal Sarah tau jelas, bahwa Bryan tidak akan bernafsu dengannya bahkan jika dia satu-satunya wanita di dunia ini.

Sarah memang sudah berulang kali menggoda Bryan, tapi Bryan juga selalu menolaknya mentah-mentah, bahkan tak jarang makian dan umpatan kasar keluar dari mulut Bryan. Bryan juga beberapa kali mengatainya perempuan rendahan, dan dia masih mendekati Bryan? Wanita itu memang sudah tidak waras.

"Bry, soal tar--"

"Bukannya gue udah bilang, urusan itu bicarain sama Nanta. Dia yang ngurus semua, gua cuma balapan."

"Tapi Br--"

"Diem! Enyah sana, hilang dari pandangan gue, sebelum gue yang hilangin lu."

Sarah menelan salivanya payah, Bryan memang tidak pernah main-main dengan ucapannya. Dibanding dia pulang dengan bagian badan tidak utuh, lebih baik dia pergi. Sarah selalu percaya bahwa akan tiba kesempatan datang padanya untuk merayu Bryan.

Bryan keluar dari mobilnya setelah Sarah menjauh, dia mengedarkan pandangannya. Wajahnya terlihat gusar dan tidak tenang, dia kesal sekali saat ini. Kenapa? Padahal dia kan menang?

"Apa? Lu kesel karna sekarang kita cuma beda tipis?"

Suara itu datang dari pria yang baru saja keluar dari mobil biru saingan Bryan. Pria tampan berambut hitam, tinggi kira-kira 180-an, dia keren, dan dia juga salah satu orang populer diantara kumpulan anak-anak ini.

Bryan tidak peduli, dia bahkan tidak melirik pria itu, pria yang selalu menjadi saingan imbangnya dalam balap. Dan lawan kuatnya saat tawuran, dia juga merupakan tim futsal yang pernah mengalahkan tim Bryan walau hanya sekali.

"Woy!! Gua ngomong disini sama Lu! Lu denger gak sih?! Lu mah dinginnya kelewatan!"

Bryan diam, dia sama sekali tidak menggubris ucapan pria itu. Membuat yang baru bicara dongkol sendiri. Bryan hanya maju beberapa langkah, menyapu pandangannya. Pria itu benar-benar diabaikan oleh Bryan.

"Bry! Bagus banget, gue bang--!"

Bryan langsung berlari ke arah pria yang mendatanginya, dia Arga-teman seperjuangan Bryan. Arga merentangkan tangannya, dia pikir Bryan ingin memeluknya.

Bryan mengambil ponselnya yang menggantung di saku kemeja Arga. Bryan tidak ingin memeluk Arga.

"Najis." Bryan melirik jijik ke arah Arga.

Bryan dengan cepat membuka ponselnya.

"****! Udah jam 12 lewat!"  Pekiknya kuat dengan segala amarah dan kekesalannya dia tumpahkan dalam makian untuk waktu yang cepat berlalu itu.

Dia segera membuka aplikasi itu, terlihat bahwa Shiren terakhir kali melihat aplikasi itu pukul jam 22.03.

"Arghh sialan!!!" Umpatnya semakin kesal. "Ini semua gara-gara lo Ar! Kalo aja lo kasih gue hpnya! Gue pasti bisa jawab pesan dia tepat waktu! Atau gak telepon dia satu menit aja!" Bryan dengan kemurkaannya menunjuk-nunjuk ke arah Arga.

Arga hanya menghela napasnya, ini bukan pertama kalinya dia dimaki karna Bryan terlambat melihat pesan Shiren. Ini sudah terjadi berulang kali, bahkan Arga sudah terbiasa, dan tidak sakit hati.

"Ya karna itu, hpnya gua bawa. Kalo lu yang bawa, ada dua jawaban, lu kerumah sakit atau ke akhirat? Lu mau ninggalin dia sendiri?" yang Arga katakan itu benar. Bagaimanapun caranya, jika Bryan yang memegang ponsel itu, dia pasti akan memaksakan diri untuk membalas pesan Shiren, dan dia akan memaksa untuk menang karna dia tidak suka kekalahan.

"Diam!" Bryan tau itu, dia hanya tidak ingin mengakuinya.

Ekhm ekhm!

Bryan memegangi tenggorokannya, dia beberapa kali batuk guna menyetel suaranya sesuai keinginannya.

Setelah yakin suaranya sempurna, dia menekan 'voice note' bergambar mikrofon kecil.

"Happy night dream sayang~ sorry telat. Kalo mimpi buruk, kabarin gue oke? Gue bakal hajar di-- Argh ck...! Alay banget anjir, dia pasti geli!"

Bryan membatalkan Voice notenya. Bryan menghela napasnya. Dia mengulangi voice note itu lagi.

"Good night Shi, sorry ya." Suara Bryan begitu lembut, sama seperti siang tadi saat dia bicara dengan Shiren. Bryan menyunggingkan senyuman leganya, namun saat dia ingat dia terlambat, dia jadi kesal.

"Lu jangan gitu anjir! Gue merinding! Lu yang biasanya maki, ngumpat, ngomong kasar, bentak-bentak anak orang, apa bisa ngomong selembut itu? Gue salah kan? Bilang gua salah liat dan salah denger! Gak mungkin seorang Bryan bisa ngomong selembut itu!" Pria yang sedari tadi berdiri dan mendengarkan itu kini mulai angkat bicara.

Bryan menaikkan sebelah alisnya. "Lu siapa?" Astaga! Betapa jahatnya Bryan! Dia baru sadar kehadiran pria itu sekarang, saat sedari tadi dia mengoceh.

"Gue ini Galaksi Tri Atmajaya! Rival lu dalam balap mobil! balap motor! Tawuran! Futsal! Basket! Kita Rival sejati!" Dia berteriak kuat-kuat. Syukurlah di area itu hanya ada mereka bertiga karna penonton lainnya sedang melihat balap lanjutan. Jika tidak,  cowok ganteng bernama Galaksi ini pasti sudah kalah malu.

"Oh?"

Iya! Iya! Hanya itu reaksi Bryan, dengan nada datarnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!