Matahari menjulang tinggi, dua insan manusia yang sedang tidur dengan nyenyak tidak terganggu dengan sinar sang mentari.
tok..tok..tok
"Fichia bangun dek, ini sudah jam 6"
"Fichia"
"eungghh" Fichia membuka mata nya dan tergaget karna ada tangan yang memeluk nya dari belakang.
perlahan tangan itu ia lepaskan dari perutnya dan dia berjalan menuju pintu.
ceklek..
"iya kak"
"baru bangun? ayo segera mandi kemudian turun, kita sarapan"
"iya kak, aku mandi dulu"
"iya. jangan lupa bangunkan suami mu juga"
"iya kak sabrina"
Fichia memutuskan untuk mandi terlebih dahulu, setelah itu . dia akan membangun mas Amran.
.
.
"mas, bangun. ini sudah pagi"
"eungghh"
"ayo bangun, kita sudah di tunggu di bawah"
"eoh, iya"
"buruan mandi, aku siapkan bajunya"
"iya"
Amran berjalan menuju kamar mandi dan Fichia berjalan menuju koper milik sang suami.
Fichia benar-benar ingin menjalankan rumah tangga ini dengan hati yang ikhlas. karna dia menginginkan pernikahan seumur hidup hanya sekali, maka dari itu pernikahan ini akan ia jaga dengan sebaik-baiknya.
"kamu sudah sholat fichia?"
"belum mas"
"segeralah ambil wudhu, ayo kita sholat dulu"
Pertama kali di pimpin sholat oleh sang suami rasanya benar-benar berbeda.
satu persatu air mata turun dengan cantik nya. satu persatu perasaan Fichia rasakan.
Dia berdoa, semoga hati nya di bersihkan dari segala macam dendam dan semoga hati nya menerima pernikahan ini dengan ikhlas.
'Ridhoi pernikahan ini tuhan'
Setelah mereka menyelesaikan ibadah, mereka berjalan berdua menuju meja makan.
"Wahh, pengantin baru bangun nya ke siangan ini. apa begadang nya terlalu larut?" ucap salah satu keluarga
"hehe, tidak bibi. maaf jika terlambat bangun" ucap Fichia dengan malu-malu.
" ya sudah ayo makan. ini keburu pada dingin"
"iya Bu"
Fichia dengan telaten mengambilkan makanan untuk sang suami. pelajaran ini tidak ia dapatkan di sekolahan, melainkan di dalam rumah nya.
ibu nya selalu mengambilkan makanan untuk sang ayah dan semua yang ibu kerjakan. akan Fichia terapkan dalam pernikahan ini.
"anak ibu sudah besar, sudah bisa melayani suami"
"Hehe"
Setelah acara makan pagi selesai, seluruh keluarga di kumpulkan dalam ruang untuk bersantai.
"kenapa kita semua di kumpulkan disini mbak?" tanya tante ratna, adik ibu fichia
"begini, kita akan mengumumkan kebahagiaan selanjutnya" ucap ayah Fichia, pak dikta
"apa itu mas?"
"iya apa mas?" (saut menyaut antar saudara)
"Sabrina saat ini tengah hamil dan usia kandungan nya saat ini sudah memasuki bulan ke dua" ucap ibu ayu dengan muka berbinar.
"wow, benarkah? wahh..selamat Sabrina, keponakan Tante yang sebentar lagi mau jadi ibu"
"wahh, iyakah kak? selamat kak sabrina kak Herman" ucap Fichia dengan memeluk sang kakak
"sama-sama Tante, adek kecil Kakak"
"sama-sama Tante. mohon doanya untuk kehamilan Sabrina, supaya di beri kemudahan dan kelancaran hingga melahirkan nanti" ucap Herman, suami Sabrina
"tentu, pasti kita doakan dan semoga Fichia segera menyusul. supaya tambah rame nanti rumah ini"
"hehe..aamiin" ucap Fichia malu-malu
tidak ada yang menyadari raut muka salah seorang yang ada disana tampak tidak seperti yang lain nya yang menyambut kehamilan dengan hangat.
muka yang ia tampilkan sangat datar ,bahkan tidak ada kata 'selamat' yang ia ucapkan.
.
.
"oh ya, ibu ayah saya mau mengatakan sesuatu"
"iya katakan nak Amran"
"Setelah pembicaraan saya dengan Fichia semalam. kami memutuskan untuk tinggal dirumah kami sendiri"
"maksudnya?" tanya Bu ayu
"kami tidak bisa tinggal disini seperti kak sabrina dan mas herman Bu. kami ingin belajar hidup mandiri"
"apa kamu mau membawa Fichia ke rumah orangtua mu nak?"
"tidak Bu, saya sudah membeli rumah sederhana untuk saya tinggali dengan fichia"
"eoh. kalau begitu tidak apa-apa asalkan Fichia mau dan kamu menjaga Fichia dengan baik"
"pastinya Bu, mohon doa nya juga untuk kelangsungan rumah tangga kami"
"iya ammiin ,ayah dan ibu doakan semoga anak-anak ayah selalu bahagia dalam hidup nya" ucap ayah Dikta
"terimakasih"
"terimakasih ayah, ibu" ucap Fichia dengan memeluk orangtuanya satu persatu.
"dek, jadi istri yang baik ya. kalau ada apa-apa telfon kaka,oke" ucap Sabrina dengan menciumi pipi adik kecil nya ini
"iya kak, terimakasih"
"rencananya kalian mau pindah kapan mran?" tanya tante ratna
"besok Tante. kita akan pindah besok"
"eoh, kenapa cepat sekali? apa rumah kalian jauh dari sini?"
"tidak terlalu jauh Tante. hanya memakan waktu 1 jam perjalanan"
"baiklah. jaga keponakan Tante yang ini juga ya, jangan sampai dia kenapa-kenapa"
Fichia benar-benar sangat beruntung hidup di keluarga yang hangat ini.
Meskipun ada satu kebohongan yang keluarga ini simpan dari nya.
***
"mas, apa nanti sewaktu kita tinggal disana. aku masih boleh main kerumah ini?" tanya Fichia yang sedang membereskan barang-barang nya
"boleh" jawab Amran
"terimakasih"
Setelah selesai dari ruang keluarga tadi, sikap Amran sedikit berbeda.
dia terlihat menutup obrolan dengan cepat. padahal, sebelum nya dia bisa mengobrol banyak pembahasan dengan Fichia.
***
Hari ini hari yang sangat Amran tunggu.
hari dimana dia akan pulang kerumah yang menjadi saksi dirinya dan cinta nya kepada salah seorang wanita.
dia akan datang kerumah itu dengan membawa sang istri,Fichia.
"ibu ,ayah ,kak sabrina dan mas herman. kami pamit dulu" ucap Amran dengan menyalami ayah ibu dan Kaka ipar nya.
"iya hati-hati ya nak. mengemudi nya santai saja, pelan-pelan dijalan" ucap ayah
"ibu nanti sering-sering telfon Fichia ya" ucap Fichia
"iya sayang,pastinya"
Kini mereka tengah berada di dalam mobil, tidak ada obrolan, tidak ada suara musik atau raido. heninggg sehening hening nya.
tiba-tiba...
"Fichia, apa kamu bisa masak?" tanya Amran tiba-tiba setelah keheningan melanda di mobil ini.
"eum? masak? bisa mas, tapi hanya masakan rumah. kenapa?"
"tidak papa. apa kamu ingin segera mempunyai anak?"
"pastinya, setiap pernikahan bukanlah akan menjadi lengkap jika kita di takdir kan memiliki seorang anak? seperti kak sabrina dan kak Herman yang kelihatan nya sangat bahagia"
Amran hanya diam ,tidak menanggapi jawaban yang fichia utarakan tadi.
"mas amran kerja dimana? aku belum begitu mengenal mas Amran dengan baik"
"aku bekerja di salah satu perusahaan di kota. ada apa?"
"apa jika mas ke kota, aku akan tinggal dirumah sendiri?" tanya Fichia dengan raut muka khawatir.
"tidak, jika aku ke kota. kamu bisa ikut ,jika mau. jika ingin disini, nanti akan aku antarkan kerumah ibu dan ayah"
"em..apa mas Amran di kota lama? jika sedang bekerja?"
"iya, sebulan hanya bisa pulang sekali dan menginap 2 malam saja"
"kalau gitu aku akan ikut" jawab Fichia dengan cepat.
apa Fichia sudah mencintai Amran? entahlah, bahkan Fichia belum pernah merasakan jatuh cinta.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Tinggalkan jejak berupa
Like
Comment
Follow
Vote
dan jangan lupa tambahkan ke dalam daftar Favorit bacaan kalian ya, supaya tidak ketinggalan cerita nya..
Terimakasih ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
imhe devangana
jngn2 amran suka dg sabriina dr awal
2025-01-22
0
Wanti Suswanti
apa si Amran sukanya sama Sabrina kali ya..
2023-12-01
0
Rere Sikumbang
belom paham alur ny
2023-11-23
0