"Karna gue..., terlalu ganteng."
Bulu leher Shiren naik semua, dia begidik seketika. "Agak sakit keknya nih anak." Shiren melemparkan tatapan aneh pada pria itu.
Memang harus diakui, cowok dengan tinggi lebih dari 170 dengan kulit yang agak gelap, dan bulu mata yang tebal ini memang tampan. Belum lagi, dagu yang lancip beserta mata yang tajam. Dia terlihat sangat keren saat ini, dengan baju sekolah yang dua kancingnya terbuka.
Tapi tunggu dulu, itu masih tidak bisa menggoda Shiren, apalagi membuat Shiren luluh. Karna disekitarnya, sudah ada Bryan yang sedikit lebih tampan.
"Lo ...? Lo baru natap gue dengan jijik?" Pria itu bertanya lagi dengan Shiren. Kali ini, dengan matanya yang berbinar kagum.
"Iy ..., iya sih, lo aneh habisnya."
"Mata lo yang terbaik!"
Apa? Apa katanya? Shiren masih tidak mengerti. Shiren menggelangkan kepalanya, segera pergi dari sana, takut jika orang aneh itu semakin gila.
"Tunggu!" Cowok itu menghentikan tangan Shiren.
Shiren enggan, namun dia tetap menoleh ke belakang.
"Apaan sih, gue mau balik nih, gue buru-buru banyak yang harus gue lakuin."
"Nama gue Galaksi, Galaksi Tri Atmajaya, lo?" Dia dengan friendly nya mencoba menjabat tangan Shiren. Namun Shiren menolak, karna ekspresi pria ini semakin aneh.
"Iren! Udah kan? Gue balik duluan."
"Gue anter ya?"
"Ogah, thanks."
"Gue gak suka cewek jutek, tapi kalo itu lo, gak apa-apa, gue terima apa adanya."
Shiren berhenti, dia menatap cowok itu semakin aneh. "Ya, guenya kenapa-napa deket lo. Dan kayaknya gue bakal ketimpah masalah mulu deh." Shiren melanjutkan jalannya, kali ini setengah berlari.
Galaksi menarik sudut bibirnya, dia menebarkan senyuman yang biasa ia sebut ...
"Senyuman tampan, tebar pesona, kali ini gue hadiahkan buat Lo, Iren!"
Galaksi memegangi jantungnya yang berdebar kencang, dia masih ingat bagaimana cara Shiren menyelamatkannya dengan sepatu andalannya. Dan bagaimana, tatapan 'keren' yang Shiren berikan tadi.
"Oh inikah cinta? Cinta pada pandang pertama, dengan dirinya~ Tadi seragam dia, SMA Merah Putih. Itu SMA si Bryan kan? Ntar nanya si cecungukk itu deh, soal cewek cakep calon masa depan gua. Tunggu ..., kayaknya gue lupa sesuatu deh. Astaga iya! Adu futsal! Gue ada adu futsal sama sekolah dia! Gila, telat ga ya?!" Galaksi dengan cepat menyalakan motornya, dia melaju dengan kencang dijalanan. Ah, dia sudah biasa, soalnya emang sering balap sama Bryan.
Akhirnya Galaksi sampai di sekolahnya, namun pertandingan sudah dimulai, dan mereka kalah dibabak pertama. Galaksi marah, dia langsung main dengan serius, hasil babak kedua seri, dan babak ketiga dimenangkan oleh Tim Bryan. Kekalahan dan fokusnya pada futsal membuat Galaksi lupa untuk menanyakan gadis pencuri yang sukses merampas hatinya.
................
"Good night Shi, tidur yang nyenyak."
Pukul sudah menunjukkan angka sembilan lewat tiga puluh menit, dan hanya itu kabar yang Bryan berikan malam ini. Tidak perlu ditanyakan lagi, dia pasti sedang memadu kasih dengan aspal jalanan. Itu adalah kegiatan anak itu, yang entah sampai kapan dia akan berhenti.
"Kerjain PR, dan besok pagi gak usah jemput, besok aku dianter kak Arfen."
Shiren mengirimkan pesan itu, namun sayang, hanya centang satu yang berarti Bryan sudah offline. Dan tidak ada secercah harapan, bahwa itu akan dibalas malam ini. Lebih baik Shiren kembali tidur.
"Gimana ya, caranya biar bisa ngerubah Bryan? Kapan ya, Bryan bisa balik lucu dan hangat kayak dulu?"
Perilaku Bryan yang dulu, mengingatkan Shiren pada sosok Galaksi yang baru ditemuinya siang tadi.
"Entah kenapa, anaknya agak familiar gitu."
Sadar atau tidak sadar, sepertinya Shiren yakin akan ada yang aneh dengan hari-harinya di kemudian hari.
***
"Bryan mana? Kok udah berapa bulan ini dia gak keliatan ke rumah? Dia sibuk? Atau sakit? Atau dia udah jelek, jadi minder mau gabung sama keluarga kita yang udah jelas wajahnya di atas rata-rata?" Celetuk pria berseragan formal yang duduk di sebelah Shiren, di dalam mobil mewah warna putih itu.
Apa ada yang punya panci? Shiren ingin sekali menepuk badan kakaknya yang berada di sebelahnya. Inilah kenapa, Shiren tidak suka diantar oleh Arfen. Ada-ada saja perkataan anehnya, yang pasti mengandung pujian dan sanjungan untuk dirinya sendiri.
"Bryan sibuk Kak, kan kita udah kelas tiga." Memang begitulah Shiren, selama ini dia menyembunyikan perubahan sikap dan tingkah laku Bryan dari keluarganya. Dia masih ingin Bryan dianggap pria yang baik.
"Yah, mungkin bisa dimengerti. Pak, berhenti disini."
"Loh Kak? Kok berhenti disini?" Shiren melihat area jalanan disebelahnya, ini memang sudah tidak jauh dari sekolahnya. Tapi ini belum sampai disekolahnya, apalagi sekolahnya saja belum kelihatan.
"Tuh, calon menantu mama pemberi bibit unggul udah jemput kamu." Arfen menunjuk cowok berjaket kulit yang sedang duduk menunggu seseorang. Dan mobil mereka berhenti tepat di depan cowok itu.
Bryan, yang sedari tadi sudah menanti Shiren, mana bisa lupa mobil yang selalu mengantar dan mejemput calon istrinya. Bryan turun dari motornya, dia membukakan pintu untuk Shiren.
"Mau turun digandeng? Atau mau digendong?" Bryan mengulurkan tangannya, pada gadis manis pujaan hatinya.
"Bryan? Itu kepala kenapa? Kenapa diperban? Kamu habis taw--Ck!" Shiren menghentikan ucapannya, sadar Arfen masih disana. Dia menyentuh perban kecil yang ada di sudut kening Bryan, tampak obat merah mewarnai pertengahan perban itu.
"Yang kamu punya buat masuk keluarga Arkasa tuh cuma muka kamu, bisa dijaga gak sih?" Celetuk Arfen enteng.
"Saya luka aja masih keren, apalagi saya sehat? Kakak ipar bisa kalah telak, nangis melarat." Sahut Bryan enteng dengan senyuman yang ia kembangkan.
Bryan tau jelas bahwa keluarga Shiren belum tau perubahan sikapnya, jadi dia masih ingin terlihat sama, seperti menantu idaman yang mereka harapkan.
"Kurang ajar, kenapa kamu luka gitu. Jaga diri sendiri aja gak bisa, apalagi jagain Shiren."
"Saya gak perlu dijaga, karna yang utama cuma Shiren, da--"
Shiren menutup mulut Bryan sebelum dia banyak mengatakan hal-hal aneh lainnya. "Udah ah! Shiren gak mau terlambat, dah Kakak!" Shiren turun dari mobilnya.
Keduanya melambai hangat saat mobil sang kakak sudah pergi menjauh.
"Itu kenapa luka kayak gitu? Tawuran?!" Shiren langsung menatap tajam kekasihnya.
"Salah tuh, coba tebak." Bryan menyahuti seolah melawak.
"Lucu? Lucu kalo lu luka gitu? Gue ...!"
"Sorry, gue jatuh dari motor. Gak ada yang lain, selain luka ini. Percaya deh."
Shiren menyipitkan matanya, menajamkan pandangannya lagi mencari jawaban di mata sang kekasih.
"Lo jahat tau gak?!" Dia membentak Bryan, namun dia juga memeluknya dengan erat. Rasa takut, marah, kesal semuanya meluap bersamaan dengan rasa khawatir dan cinta yang sulit dijelaskan dengan kata-kata.
"Duh, manja banget sih cewek orang." Bryan tersenyum manis, dia memeluk Shiren dengan erat.
"Cewek siapa?!" Gadis itu mendongak kasar.
"Pfft..., cewek gue nih." Bryan mengecup kening polosnya itu. Tidak akan ada orang yang mengerti, betapa bahagianya Bryan bisa menghabiskan waktu sederhana seperti ini dengan wanita yang paling ia cintai saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments