****************
Pagi ini seperti pagi-pagi lainnya Alma bercerita soal drama televisi yang dilihatnya, dan Shiren mendengarkannya dengan sangat baik. Jangan tanyakan Philia kemana, mending dia tidur daripada mendengarkan celotehan Alma yang tidak jelas.
Akhirnya dua sekawan itu masuk, Bryan dan Nanta setelah entah apa yang mereka rencanakan di gudang belakang. Tidak ada Arga, entah kemana anak itu. Yang jelas pasti mengurus hal-hal tidak berguna lainnya.
Nanta mengeluarkan sesuatu dari tasnya saat dia sudah mendekat ke arah Alma.
"Aw! Sakit Nanta bego, apaan lagi sih?!" Alma meronta saat Nanta mencoba memegangi rambutnya. Tapi Nanta tidak melepasnya, dia mengikat rambut Alma tidak jelas, lalu menjepitkan jedai putih yang baru dibelinya.
"Nah, kalo gini kan rambut lo gak bisa ngerushin buku gue. Gue inget lo pas liat ini dijual di pinggir jalan." Nanta masih menatap rambut Alma dengan puas, dia merasa orang paling berbakat setelah sukses mengikat rambut Alma dengan rapi.
"Lo ngutang apa ngerampok ini?"
"Sisa duit jajan itu, jangan fitnah bisa gak sih?" Nanta kembali ke tempat duduknya, dimana Bryan sudah duduk disebelahnya dengan ekspresi puas memainkan rambut Shiren.
Shiren menoleh, dia menatap ke arah Bryan. Bryan yang peka hanya tersenyum manis. "Gue gak suka rambut lo di ikat, gak bisa gue mainin. Tapi kalo lo mau, kita beli ntar pulang sekolah, mau?"
Shiren tidak mengatakan apa-apa, dia hanya kembali menoleh ke depan.
"Kenapa Shi? Kalian berantem lagi?" Bisik Alma yang kepo, anaknya kan emang begitu.
"Enggak sih, gue cuma kesel sama dia. Dibilangin jangan balapan motor, itu bahaya, liat kepalanya." Ya, itu adalah alasan Shiren marah saat ini. Bryan tau itu, dia tidak bisa melakukan apapun selain meminta maaf, dan memenangkan hati kekasihnya lagi dengan senyumannya.
Alma menoleh ke belakang, dia menatap Bryan lekat-lekat. "Baru sadar gue, kepala anak ini bocor? Sakit gak Bry? Besar gak? Lo sih, ngeyel, dibilang jang--Hok!"
Nanta sudah menyumbat mulut Alma dengan gumpalan kertas penuh dengan tulisan itu. "Makanya diem, belajar kalem kek Cil."
"Al, pindah ke belakang dong, gue mau duduk di sebelah Shiren." Bryan menggeser sedikit kaki bangku Alma.
"Ck...! Rese amat sih hidup lo! Ogah banget semeja sama nih kupret." Siapa lagi yang Alma maksud jika bukan Nanta.
"Pikirin pendapat gue kek Bry, lo tega nempatin gue disebelah nih bocil kunti?"
"Kalau kalian ngikutin kemauan gue, seminggu bebas ambil apa aja di kantin."
Ucapan Bryan mampu mengundang senyuman damai kedua belah pihak yang selalu perang ini.
"Eh Nan, jedainya bagus banget, makasih ya." Alma menebarkan senyuman manisnya, dia mengambil tasnya dia bawa ke meja Bryan.
"Yoi, kesini deh, gue perbaiki lagi ikatannya, kurang rapi." Sahut Nanta tak kalah ceria dengan senyuman penyambutan.
Bryan sudah mengambil tasnya, dia sukses berhasil duduk disebelah Shiren yang sudah memasang wajah kesal saat ini. Shiren menoleh ke belakang, menatap Alma penuh kekesalan.
"Jadi makan bebas seminggu di kantin adalah harga persahabatan kita?" Lirik Shiren yang mengatupkan mulutnya, kesal sekali melihat anak itu.
"Lo bayarin bebas dua minggu, gue pindah balik." Jawab Alma enteng. Mengambil keuntungan dari pertengkaran sepasang kekasih nyatanya tidak terlalu buruk.
"Dih, ogah banget." Shiren langsung memalingkan wajahnya, menatap papan tulis yang masih kosong itu. Dia tidak benar-benar marah pada Alma. Soalnya ini bukan pertama kalinya Alma pindah digantikan oleh Bryan.
Bryan tersenyum menang, dia merentangkan tangannya, mendaratkannya di belakang bangku Shiren seolah sedang merangkulnya.
"Kemarin pulang jam berapa?" Tanya Bryan yang masih menatap wajah Shiren. Dia sesekali menggeser rambut lembut yang bergoyang terkena angin dari kipas diatas sana. SMA Merah Putih bukan sekolah super elite yang pakai AC teman-teman. Ingat kan?
"Kemarin, sorean. Mobilnya bannya bocor, pas di dekat jalan Mangga. Kata Pak Won, gara-gara paku. Terus pulang naik angkot sih."
"Gitu ya, kasihan banget cewek orang."
"Bukannya lo harusnya bilang, 'kenapa gak telepon gue aja, kan gue bisa langsung jemput calon istri gue.' Lo yang dulu pasti bilangnya gitu." Shiren sudah menggembungkan pipinya sebal.
"Iya, gue salah, ntar pulang sekolah bareng. Janji hari ini kita gak bakal sibuk, kita cari jepit rambut yang lo mau, okay?" Bryan menekan pipi Shiren yang mungil, dengan jari telunjuknya.
"Lo selalu bilang kalau lo salah, tapi lo gak pernah perbaiki itu. Apa gunanya lo ngaku salah coba? Kalau ujung-ujungnya di ulangi lagi?"
Bryan kehabisan kata-kata, dia tidak menjawab dan hanya diam saja.
"Ka--" Shiren menghentikan ucapannya, saat guru baru sudah masuk ke ruangannya. Guru yang baru bekerja belum genap tiga bulan ini, dia masih muda, mungkin usianya masih 30an awal.
Bu Liona namanya, beliau langsung memulai pelajaran setelah berdoa, dan menjelaskan soal abiotik dan biotik.
Shiren hanya melirik Bryan dengan tajam, tapi Bryan tidak melepasnya, dia memilih pasrah daripada membuat keributan.
----------------
Bu Liona sudah selesai menjelaskan materinya, hanya tinggal untuk anak murid merangkumnya sendiri.
"Lo udah selesai Bry?" Shiren melihat Bryan yang sudah duduk anteng ayem menatap dirinya.
"Udah,"
"Yang lo tulis apaan?" Shiren mencoba mengintip isi buku pria itu.
"Pengertian abiotik, biotik."
"Contohnya? Jenis-jenisnya?"
Bryan menggeleng enteng. "Kan Bu Liona bilang ngerangkum yang menurut gue penting, ya udah sih ini aja."
Shiren tidak bisa memaksa calon suami masa depannya menulis secara lengkap, karna itu adalah Bryan.
"Bau apaan sih ini? Woy yang piket, gak nyapu apa? Sampah belakang kelas kalian buang gak sih?" Teriak Nanta seketika, menjadi pusat perhatian kelas.
"Enak aja! Gue tadi pagi nyapu, cape-cape gue datang pagi-pagi, enak aja dikatain gak nyapu!" Sahut Alma yang memang dirinya adalah jadwal piket hari ini.
"Terus kenapa kelasnya bau?!"
"Bukan kelasnya bau, mulut lo tuh deket sama hidung!"
"Apa lo bilang?" Nanta langsung mencubit pipi Alma yang empuk itu. Nanta sudah kalah malu, karna saat ini kelas sudah bergemuruh dengan tawa yang tentu saja menertawakan Nanta.
"Pfftt, defenisi makan bangkai sendiri." Bryan tertawa menyebalkan. Jika seandainya Nanta lebih hebat dari Bryan, pasti dia sudah menyumpal mulut sahabatnya seperti yang dia lakukan pada Alma. Tapi sayangnya, Nanta kalah dari Bryan.
"Emang ngehajar lo secara langsung gue gak bisa Bry, tapi gue tau link santet online yang bagus." Nanta menatap Bryan serius.
"Bu, Nanta berisik. Keluarin aja, ganggu kami semua yang belajar." Shiren dengen santainya sudah mengadu.
"Woy Shi, ngadu mulu hidup lu!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
sya-sha
nanta Alma nih pasangan sengklek
2023-03-28
0