"Ya ampun, Shiren sudah terjerat penjara cinta Mas Bryan~" Alma mencoba menggoda. Gadis manis yang memiliki rambut sebahu ini memang suka sekali menggoda Shiren.
"Diem deh Al. Ntar ya Shi, kalau gue udah jago silat, dan udah sabuk hitam. Gue pasti bakal bejek-bejek tuh sih Bryan! Gak jelas amat! Belum lagi dia yang deket-deket sama si Sarah!"
"Itu dia yang gue maksud!"
"Ha~"
Ketiganya menghela napas bersamaan.
"Oh iya! Hp gue mana?" Shiren menatap ke arah Lilia.
"Ini, lupa gue ngasih. Oh ya, si Jeka tadi ngechatt apa gitu, intinya alay deh. Belum sempat gue balas." Lilia memberikan ponsel berwarna putih, bercase biru dengan motif boneka gajah yang imut.
"Thanks ya, udah balesin pesan mereka semua. Kalo gue, gue pasti gak bakal sanggup buat bales mereka." Shiren membuka aplikasi WA nya. Dia segera membuka setelan dan menghapus nomornya.
"Kenapa lu hapus WA Shi? Terus kita gosip di grub gimana?" Alma yang baru saja mengintip hal yang Shiren lakukan tidak tahan untuk tidak berkomentar.
"Lha lu hapus WA Shi?" Lilia menimpali.
"Iya gue hapus yang ini. Gue gak mau mereka tau nomor gue. Gue denger Bryan ngehajar habis anak-anak yang chattan sama gue. Tenang aja, gue bakal buat WA baru kok. Ya kali kita gak ghibah di grub." Shiren mulai mendaftarkan nomornya dengan sim satunya.
"Yah, gimana ya reaksi Bryan kalau tau ternyata yang balas semua chatt cowok itu gue?" Lilia tampak berpikir sebentar.
"Mending dia gak usah tau deh, bisa makin riweh entar."
"Iya juga sih,"
"Cara ini juga gak berhasil ya? Gue pikir kalau gue deket sama cowok lain, dia bakal cemburu, dan berubah kayak dulu. Ternyata cuma angan ya?" Shiren menghela napasnya. Ini sudah kesekian kalinya ia melalukan upaya untuk kembali merubah Bryan, namun Shiren gagal, dia kalah, semuanya salah.
................
"Shiren?"
Shiren menoleh, dia menoleh karna dia kenal suara itu. Suara yang kadang dia benci, namun sangat dia rindukan. Pria itu yang berjalan mendekat, membawa aroma yang menenangkan hati Shiren, dia merindukan aroma tubuh pria ini.
"Oh? Lo gak tawuran?" Apa lagi? Mulut Shiren tidak tahan untuk tidak menyindirnya. Karna biasanya pulang sekolah Bryan selalu pergi tawuran dengan banyak geng berbeda.
"Lu hapus nomor WA?" Bryan mengabaikan pertanyaan Shiren.
"Iya, biar anak-anak itu gak ngechatt gue. Puas kan lo?"
Bryan menyunggingkan senyumannya.
*Cup
Dia mengecup pelipis Shiren. Dia juga mengusap kepala gadis itu lembut.
"Bagus, kedepannya jangan lakuin itu ngerti? Sekarang, minjem hp lu." Bryan mengulurkan tangannya.
Shiren menghela napasnya, dia merogoh kantong di roknya, mengambil benda mungil serba bisa berukuran mini itu.
Bryan menerima ponsel itu, dia langsung mengotak-atik sesuai keinginannya.
"Nah, gue tau gue salah. Gue jarang perhatian sama lo. Gue janji, mulai sekarang, meskipun chattan sulit, gue bakal telepon lo tiap malam. Walau hanya satu menit, oke? Jadi stop minta perhatian ke cowok lain. Gue sakit Shi, hati gue perih."
"Gue mau pulang." Shiren mengambil ponselnya dan bersiap untuk berjalan pergi.
"Gue anter oke?"
Shiren mengangguk, dia tidak ingin keras kepala. Bagaimanapun juga, dia memang sangat merindukan masa-masa dirinya dan Bryan bersama. Dan kesempatan ini jarang sekali datang sejak mereka kelas tiga.
Bryan tersenyum manis menatap Shiren. Yang membuat Shiren bahagia adalah, fakta bahwa senyuman itu hanya ia lukiskan di depan Shiren.
"Nah, ayo pulang." Bryan merangkul gadis yang tingginya hanya sebahunya, keduanya beranjak ke parkiran mobil. Tepat saat keduanya berhenti di depan mobil berwarna merah terang itu.
Bryan mengangkat ponselnya yang bergetar tanpa nada dering itu.
Shiren melirik ke arah Bryan. Bryan tidak tau apa maksud Shiren, tapi mereka baru saja berdamai. Bryan tidak ingin bertengkar lagi. Dia menyalakan speaker telepon itu.
"Ada apa Nan?" Tanya Bryan pada cowok disebrang sana. Shiren tau itu cowok, dan Shiren kenal dia. Tidak ada lagi orang yang Bryan panggil 'Nan' kecuali Nanta.
"Lu dimana? Buruan ke sini, jalan gudang tua. Mendadak markas kita disana diserang! Buruan kesini! Kita udah kalah jumlah ini!" Teriak pria itu, suaranya memang tidak jelas karna banyak teriakan dari sana. Meskipun begitu Shiren dan Bryan masih bisa mendengarnya dan mengerti.
Bryan menatap Shiren. "Lu semua gimana sih?! Kan gua udah bilang hari ini jangan ada tawuran! Gua mau jalan sama Shiren!"
"Gue juga tau, tapi kita diserang! Kita gak mulai duluan! Gue gak salah!"
"Ya udah sekarang mundur!"
"Kalau bisa mundur, gue gak bakal nelpon lu! Buruan Bry!... Argh!"
Bryan segera menutup telponnya, dia menghela napasnya kasar. Dia memijit keningnya frustasi.
"Arghhh sialan!!!" Dia memekik, memaki, dan frustasi sendiri.
"Shi, sorry. Lu balik sama supir lu yang biasa gapapa kan? Gue ada urusan penting, lu denger sendiri kan? Mereka dalam bahaya sih, bisa-bisa nyawa taruhannya." Bryan memegang kedua pipi Shiren. Mata Bryan lekat menatapnya.
Shiren hanya diam, dia tidak bergeming dari tempatnya, dia tidak mengalihkan pandangannya, tidak berkedip, tidak juga berbicara.
"Gue pergi dulu ya, tunggu supir aja. Jangan naik angkot, nanti susah dempet-dempetan."
*Cup
Bryan meninggalkan satu kecupan hangat dikening shiren, juga sebuah pelukan hangat untuk gadis yang lagi-lagi dia kecewakan. Dia segera masuk kedalam mobilnya, dan melajukannya dengan cepat.
Shiren menghela napasnya, saat mobil Bryan telah jauh dari pandangannya. Bulir hangat itu jatuh, seolah dia mengerti bahwa area parkir sedang sepi.
Gadis itu mengusap air matanya.
Dada gadis itu sesak, dia berjalan keluar sekolah sebelum ada yang memergokinya dalam kondisi begitu. Hati Shiren berdebar tidak tenang, air mata yang jatuh tadi bukan karna dia sedih Bryan pergi. Dia hanya takut Bryan akan terluka. Dia hanya takut Bryan tidak akan bersamanya lagi. Dia hanya takut, kehilangan orang yang dia cintai.
Shiren tidak mengatakan apa-apa bukan karna dia tak ingin Bryan pergi, namun Shiren tidak mengerti apa yang harus ia katakan? Haruskah dia mendoakan Bryan terang-terangan? Jika begitu, bukankah sangat mungkin untuk Bryan terus berkelahi dan tak ada niat berhenti. Karna berpikir Shiren sudah menyetujui?
Hanya itu yang bisa Shiren pikirkan saat ini.
Semoga dia dan yang lainnya baik-baik aja, semoga gak ada korban sama sekali. semoga aja.
-
-
Pada akhirnya Shiren pulang dengan supirnya. Gadis itu hanya diam, dia sedang mengatur wajahnya agar terlihat baik-baik saja di depan keluarganya nanti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Elviza mela
bacanya ngebut ya... sebenarnya masih penasaran kenapa bryan berubah...
2023-03-24
0
Manoy Cagar
Mampirrrr thorrr
2023-03-23
0
Muhammad Alwi
masih nyimak
2023-03-21
1