Aku muak

"Bryan!!!" Suara Shiren memekik, menyakiti telinganya sendiri. Berteriak di ruangan kecil seperti itu? Sepertinya Shiren cukup kesal saat ini.

"Tunggu, ap--"

"Jangan main hp kalau lo balapan! Kalau emang mau main hape, jangan balapan! Kalau lo kenapa-napa gimana? Gak mikir apa?!" Shiren sudah meneteskan satu bulir hangatnya. Dia yakin dan setuju bahwa apa yang Arga katakan itu benar.

Bukannya marah, Bryan tersenyum bahagia, dia menepikan mobilnya sebentar. Dia membuka sabuk pengamannya lalu memeluk Shiren erat.

"You're is my mine, stay with me, for a long time."

"Kalau mau bareng dalam waktu yang lama, lo ya berubah!"

Bryan melepaskan pelukannya, dia kembali menjalankan mobilnya.

"Jadi spiderman? Thor Marvel? Superman?"

"Mereka terlalu keren buat lo. Yang cocok buat lo cuma pangeran kodok."

Tidak berapa lama, mobil Bryan berhenti di parkiran sekolah.

"Pangeran kodok, butuh putri jutek buat hilangin kutukan loh. Give me a kiss, on the lips?"

"Gue belum mandi loh."

"Dah lah, gak jadi, mending turun."

Bryan ingin turun, namun Shiren menarik kerah baju pria itu, dan meninggalkan kecupan di pipinya.

Lalu dengan cepat keluar dari mobilnya. Dan berjalan meninggalkan Bryan begitu saja diparkiran.

Bryan tersenyum manis, melihat tingkah menggemaskan kekasihnya itu. "Pffttt, kalau gue bilang pengen, mungkin dia gak bakal kasih kecupan pagi kan?" dia menatap punggung Shiren yang perlahan mengecil dan hilang termakan jarak.

"Lo nanya ke  gue? Mana gue tau kalian ngapain aja di dalam mobil, masih pagi juga." Tiba-tiba sudah ada Nanta disebelah Bryan. Yah, mau bagaimana lagi, Nanta memang sudah diparkiran sedari tadi.

Bryan melirik pria lemes disebelahnya. "Bukan lu, gua ngomong sendiri."

"Apa akhirnya lu ngaku lu gila?"

"Kepala lu udah keras? Perasaan pas kepentok balok kemarin bocor deh, udah berani?"

"Mana mungkin!" Sahut Nanta cepat. "Tapi ye Bry, gue rasa anak-anak yang sering tawuran sama kita, dan tau tabiat lo gimana. Mereka bakal sakit jantung kalau liat lo, perlakuin Shiren gitu."

"Perlakuin gimana? Gua masih banyak kurangnya, buat jadi pacar dia. Jadi, gua bisa anterin Shiren gak hari ini?"

"Sorry bre, bukannya gue gak mau ngasih lu waktu buat manja-manjaan sama dia. Tapi sayangnya, hari ini kita ada adu futsal bareng sekolah sebelah, ah si Galaksi, cowok berisik yang ngaku-ngaku Rival sejati lu."

Bryan menghela napasnya. "Liat kan, gue jarang punya waktu buat dia. Wajar dia selalu marah sama gue."

"Ini kan demi masa depan kalian, lu lakuin ini demi pernikahan kalian nantinya baik-baik aja."

"Semoga aja gitu, soalnya kalau bukan Shiren, gue gak tertarik buat nikah."

-

-

Wajah Shiren masih memerah, dia cukup percaya diri meninggalkan jejak pagi di pipi kekasihnya, karna faktanya dia memang sudah mandi loh.

"Gak apa-apa, fix gak apa-apa." Shiren meyakinkan dirinya sendiri.

"Apanya yang gak apa-apa? Kelas Pak Eky nanti? Helo Nusantara, kita bakal celaka, oke?" Tiba-tiba sudah ada yang menyahuti perkataan Shiren dari sebelahnya.

"Lilia? Ih! Bikin kaget aja, iba sama jantung gue dong!"

Keduanya melanjutkan perjalanan ke kelas mereka yang sudah tidak jauh.

"Shiren!!! Help me baby, can i see your punya homework?"

Shiren baru saja masuk, tapi dia sudah disambut dengan teriakan Alma dengan Membaw bukunya.

"Apaan sih, ngomong yang bener bisa gak sih? Gak usah gengsi memperhalus kata pakai bahasa inggris, bilang aja lu mau nyontek kan?" Lilia menatap eneg sahabatnya ini.

"Enak aja! Ini bukan nyontek, tapi menyalin tulisan dengan gaya! Ya gak guys?!" Alma menatap sekelompok orang yang sudah berkerubung dengan wajah panik dan buku terbuka.

"Tau tuh, Lilia rese amat? Emang lu udah selesai? PR dari Pak Eky?"

Lilia mengembangkan senyuman manisnya, matanya menyipit seiring bibirnya yang tersenyum lebar. "Belum dong!"

"Tahu dirilah sedikit." Alma membalikkan tatapan eneg tadi pada Lilia. "Shi, pinjem dong."

"Gue bahkan gak bisa berkata-kata." Shiren mengeluarkan buku pusaka yang sudah dinanti-nanti anak kelas XI IPA lima sedadi tadi.

-

-

Bel sudah berbunyi, dan tiga sekawan paling menakutkan sudah masuk ke dalam kelas, suasana kelas yang awalnya ricuh, mendadak senyap karna mereka. Siapa lagi kalau bukan karna Bryan, Nanta, Arga.

Shiren dan Bryan berada di satu kelas, kelas XII IPA Lima, dan posisi duduknya juga luar biasa, Shiren yang semeja dengan Alma, di belakangnya ada Bryan dan juga Nanta.

Bryan yang berjalan kemejanya, mengelus lembut rambut Shiren saat dia akan duduk. Sudah sampai dimeja, yang dilakukan sang badboy hanya mengeluarkan hp, ambil posisi rotasi miring, dan yap, ngegame!

Shiren memutar badannya, dia dengan santainya mengambil handphone pria itu, dan meletakkan di laci mejanya. Apa Bryan marah? Oh, mana mungkin. Dia hanya bosan  dan melampiaskannya dengan mengunyel-unyel rambut panjang gadis itu.

"Lu udah selesai PR dari Pak Eky? "

"Kalau gue bilang belum, lu bakal bantuin gak?"

Shiren menatap datar cowok dibelakangnya. "Belum siap kan?"

Bryan berdiri, dia agak menunduk, memggeser sebagian rambut yang menutupi telinga indah gadisnya. "Kalau belum siap, gue bakal dikeluarin, kalau dikeluarin gue gak bisa liat lo. Gue gak mau, kehilangan waktu buat liat lo." Bisik Bryan dengan suaranya yang keren.

Mentang-mentang suaranya keren, bisik-bisik tebar pesona.

Shiren diam saja, dia tidak bisa menjawab. Karna pak Eky sudah memasuki kelas.

"Agak mustahil, kalau kalian adalah pasangan yang baru ribut-ribut kemarin, nyaris putus." Bisik Alma seketika.

"Gue denger oy, Gak bakal putus, gak akan pernah putus." Bryan sedikit menggeser kaki kursi yang di duduki Alma.

"Tau nih, si bocil manja berisik amat, ikut campur mulu urusan orang." Tambah Nanta dengan entengnya menarik sebagian rambut Alma yang tergerai.

"Sakit bego!" Pekik Alma seketika. Dia langsung menutup mulutnya saat dia sadar, sudah ada pak Eky yang melihat mereka dengan tatapan menusuk.

"Alma, masih pagi, mau di jemur?!" Suara Pak Eky sudah menyeramkan.

"Ini nih pak, si Nanta duluan. Dia tarik-tarik rambut saya, dia kira rambut saya apaan! Wo!" Alma berteriak, menunjuk-nunjuk pria dibelakangnya.

"Enak aja, rambut lu tuh ngehalangin buku gue. Makanya, rambut tuh diikat, lu mau nyari ilmu, apa nyari lakik!" Sahut Nanta tak mau kalah.

Astaga, yang dua ini memang sudah terkenal akan pertengkaran mereka yang melegenda, dan satu kelas itu bahkan guru-gurunya sudah terbiasa.

"Kalian berdua ini ya! Apa mau bapak nikahkan saja? Berisik sekali!"

"Dih amit-amit, ogah banget," Alma memasang wajah nyaris muntah.

"Tolong pertimbangkan pendapat saya pak, rumah saya bukan tempat penampungan orang sakit jiwa kayak dia." yah, Nanta memasang wajah lebih jijik lagi.

"Woy!"

Shiren hanya menghela napas, telinganya sudah bersahabat dengan pertengkaran kedua orang ini.

Dan Bryan, mengambil kesempatan itu, untuk bermain lebih lama dengan rambut sang kekasih. Dia selalu berterima kasih pada Nanta karna membuat keributan, membukakan kesempatan untuknya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!