Bucin Akut

...***...

"Lo gak beneran berpikir mau makan kan? Kakak gue tadi cuma basa-basi, jangan di anggap serius." Celetuk Galaksi enteng. Kayaknya Shiren agak familiar dengan kata-kata itu.

"Balas dendam ya?!" Shiren tidak peduli dia melanjutkan makannya, toh Galaksi pas di rumahnya kan juga begitu.

"Buat apa? Gak gentle banget gue gituan doang balas dendam." Galaksi menghela napasnya, dia mengambil posisi duduk di sebelah Shiren.

"Lo beneran udah punya pacar? Gak ada niat putus sama dia?" Galaksi masih benar-benar menaruh harapan pada Shiren, cinta pertama, gadis pujaan hatinya yang dia nantikan kehadirannya.

*Uhuk!

Tentu saja Shiren tersedak, jangankan niat putus, bahkan Shiren sudah melontarkan banyak permintaan putus untuk Bryan, nyaris 30 kali. Dan tentu, Bryan menolak semuanya.

"Makan aja gagal, apalagi jadi istri." Galaksi menuangkan segelas air, dan memberikannya pada Shiren.

"Ya kalo lo tau gue gagal jadi istri, ngapain nembak gue?" Astaga, Shiren baru saja memuji Galaksi barusan, tapi sudah di buat kesal lagi.

"Ya karna itu lo harus milih gue, gak peduli seberapa buruknya lo, atau seberapa besar kegagalan lo sebagai seorang istri nantinya, gue bakal terima, maafin, dan gue gak bakal nuntut apapun ke lo. Malah, gue bakal bantuin lo. Apapun gue lakuin, asal lo milih gue, gimana?"

Deg

Jeda! Meski singkat, tapi seolah waktu berhenti saat itu. Perkataan Galaksi terdengar serius dan nyaman di dengar oleh telinga. Suara rendah, dengan mata jernih, lalu perkataan memikat penuh martabat itu menjadi kesempurnaan dalam mencerminkan bahwa Galaksi bisa bertanggung jawab atas apa yang dia katakan. Itu bukan gombalan semata yang dilontarkan anak remaja.

Komitmen kuat akan dipegangnya jika Shiren menerima dan menggenggam tangannya.

"Bahkan, kalau gue masak nasi gosong?" Pertanyaan macam apa yang Shiren lontarkan.

"Kalau itu terjadi, gue dan lo pasti udah gila. Masa iya masak nasi doang, pakai alat, bisa gosong. Yoshida Minami kecewa mendengar ini, bisa-bisanya kita gagal pakai rice cooker yang dia temukan dan kembangkan susah payah."

"Iya juga sih." Shiren tau siapa tokoh yang Galaksi sebutkan, dia adalah penemu rice cooker pertama.

"Jadi? Lo beneran cinta sama dia?" Galaksi meletakkan udang goreng di piring Shiren, dia hanya melihat dan menikmati gadis sepantarannya itu makan di hadapannya.

Shiren tidak mengatakan apa-apa, tapi dia memberikan anggukan yang jelas dan pasti.

"Jadi kapan kalian putus?"

Shiren juga tidak menjawab, dia hanya mendelik menatap mata cowok itu. Bisa-bisanya dia menanyakan pertanyaan itu.

"Oke, pertanyaannya gue ganti jadi pernyataan. Hubungi gue, kalau kalian ribut, telepon gue kalau lo gabut, datang ke gue, kalau kalian akhirnya putus." Galaksi mengambil ponsel Shiren yang sedari tadi di letak di atas meja sebelah Shiren.

Dia menyimpan nomornya sendiri disana.

"Eh, kembaliin hp gue!" Tentu saja Shiren meronta.

"Tiga hari! Tiga hari dari hari ini, kalau lo gak hubungi gue, gue bakal ke rumah lo."

"Bodo amat, gerbangnya bakal gue tutup rapat akurat."

"Lah, gue bisa manjat kok. Oh ya, lagian gue kepo, siapa sih cowok yang berhasil dapetin hati lo sebelum gue, seganteng apa dia? Yakin bisa menyaingi kegantengan gue yang gak ada duanya?"

"Dia ganteng!" Tentu saja Shiren tidak bohong, Galaksi dan Bryan dua-duanya memang sama-sama ganteng, tidak perlu dibandingkan kalai tidak ingin sakit kepala.

"Nama aja deh, sisanya biar gue sendiri yang nilai, paling juga gantengan gue, pinteran gue, dan kerenan gue."

"Namanya Bry--"

"Shi! Udah makannya, tau malu kek. Ayo pulang."

Arfen datang memutus ucapan Shiren.

"Okay Kak! Makasih makanannya Kak Leon!"

Akhirnya Shiren pulang dengan teka-teki yang nama yang terus berputar dikepala Galaksi.

Bry? Siapa dia? Se-oke apa sih tuh anak sampai Shiren kayak gitu. Ck...! Gue rebut Shiren gak ya? Gue gak suka hancurin hubungan orang. Ya udahlah, tungguin aja sampai mereka putus, dan Shiren jomblo lagi. Kalau sampai itu terjadi, kesempatannya gak bakal pernah gue lepas.

-

-

-

Malam ini tidak ada pesan keterangan dari Bryan, walau pesannya sudah centang dua abu-abu yang tak kunjung membiru, yang artinya Bryan sudah online namun tidak membalasnya, ah dia bahkan tidak membacanya.

Fokus Shiren terganti pada nomor dengan nama pemilik-

"Selir utama? Absurd banget dia kasih namanya sendiri gini? Haha, ada-ada aja tuh anak."

Chatt gak ya? Udah lah, gak usah.

Kebimbangan itu akhirnya berakhir dengan keputusan Shiren untuk mematikan hpnya dan belajar saja. Memikirkan Bryan kemana juga bikin sakit kepala.

...***...

Shiren baru masuk, dan duduk anteng ayem dibangkunya, masih agak sepi,  terutama karna belum hadirnya Alma, queen of ribut.

"Hey Guys! Berita bahagia ~ untuk kita semua~ Kini guru, udah pergi rapat~"

Dan saat Alma datang, dia membawa kabar yang mampu mericuhkan satu kelas, kelas penuh dengan rasa gembisa dan bebas.

"Untung rapat pas Kimia! Asek!" Tentu saja Lilia bersyukur karna dia belum siap PR dan ngebut ngerjain saat Shiren baru datang.

"Berita lo bisa dipercaya gak tuh?" Shiren agak khawatir, soalnya Alma emang radak gitu anaknya.

"Berita kali ini terjamin!" Alma duduk di sebelah Shiren. "Btw, Bryan ada kabar?"

Wajah Shiren sudah kesal, awalnya emang kesal, tapi saat Alma membahasnya dia semakin kesal. "Gak usah ditanya, pokoknya hari ini gue dan dia harus putus!"

"Gitu ya? Pas banget, tuh anaknya baru datang, sana merengek minta putus kalau berhasil." Alma menunjuk Bryan dan Nanta yang baru datang bersamaan.

Wajah Bryan sangat dingin pagi ini, dia juga terlihat menyeramkan, hingga membuat Shiren merasa asing dengan wajahnya. Aura disekitar Bryan juga nampak suram dan gelap. Bryan memang dingin biasanya, tapi hari ini jauh lebih dingin. Entah masalah apa yang baru dia hadapi.

Dia kenapa? Punya masalah apa lagi tuh anak?

Namun, dingin yang hadir mendadak hilang terganti dengan hangatnya sinar mentari saat Bryan melihat Shiren, dia langsung menampilkan senyuman manisnya. Senyuman hangat penuh cinta dan kerinduan.

Bryan agak mempercepat jalannya, dia ingin mengelus rambut Shiren, namun gadis itu malah menepisnya kasar.

"Gak usah sentuh-sentuh gue!"

Apakah Bryan marah? Oh, mana mungkin. Dia berhenti di sebelah Shiren, duduk di jalan antara meja, menyandar pada bangku gadis itu, dengan kepalanya sudah sejajar dengan paha Shiren dari samping.

"Lah? Lo ngapain Bry? Ngalangin jalan orang tau gak sih?" Protes Alma, namun dia merasa itu romantis.

"Ngemis maaf sahabatnya lo. Bilang dong, gue salah, gue minta maaf." Bryan hanya bisa mengatakan maaf, untuk saat ini.

*Uhuk! Nanta serius terbatuk, bukan hanya akting.

"Musuh-musuh lo bisa  kena serangan jantung denger lo ngomong gitu. Lo yang gak pernah minta maaf sama orang lain, sekarang malah ngemis maaf sambil duduk gitu di lantai?! Asli, bucin lo akut banget, udah gak tertolong sih!"

"Setuju!" Sahut Alma menimpali.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!