Kan dah gue bilang

Mungkin tertagih, atau dia memang benar-benar serius untuk mendapatkan Shiren apapun yang terjadi. Sore ini lagi-lagi Galaksi datang ke rumah Shiren dengan modus antar dokumen.

"Dokumennya udah sama gue, ntar gue kasih kak Arfen, pintu keluar ada disana, silahkan berbalik dan jalan pulang." Shiren menebarkan senyuman ala kadarnya untuk menyambut tamu yang tak di undang, dan yang paling tidak dia harapkan.

"Kenapa gue harus pergi? Lo gak tau? Dokumen itu modus, lo itu prioritas." Galaksi menjawabnya dengan jujur. Dia juga berjalan enteng ke arah dapur-meja makan tepatnya.

"Lo gak beneran mau makan kan?" Shiren masih tidak percaya, cowok itu dengan santainya duduk dan membalikkan piring, mengambil lauk pauk yang sudah tersaji disana.

"Lo harusnya hidangin ini buat calon suami lo, gimana sih." Bryan tampak berpikir sebentar, dia jelas bingung memilih antara ikan atau ayam.

"Keluar sekarang!" Suara Shiren sudah meninggi, dan Galaksi juga tak beranjak pergi.

"Kenapa? Kakak ipar lo aja izinin gue makan tadi, malah dia yang nawarin. Menolak niat baik Kakak ipar itu gak baik."

"Tapi tadi Kak Thifa cuma basa-basi! Dan lo gak mesti makan beneran! Dan satu lagi, dia Kakak ipar gue! Bukan lo!" Memang kalau melihat Galaksi, bawaannya pengen emosi. Padahal tadi Thfia hanya basa-basi, siapa yang tau dia akan makan beneran disini.

"Gue laper, dan ya, kakak ipar lo, ya kakak ipar gue, kan lo calon istri gue. Udah ngomong sama bokap? Mahar berapa?"

Shiren diam, kepalanya sudah panas akibat celotehan menyebalkan pria ini.

"Mending lo duduk disini, suap-suapan kek, itung-itung latihan di pelaminan nanti. Jadi, lo mau nikah umur berapa? Gue butuh mempersiapkan diri juga."

"Lo angkat kaki deh." Shiren sudah jengah, jiwanya lelah, siapa saja tolong seret Galaksi keluar.

"Oh? Lo maunya tinggal sendiri, gak bareng mertua? Mama gue gak galak sih, coba ntar pendekatan dulu sama mama gue, kalau masih gak cocok, kita beli rumah lain."

"Kesabaran gue gak bisa mentolelir lebih dari ini." Serius, kepala Shiren sudah panas saat ini.

"Apa? Anak? Lah? Nikah aja belum, lo udah ngomongin anak, emang tau caranya buatnya gimana?" sedangkan yang disarkas masih dengan santainya makan, dengan godaan pakai jurus pura-pura tuli.

"Gue udah punya pacar loh."

"Pacar lo itu cuma jagain jodoh gue, iya, lo jodoh gue, kita kan dipertemukan dengan takdir."

"Takdir jidat lo, eneg banget gue. Da--"

"Loh? Ada tamu?" Ibu Shiren-Sheryl namanya, dia baru saja kembali dari luar seorang diri. Mungkin kumpul-kumpul sosialita.

"Eh Tante! Makan Tan?" Galaksi mencoba menebar keramah tamahan ciri khasnya.

"Iya, temennya Shiren ya? Ya udah, makan aja Nak, kenyangin. Shiren temenin temennya makan itu, masa kamu sendiri doang." Sheryl menyapa dengan ramah.

"Dia bukan temen Shiren Ma! Dia adiknya Kak Leon! Ya kali Shiren punya temen modelan kayak gitu!" Tentu saja Shiren menolaknya mentah-mentah.

Galaksi berdiri setelah dia mengusap mulutnya dengan tisu, dia datang menghampiri Sheryl, dengan pose salim paling alim. "Iya Tan, bukan temen Sheryl, tapi calon suaminya, ya bisa dibilang temen hidupnya lah."

"Loh? Iya Shi? Kamu udah putus dari Bry? Kapan? Kok gak bilang Mama? Pantas dia jarang main kesini lagi." Sheryl tampak terkejut, soalnya selama ini dia yakin bahwa Bryan yang akan menjadi menantu masa depannya. Dia juga menyukai Bryan, dan sikapnya, restu satu keluarga sudah di dapat oleh cowok itu. Kalau benar-benar hubungan keduanya kandas, Sheryl mungkin akan kecewa berat. Entah dimana dia akan menemukan menantu seasyik Bryan lagi.

"Enggak ah! Shi masih sama Bry kok Ma! Dia jarang main ke sini, emang akhir-akhir ini dia agak sibuk. Nih asik kak Leon cuma bercanda, ya kali Shi selingkuh." Shiren tau jelas, ada rasa kecewa dimata Sheryl tadi, kalau sampai keduanya beneran putus.

Sheryl menghela napasnya sangat lega. "Baguslah, yang akur, jarang-jarang ada anak kayak Bry. Mama dan Papa juga udah restu, tapi kalau emang gak bisa dipertahanin nantinya, gak usah dipaksain. Biarin aja ngalir sesuai takdir."

"Masih sama Bry kok Ma."

"Alhamdulillah, dia suruh main kesini, Mama kangen liatnya."

Galaksi sadar, bahwa Sheryl sangat menyukai kandidat menantunya yang status resminya adalah pacar Shiren, dia yang baru datang bisa apa?

"Wah, saya datangnya telat ya Tan. Aduh, padahal saya serius banget sama cewek Jutek disana." Galaksi mencoba mencairkan suasana meskipun hatinya sudah berdenyut perih, dia kecewa, harapannya mungkin saja sudah pupus, api semangatnya mendadak padam.

"Maaf ya, Tante udah punya calon mantu. Tapi, Tante doain kamu dapat yang terbaik, kamu juga anaknya menarik kok, percaya diri aja."

"Iya, gimana lagi, saya yang salah, telat nemuin pujaan hatinya. Lagian, anak Tante sih, memikat banget saya sempat heran, tapi pas liat Tante, saya tau dia bisa cantik gitu dari siapa."

"Eh, kamu bisa aja. Kalau gitu, Tante naik dulu ya, mau istirahat, cape. Kamu lanjut makan aja, Shi sambut tamunya dengan baik, jangan ditinggal dikamar." Sheryl berjalan ke arah kamarnya, meninggalkan dua muda mudi yang sering adu mulut disana.

Tapi, kali ini Galaksi hanya diam saja memandangi punggung Sheryl. Dia benar-benar merasa perih saat ini, dadanya penuh oleh sesakan yang begitu menyebalkan.

"Kan udah gue bilang, gue udah punya cowok. Lo gak percayaan sih," Hanya itu yang bisa Shiren katakan, dia juga sudah memperingatkan kan?

"Patah hati sakit juga yak? Nyeri-nyeri nyelekit gitu." Tatapan Galaksi masih kosong, dia bahkan tidak melirik Shiren. Mungkin saja dia benar-benar sangat terluka.

-

-

-

Malam sudah datang, bintang sudah muncul menemani bulan yang anggun diatas gelapnya langit malam. Shiren masih berbaring dengan pikirannya yang terus memutar ekspresi Galaksi tadi. Jelas Shiren tau bahwa Galaksi patah hati bukan omong kosong.

"Apa dia bakal nyerah ya? Ya iyalah, ya kali dia pepet cewek orang. Pokoknya, ini bukan salah gue dan semoga dia cepetan move on!"

Jujur saja, Shiren merasa bersalah, ya mau bagaimana lagi.

Drettt...

Shiren mengecek mengapa hpnya bergetar, ternyata itu adalah orang dari sang kekasih.

"Shi, gue besok gak sekolah. Jangan ditungguin."

Shiren menaikkan sebelah alisnya, semangat sekolahnya untuk besok sedikit berkurang. Dia tidak ingin munafik, karna faktanya Bryan termasuk semangatnya untuk menginjakkan kaki disana.

"Kenapa?" Shiren mengetik balasannya dengan cepat, sebelum Bryan mendadak tobat.

"Alpha."

"Iya lo kenapa?"

Sayang sekali, pesan terakhir Shiren hanya centang satu, yang tak kunjung membiru. Pertanda bahwa yang disana sudah offline.

"Padahal waktu liat cuma disekolah, dan lo gak hadir dengan alasan yang gak jelas."

Shiren membuang nafanysa tidak semangat, dia ingin langsung tidur saja.

"Oh iya, kemarin malam Bryan pulang jam berapa? Gue lupa nanya! Dia ketangkep penjaga gak ya? Eh, liat dia di sekolah tadi pagi, pasti aman dong ya. Tapi, Bryan tidur di sini! Dikamar gue!!"

Wajah Shiren sudah merona hanya dengan mengingatnya. Jantungnya sudah berdebar, hanya dengan membayangkannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!