"sayang, kamu sudah bangun nak"
"ibu, dimana mas Amran Bu? apa mas Amran belum tau kalau aku sudah melahirkan?"
"ada, Amran ada di luar"
"oh ya? apa ibu sudah melihat anak ku? anaku sangat cantik Bu"
Wajarlah jika Fichia tidak tau akan kematian sang putri, karna dirinya tertidur usai melahirkan.
"sudah, ibu sudah melihat anak mu. anak mu sangat cantik seperti dirimu"
"Dimana dia sekarang Bu?"
"Mau makan tidak? tadi ibu membeli nasi Padang kesukaan kamu"
"wahhh, aroma nya harum sekali"
"mau ibu suapin?"
"Fichia bukan anak kecil lagi Bu, biarkan Fichia makan sendiri ya"
"iya ini nak, makanlah"
.
.
Sore harinya keluarga datang berbondong-bondong ke rumah sakit.
"nak, ayah mau bicara sangat penting ke kamu"
"apa yah?"
"sebentar yah, ibu bisa minta tolong tanyakan pada suster kapan waktu ku menyusui anakku?"
"nak, dengarkan ayah. setiap manusia hanya bisa berencana, benar kan?"
Fichia diam..
"Jodoh, takdir dan rejeki sudah ada yang mengatur. Semua sudah digariskan sama yang maha kuasa"
"maksud ayah apa?"
"nak, putri kecilmu yang berhasil kamu lahirkan tidak bisa selamat..."
"tidak mungkin yah, ayah saja yang belum melihatnya. bahkan saat dia menangis, aku masih mendengarkan suaranya" saut Fichia dengan cepat
"nak , ayah tidak akan berbohong"
"Putri kecilmu sudah meninggal beberapa waktu yang lalu dan kini harus segera kita makamkan. jadi ayah mohon, kamu kuatkan hati mu ya nak"
"ibu, tidak mungkin kan?" tanya Fichia dengan mata bercucuran air mata
"apa yang ayah katakan benar nak, tidak ada kebohongan sama sekali"
Fichia menangis di pelukan sang ibu, air mata nya sama sekali tidak bisa ia bendung.
"Fichia mau lihat dia untuk terakhir kalinya Bu" ucap Fichia dengan lirih
"iya nak, akan ibu bawa dia kesini ya"
.
.
Fichia mendekap anaknya dengan sayang.
'sayang maafkan ibu, apa ibu tidak bisa merawat mu nak? apa ibu tidak bisa menjaga mu? maafkan ibu sayang. ibu sangat menikmati waktu bersama mu 9 bulan ini. bersinar lah di surga putri kecil ibu' batin Fichia dengan sesekali menciumi anaknya
"ini Bu, makam kan dengan baik"
"iya sayang. pastinya nak"
"kak, mas Amran dimana? dari tadi pagi aku belum melihat nya" tanya Fichia saat sang ibu dan beberapa keluarga sedang melakukan prosesi pemakaman sang anak.
"Amran tidak ada disini dek..."
"apa mas Amran belum tau jika anak nya meninggal?" potong Fichia dengan mata berkaca-kaca
"Dia tau. sudah, jangan memikirkan Amran. yang paling terpenting disini kamu harus secepatnya pulih.mengerti?"
Fichia mengangguk..
'ada apa ini sebenarnya, kenapa semua nya terjadi begitu saja. mas, kamu kemana? kenapa tidak menemani ku disaat seperti ini?' batin Fichia dengan lelehan air mata yang keluar begitu deras nya.
***
1 Minggu pasca melahirkan, Fichia dinyatakan sudah boleh pulang.
sebenarnya sehari setelah dia melahirkan pun bisa saja untuk nya pulang. tapi dari pihak keluarga yang tidak menginginkan itu, pihak keluarga ingin Fichia di rawat secara intensif. karna kejadian satu persatu hinggap di dalam hidup nya dalam waktu sesingkat ini.
"ibu aku mau pulang kerumah mas amran ya, tolong langsung antarkan aku kesana" ucap Fichia saat mereka berada di mobil
"dirumah aja dek" jawab Sabrina dengan cepat.
"aku masih istri mas Amran kak, bukan nya tidak baik jika aku pergi dari rumah terlalu lama?"
"ya sudah kita antarkan Fichia ke rumah nya" ucap sang ibu
Herman yang mengemudikan mobil tersebut segera memutar arah menuju kediaman Amran dan Fichia.
.
.
Sesampainya di rumah tersebut, ada beberapa mobil yang terparkir rapih di depan rumah nya.
"itu mobil siapa ya Bu?"
"ibu tidak tau nak, ayo kita masuk. akan ibu antarkan kamu"
"aku ikut Bu" ucap Sabrina
Begitupun dengan Herman. Herman selalu berusaha menjaga dimana pun sang istri berada.
tok..tok..tok
"assalamualaikum" ucap Bu ayu
"waalaikumsalam, siapa?" saut Bu asih,sang besan
"ada apa Bu ayu kemari?" tanya dengan menyilangkan tangan di depan dada
"bisakah kami masuk?"
"tidak, cukup disini saja. ada keperluan apa kalian datang kesini? tidak kah cukup kalian membuat kecewa anak saya?"
"maksud ibu apa berkata seperti itu?" tanya Fichia
"kamu masih nggak tau apa memang pura-pura nggak tau Fichia? kamu yang sudah membunuh anak kandung Amran kan? kamu benar-benar tidak bisa menjaga anak Amran Fichia?!"
"stop Bu asih!! anda benar-benar sudah keterlaluan. dimana Amran?"
"mau apa mencari anak ku? pulang lah kalian semua"
"Amran, keluar kamu" teriak Herman dengan tiba-tiba
"Amran" teriaknya lagi
"heh!! kamu benar-benar tidak punya sopan santun ya"
"ada apa ini Bu?" tanya Amran tiba-tiba
"ini nih, mereka datang kesini. mau apa coba"
"masuk Bu ayu" ucap Amran dengan menggeser tubuh ibu nya
"apa-apaan kamu Amran. kenapa menyuruh mereka masuk"
"ibu masuk saja, kasian Tante dan keluarga lain nya jika ibu tinggal disini"
Ibu asih berlalu begitu saja setelah mendengar penuturan Amran.
"Amran ,ibu kesini mau mengantarkan Fichia"
Amran melihat Fichia dari atas sampai bawah.
"baik Bu, Fichia masuk lah ke kamar"
"ibu, kakak aku masuk ke kamar dulu ya"
"hati-hati nak"
"hati-hati dek"
Fichia mengangguk dengan segera berjalan menuju kamar nya.
"Amran ,ibu titip kepada mu. jangan sakiti dia"
"iya Bu"
"kalau begitu kami pamit pulang"
Setelah Bu ayu, Sabrina dan Herman pulang.
Amran berjalan menuju kamar yang saat ini tengah di tempati Fichia.
"Fichia"
"iya mas?"
"apa yang kamu lakukan terhadap anak ku? kenapa anak ku bisa meninggal disaat kamu lahirkan? apa kamu tidak bisa menjaga amanah yang aku beri?" cecar Amran tanpa memikirkan perasaan Fichia saat ini
"mas, anak kita..."
"anak kita kenapa,haa?!! kamu tau kan kalau aku benar-benar mengingkan anak kita?! kamu tau sendiri berapa lama aku harus menunggu sampai kamu hamil? kamu masih ingat kan, bagaimana penantian ku saat itu?" teriak amran dengan sangat keras.
"mas, dengarkan aku"
"Dengarkan apalagi Fichia?! aku benar-benar menyesal tengah menikah mu. kamu benar-benar tidak bisa menjadi ibu terbaik" ucap Amran begitu saja dengan dirinya duduk di sofa yang berada di dalam kamar.
tok.. tok
"Amran ini ibuk, tolong buka pintu nya"
"ada apa Bu?"
Bu asih masuk begitu saja tanpa di persilahkan oleh sang empu.
"fichia. kamu benar-benar wanita tidak punya malu ya, setelah kamu membunuh anak Amran. dengan santai nya kamu kembali kerumah ini. kamu fikir rumah ini penampungan untuk wanita pembunuh anak sendiri ha?!"
Banyak sekali kata-kata menyakitkan yang fichia dengar di rumah itu.
Fichia fikir, Fichia akan disambut oleh sang suami dengan baik dan akan diberikan dukungan moral. tapi,ternyata suami yang ia inginkan memberikan dukungan dengan gampang nya mengutarakan kata-kata menyakitkan.
apalagi ibu mertua nya.
apa aku benar-benar menjadi wanita pembunuh anak sendiri? apa aku wanita yang tidak tau diri? apa aku wanita yang tidak tau malu?
aku juga sakit, aku juga tidak mudah menerima kenyataan ini.
'kenapa semua orang menyudutkan ku' tangis Fichia pecah.
2 Minggu berlalu setelah Fichia kembali dari rumah sakit. 2 Minggu itu juga Amran tidak lagi berada di rumah itu, semua pakaian dan barang-barang milik amran ia bawa entah kemana.
dan tiap hari juga, sang ibu mertua selalu mencaci maki nya dengan kata-kata tajam.
Saat ini lah, fichia sudah tidak bisa berdiri di atas status pernikahan yang tidak berlandaskan kasih sayang.
'terimakasih mas Amran' batin Fichia dengan berjalan menyeret koper milik nya dan pergi meninggalkan rumah tersebut.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Jangan lupa~
Like..
Comment..
Vote...
Follow...
dan tambahkan ke daftar bacaan kalian, supaya tidak ketinggalan update ceritanya.
Terimakasih ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Alanna Th
suatu hari amran mnyesal tlh trpengaruh hasutan bundanya, fichia sdh hilang 😭😵😫😖💔💔💔👋👋
2023-11-23
0
Etik Puji Astuti
lanjut
2023-05-16
1
LISA
Lebih baik kmu kembali ke ortumu Fichia..drpd dicaci trs sm mertuamu..
2023-03-28
0