Kok dia tau?

Bryan sedang menikmati makanannya di kantin, bersama dengan Nanta dan Arga. Yah, awal mulanya semua tenang, sampai perempuan itu datang dan mengacaukan segalanya.

Sarah dengan santainya ikut bergabung duduk di depan pria itu.

"Bry, ntar malam Tiger team mau tanding balap mobil sama team kita, lo mau gak?" Dia membuka pembicaraan membahas hal-hal yang sering Bryan lakukan. Ah, itu adalah kehidupan malamnya.

Sarah tau, hanya pembahasan soal balap mobil atau motor yang bisa membuat Bryan sudi bicara dengannya. Sarah sadar, jika dia mengajak ngobrol biasa, jangankan bicara, mungkin Bryan tak kan sudi menatap matanya.

Sarah sadar akan semua itu, tapi kenapa dia tidak sadar diri dan menjauh pergi? Apakah itu karna cinta yang murni?

"Oh, oke, kita terima. Sisanya biar Nanta yang urus, dan lo, jauh dari mata gue." Tidak ada basa-basi, bagi Bryan, lebih cepat Sarah pergi itu lebih baik. Soalnya dia tidak ingin Shiren salah paham dan mereka akan bertengkar lagi. Cukup soal ke'badboy'-an nya saja yang jadi masalah. Jangan sampai ada orang ketiga yang masuk dan merusaknya.

"Tapi Bry, ada hal penting yang masih mau gue omongin." Sarah sudah berjuang sekuat mungkin untuk bertahan disana.

Bryan tidak peduli, dia melemparkan tatapan tajam seolah ingin menghancurkan siapa saja yang mengganggunya saat ini. Nanta yang peka, berdiri dan menarik Sarah pergi.

"Yang kayak Bryan bilang, sisanya gue yang urus. Ayo omongin selanjutnya." Nanta menyeret Sarah pergi.

"Shiren pasti bangga." Entah meledek atau memuji, tapi berani sekali Arga membahas soal Shiren disana.

Bryan tidak menyahutinya, dia diam saja, menempelkan wajahnya ke atas meja itu. Entah apa yang sang badboy pikirkan.

"Lia, minta nomor Shiren dong, padahal beberapa minggu lalu gue masih chattan uwu sama dia."

Bryan menajamkan pendengarannya saat nama sang wanita terkasih disebutkan. Bryan tau suara pria yang menyebut nama Shiren, dia adalah cowok yang mendekati Shiren, dan pernah menerima hantaman keras darinya.

Dia? Masih berani buat deketin Shiren? Apa gue patahin aja tangannya sekalian ya? Kemarin kayaknya hantaman di muka doang gak cukup.

Otak Bryan dengan cepat sudah menyusun rencana penyergapan pulang sekolah nanti, untuk sang pria dibelakangnya.

"Oh soal itu, sorry ya, waktu itu yang chattan sama lo itu gue. Yang balesin semua chatt lo itu gue pakai hpnya Shiren, Shiren gak pernah suka sama lo, dan gak tertarik. Jadi stop, nanyain soal Shiren, dan gue minta maaf." Jawab Lilia sekenanya.

Bryan tentu kenal Lilia siapa kan? Selain Alma, Shiren masih punya satu sahabat lagi, Lilia namamya.

Sudut bibir pria itu sudah tertarik, jangan tanyakan betapa bahagianya hatinya. Perasaan hangat yang menyapa tepat di inti hatinya, dia yang kesal kini menjadi bahagia.

"Tapi gue butuh nomornya Shiren! Gue gak peduli masa lalu, gue mau nomornya sekarang!" Cowok itu masih kekeuh mendesak Lilia membagikan nomor sang sahabat.

"Lo habis ganti tulang pakai besi? Berani banget deketin cewek gue?" Bryan menoleh, menyeringai seram ke arah cowok itu.

Wajah cowok itu sudah kaku, dia tidak percaya berhadapan dengan Bryan lagi setelah wajahnya dihiasi lebam biru kapan lalu, karna ulahnya. "Shiren aja udah minta putus mulu sama lo, atas dasar apa lo masih sebut dia cewek lo?!" Meskipum cowok ini takut, dan kakinya sedikit gemetar. Dia masih berjuang demi Shiren dan hartanya. Mana ada yang tidak tau di sekolah ini, bahwa Shiren adalah putri bungsu keluarga Arkasa.

"Lo--" Bryan ingin menghajarnya, namun ditahan oleh Arga seketika.

"Kalau lo berantem disini, yang ada Shiren makin benci. Mending lo balik ke kelas, gue yang urus ini." Angga menahan sahabatnya, demi kebaikannya.

Bryan sangat kesal, emosinya sudah memuncak, dia ingin menghajar habis cowok didepannya. Tapi, apa yang Arga katakan itu benar. Dia tidak lagi ingin mendengar kata benci dari Shiren untuk dirinya.

"Urus." Bryan pergi meninggalkan kantin, namun dia berhenti sebentar, dan melirik Lilia dari ekor matanya. "Thanks."

-

-

-

Shiren masih diam dikelasnya duduk menggosip dengan Alma. Astaga, yang dua ini, kalau gak gosip kayak ada yang kurang.

Hanya ada beberapa siswa di dalam ruangan, karna ini masih jam istirahat.

"Alma, lo dicariin Nanta noh," Tentu saja Bryan berbohong. Dia selalu saja kesal melihat Alma yang selalu menempel pada Shiren.

"Ngapain dia nyari gue? Kangen adu mulut?" Ah, Alma juga tidak percaya lah.

"Entah, kali aja nempelin mulut."

"Woy!" Alma memekik, dia langsung berdiri dan menghampiri Bryan.

"Udah sana, lo dicariin dia,"

Alma menyipitkan matanya menatap Bryan, beberapa detik kemudian dia menghela napasnya dan melirik Shiren. "Gue kesana dulu ya by, dah sayang~ ingat pesan gue, jaga jarak dari nih anak." Alma menjulurkan lidahnya, dan langsung berlari sebelum Bryan mengangkatnya kayak anak kucing.

Bryan mengambil bangku kosong dimeja sebelahnya, dia menyusun tiga bangku itu, rapat dengan Shiren. Dengan santainya, dia tidur dipangkuan sang gadis. Mengambil ponsel, biasa, posisi rotasi miring, buat apa? Ngegame lah.

"Kepala gue sakit, gak perlu lo pijit, cukup temepelin aja." Bryan menarik satu tangan gadisnya, dia menempelkannya pada keningnya sendiri.

"Kalau sakit buat apa main hp?"

Kata Bryan jangan dipijit, tapi Shiren malah memijitnya.

"Shi, malam ini ayo jalan?"

Wah, Shiren cukup terkejut, soalnya sejak Bryan berubah, mereka tidak lagi pernah keluar malam, karna  kegiatan Bryan saat malam hanya seputar balapan dan lainnya.

"Gak balapan?"

"Enggak, gue mau jalan sama lo. Tapi hari ini gue gak bisa anter pulang, gak apa-apa?"

Shiren diam, membuat Bryan mengalihkan pandangannya, menatap mata sang gadis dari bawah. "Sorry, demi bisa jalan-jalan malam, gue gak bisa anter lo pulang." Bryan mengambil tangan Shiren yang ada dikeningnya, ia bawa turun dengan perlahan hingga ke bibirnya. Satu kecupan hangat Bryan berikan untuk telapak tangan itu.

Deg

Shiren benar-benar tidak bisa pergi dari pesona sang badboy ini. Hatinya selalu saja berdesir oleh tingkah manjanya.

"Apaan sih? Hari ini manja banget, cowok siapa sih?"

Bryan tidak lagi peduli akan gamenya, dia menatap Shiren. "Pffft,  cowok lo nih."

Luar biasa, keuwuan mereka mampu membuat yang lainnya iri. Benar kata Alma, agak mustahil menduga kemarin mereka baru ribut-ribut nyaris putus.

"Lo gak bakal batalin kan? Karna ada urusan mendadak?" Tenti saja Shiren harus jaga-jaga akan urusan mendadak yang sering kali merampas waktunya dan Bryan.

"Gak, gue gak bakal pergi. Karna cewek gue, nolak semua chatt cowok lain, demi cowoknya yang gak ngasih kabar." Bryan melebarkan sudut bibirnya, ah tampan sekali memang cowok yang satu ini.

Shiren terkejut, dia bingung.

Kok dia tau?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!