IBU SUSU Ameera

IBU SUSU Ameera

Bab 1 (REVISI)

"Saya terima nikahnya dan kawinnya Fichia pradikta dengan mas kawin tersebut dibayar tunai"

"bagaimana para saksi? sah?"

"SAHHH"

"Sahh"

.

.

Pernikahan seperti ini bukanlah pernikahan yang fichia impikan.

pernikahan karna sebuah perjodohan bukanlah pernikahan yang fichia inginkan. tetapi, semua ini memanglah sudah terjadi. seorang laki-laki yang di jodohkan dengan nya sudah mengucapkan ijab Qobul, itu berarti dirinya sudah berstatus menjadi seorang istri.

"selamat Fichia, kamu sudah keluar dari masa jomblo mu selama ini" kekeh teman Fichia yang bernama ratu

"Terimakasih ratuku"

"sama-sama, semoga segera di berikan keturunan yang Sholeh dan Sholihah ya"

"aamiin" ucap ku dan mas Amran secara bersamaan.

Setelah acara pesta pernikahan selesai, Fichia pulang kerumah orang tuanya bersama laki-laki yang sudah menyandang status sebagai suaminya ini.

"ini kamarku mas, maaf jika hanya seperti ini"

"tidak papa, sama aja. aku mau mandi, dimana kamar mandi nya?"

"eoh, ada disana mas" tunjuk fichia di salah satu pintu yang ada di dalam kamarnya.

***

Fichia terlahir sebagai anak perempuan kedua dari 2 bersaudara. kakak perempuan nya yang bernama Sabrina sudah menikah dengan sang kekasih pilihannya.

Meskipun Fichia anak terakhir, tetapi dirinya bukanlah anak yang manja dan anak yang selalu di berikan fasilitas kemewahan oleh kedua orang tuanya.

orang tua Fichia merupakan salah satu orang terpandang di desa tempat tinggal nya kini.

Sang ayah mempunyai ladang teh dan peternakan ayam terbesar di daerah nya dan sang ibu hanyalah sebagai ibu rumah tangga dengan tutur bahasa yang lembut.

keluarga pradikta adalah keluarga yang cukup harmonis.

tidak ada berita simpang siur yang berterbangan tentang keluarga tersebut.

ke akuran antar saudara dan kesejahteraan para karyawan pun yang selalu menjadi sorotan para warga.

Hingga suatu ketika ,di malam itu sang ayah mengatakan jika dirinya harus menerima perjodohan dengan anak teman nya.

BOOMMM!!

terasa hancur hidup Fichia.

Fichia mempunyai banyak angan-angan, sehingga semua angan-angan tersebut harus pupus di hantam oleh kenyataan yang harus ia terima dan yang harus ia lakoni.

'kenapa tidak kak Sabrina'

'kenapa harus Fichia,yah?'

'fichia masih belum mau menikah'

'fichia masih ingin meraih cita-cita fichia'

'fichia mau menikah dengan laki-laki yang fichia cintai'

'kenapa ayah dan ibu begini, kenapa?'

kata-kata itu yang selalu ia tanyakan dari mulut manisnya.

tetapi, tidak ada satupun jawaban dari pertanyaan yang ia berikan kepada ayah dan ibu nya.

ayah nya hanya menjawab, 'jika ini sudah keputusan ayah dan kamu harus menerima nya'

Ibu nya bahkan tidak mengatakan sepatah dua patah kata pun.

sebenarnya dari fisik Fichia bukanlah wanita yang kurang modis.

dia wanita yang sangat cantik, suara nya yang parau dan lembut, mempunyai mata cantik, bulu mata lentik, hidung mancung , bibir bervolume dan dagu yang tegas.

tubuh nya mungil berisi dan berambut gelombang. ciptaan tuhan, indah bukan? tetapi kenapa harus dia yang di jodohkan.

***

"Segeralah kamu mandi, mas sudah selesai" ucap Amran saat keluar dari balik pintu kamar mandi

"baik mas"

Fichia berjalan perlahan hingga tubuhnya sudah tidak terlihat.

.

.

"mas mau aku buatkan teh hangat?"

"Hmm? boleh. jika tidak merepotkan mu"

"tidak. aku keluar dulu ya"

Fichia berjalan menuju dapur dan bertemu dengan sang ibu yang berada di meja makan.

"ada yang kamu butuhkan nak?"

"tidak Bu, hanya ingin membuat teh"

"eoh iya. sekalian bawa buah-buahan ke atas nak. biar Amran memakan nya"

"iya Bu"

Tidak ada banyak kata yang terucap dari mulut Fichia. dia terlalu sakit menerima keputusan semua ini, bukan karna dia sudah memiliki kekasih. tetapi, karna keinginan nya untuk meraih cita-cita tidak bisa ia dapatkan.

Padahal selama masa pendidikan ,ia berusaha semaksimal mungkin supaya mendapatkan hasil yang maksimal.

toh, sekarang nasi sudah menjadi bubur.

apa yang ada saat ini, akan ia jalani dengan sebaik mungkin. selagi, sang suami tidak pernah menyakiti nya secara fisik dan hati.

"ibu, fichia ke kamar dulu ya"

"iya nak, hati-hati"

.

"mas tolong bukakan pintu" teriak Fichia dari luar

ceklek..

"terimakasih"

"iya, sama-sama" ucap Amran dengan duduk di sofa yang ada di kamar dengan memainkan handphone milik nya.

"mas ini di minum dan ini ada buah-buahan di makan ya"

"iya, terimakasih Fichia"

Kedekatan Amran dan Fichia bisa terbilang tidak terlalu intim.

perkenalan pertama mereka saat wisuda Fichia 2 tahun sebelumnya.

Setelah itu mereka tidak ada komunikasi atau bertemu kembali hingga pernikahan ini terjadi.

"Fichia, ada yang mau aku katakan. bisa duduk disini sebentar"

"iya mas, ada apa?"

"begini, kita menikah karna perjodohan orangtua kita dan aku tau kalau kamu tidak mencintai ku. jujur, aku juga tidak mencintaimu. meskipun demikian, aku tetap suami mu dimana kamu sudah menjadi tanggung jawab ku"

Fichia diam..

"Ini kartu buat kamu. kamu bisa gunakan untuk keperluan rumah tangga kita dan keperluan kamu juga, setiap bulan aku akan transfer sejumlah uang untuk mu. tolong pergunakan uang sebaik-baik mungkin" lanjut nya

"Hmm, terimakasih mas. maaf, fichia mau bertanya. setelah ini, kita akan tinggal dimana? dirumah orangtua Fichia apa dirumah orangtua mas Amran?"

"kita akan tinggal dirumah kita sendiri. aku sudah mempunyai rumah, ya meskipun tidak sebagus rumahmu"

"eoh, baiklah. tidak apa-apa mas. kita akan kerumah mas amran kapan?"

"lusa, kita akan pulang kerumah itu dan kamu persiapkan semua kebutuhan mu yang akan kamu bawa mulai hari ini"

"iya mas"

"ada yang ingin kamu tanyakan?"

"emm. benar apa yang mas Amran katakan, jika Fichia belum mencintai mas Amran. tetapi, bisakah kita menjalani kehidupan rumah tangga ini seperti orang pada umumnya? "

"aku akan mencoba nya. sholat dulu dan segeralah tidur"

"iya mas"

Fichia beranjak dari soffa tempat nya duduk tadi dan menuju toilet untuk mengambil air wudhu.

tidak lupa kartu yang mas Amran berikan, ia taruh di dompetnya.

setelah Fichia menjalankan kewajiban nya sebagai umat manusia. ia berjalan menuju tempat tidur nya dan segera memejamkan mata indahnya.

'lelah sekali' keluh Fichia dalam hati nya.

belum sempat Fichia berada di alam mimpi, dia merasakan ada pergerakan di samping nya dan sudah bisa di tebak jika itu adalah mas Amran, sang suami.

Tidak ada obrolan malam.

Tidak ada kegiatan malam.

Tidak ada ucapan selamat malam.

'Bukan seperti ini yang aku inginkan' batin Fichia dengan buliran air yang keluar dari mata nya.

****

Matahari menjulang tinggi, dua insan manusia yang sedang tidur dengan nyenyak tidak terganggu dengan sinar sang mentari.

tok..tok..tok

"Fichia bangun dek, ini sudah jam 6"

"Fichia"

"eungghh" Fichia membuka mata nya dan terkaget karna ada tangan yang memeluk nya dari belakang.

perlahan tangan itu ia lepaskan dari perutnya dan dia berjalan menuju pintu.

ceklek..

"iya kak"

"baru bangun? ayo segera mandi kemudian turun, kita sarapan"

"iya kak, aku mandi dulu"

"iya. jangan lupa bangunkan suami mu juga"

"iya kak sabrina"

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Karangan novel terbaru, dengan genre terbaru dan alur terbaru.

Semoga suka dan di mohon selalu memberikan dukungan untuk author yang masih belajar ini yaa..

Jangan lupa ,

Like..

Vote..

Comment..

Tambahkan ke favorit bacaan kalian, supaya kalian tidak ketinggalan dalam update cerita ini..

Terimakasih ❤️

Terpopuler

Comments

LISA

LISA

Aq mampir Kak

2023-03-28

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!