Bertemu Lagi

Setelah pertemuan dengan lelaki menyebalkan di warung soto Bang Oman, aku mulai sering mengecek ponsel ku berkali-kali. Aku mengira kalau lelaki itu akan segera menghubungi ku setelah jam perkuliahan terakhir selesai di hari itu. Namun pada kenyataannya aku harus dibuat kecewa.

Bahkan ketika aku sudah sampai di rumah pada malam harinya, ku kira ada pesan dari nomor tak dikenal yang masuk ke aplikasi pesan ku darinya. Namun perkiraan ku itu nyatanya terlalu muluk.

Sampai waktu berlalu hingga dua hari kemudian, aku tak kunjung menerima info apapun dari lelaki itu. Merasa percuma karena telah membagi nomor ku padanya, akhirnya ku putuskan untuk melupakan saja kalau aku pernah memberikan nomor ku padanya.

'Biar ku anggap sekalian kalau lelaki itu tak pernah ku temui walau sekalipun juga! hu uh!' dumel ku dalam hati.

Tanpa dinyana di hari ke empat sejak pertukaran nomor itu, takdir kembali mempertemukan kami. Dan pertemuan itu juga terbilang sebagai pertemuan yang tak biasa.

...

Sebentar lagi mata kuliah Filsafat Pendidikan akan segera dimulai. Jujur saja, mata kuliah ini termasuk mata kuliah yang paling sering membosankan.

Bagaimana tidak? Karena seringnya Bu Dosen yang mengajar mata kuliah ini lebih sering menggunakan metode diskusi di setiap pertemuan nya. Padahal setiap materi yang dibahas isinya cukup rumit hampir seluruhnya.

Dan ini juga dirasakan oleh teman-teman sekelas ku lainnya. Jadi bagaimana kami

bisa mendiskusikan sesuatu yang tak benar-benar kami pahami materi nya?

Karena itulah lebih seringnya yang didiskusikan oleh ku dan kawan-kawan tentang materi dalam pelajaran filsafat adalah tentang mengutip pernyataan-pernyataan yang dicetuskan oleh tokoh-tokoh filsafat seperti Aristoteles, Plato, Kant, Fichte, Ibnu Sina, dan lain-lain. Benar-benar memusingkan!

Akan tetapi di pertemuan kali ini ada yang berbeda dengan pertemuan mata kuliah Filsafat Pendidikan biasanya. Perbedaannya ada pada kehadiran sesosok lelaki tampan yang menyertai Bu Inayah, Dosen Filsafat, masuk dan mengajar materi Filsafat di hari ini.

Sosok itu tak lain dan tak bukan adalah lelaki menyebalkan yang selama ini ku harap-harapkan menghubungi ku via hp. Ya! Dia adalah lelaki yang bisa melihat makhluk halus juga seperti ku!

Begitu dia masuk, perhatian ku tanpa sadar langsung tertuju kepadanya. Aku bahkan hampir tak menyadari sikutan tangan Rona saat ia hendak memberi tahu aku tentang keberadaan lelaki yang kami kenal itu.

Tapi aku telah lebih dulu melihat nya. Dan dia pun juga langsung melihat ke arah ku tak lama setelah ia masuk ke dalam kelas.

Selama beberapa detik kami beradu tatap. Sampai kemudian lelaki itu yang terlebih dulu mengalihkan perhatian nya kembali ke hadapan.

Aku ternganga keheranan. Sekaligus juga menahan keinginan untuk berteriak dan mengomeli lelaki yang kini berdiri di belakang Bu Inayah tersebut.

Selanjutnya Bu Inayah memperkenalkan lelaki itu sebagai asisten nya. Nama nya Faiz. Faiz. Faiz.

'Nama yang terlalu bagus untuknya!' dumel ku berlanjut dalam hati.

Bu Inayah mengatakan kalau dalam beberapa pertemuan berikutnya Pak Faiz lah yang akan menggantikannya mengajar mata kuliah Filsafat Pendidikan. Karena Bu Inayah harus ijin tak mengajar selama satu bulan ke depannya karena ia harus menjalani pengobatan kemo di luar negeri.

Begitu mendengar berita itu, aku langsung melihat ke arah lelaki yang mulai sejak kini harus ku panggil dengan nama Pak Faiz itu. Dan aku cukup terkejut. Karena ternyata Pak Faiz juga sedang melihat tepat ke dalam mata ku.

"Mel! Meli!"

Aku tersentak kaget oleh panggilan Rona yang duduk di samping ku.

"Kenapa, Na?" tanya ku kemudian padanya.

"Gak nyangka banget kalau semuda itu dia udah program S2! Padahal selisih umurnya sama kita cuma 2 tahun ya!" Bisik Rona ke dekat telinga ku.

"Ya.. gak nyangka banget.." aku membalas bisikan Rona dengan gumaman pelan.

Ku amati wajah-wajah teman sekelas ku yang perempuan. Dan aku menangkap rasa kagum di wajah mereka. Dan itu ditujukan kepada Pak Faiz.

Jika dipikir secara rasional, memang, Faiz.. Maaf.. Maksud ku Pak Faiz memang bisa dinilai sebagai lelaki yang memiliki nilai plus plus yang lebih.

Muda.. tampan.. cool..

'Eh, Tunggu sebentar! dia enggak cool sama sekali! dia itu super duper nyebelin dan ngeselin!' aku kembali meracau dalam hati.

"Mel.. Mel! Woy! kok bengong terus sih??" tegur Rona kembali di samping ku.

"Ehh.. ya. Na? Sorry, kenapa?" tanya ku sedikit tergagap.

"Menurut kamu, Pak Faiz masih single gak ya? atau.. udah married??" tanya Rona kembali dalam bisikan nya.

Aku langsung serius memikirkan jawaban atas pertanyaan Rona tersebut.

'Kalau dilihat-lihat sih.. orang apatis macam dia kayaknya belum nikah deh.. ya. Pasti dia belum married!' Aku berpikir sendiri dalam hati.

'Lagi pula, kalaupun dia udah married, aku gak bisa bayangin gimana sabar nya cewek yang nikah sama tuh cowok! Pasti bawaannya makan hati melulu deh setiap hari! Tuh cowok kan super nyebelin, gak peka, suka bikin malu orang lain, bla.. bla.. bla..' benak ku terus melanglang buana memikirkan hal jelek tentang Dosen Pengganti mata kuliah Filsafat Pendidikan tersebut.

***

Selesai mata kuliah Filsafat, aku langsung mengejar Pak Faiz yang terlihat hendak pergi segera dari ruang kelas ku.

"Pak Faiz! Pak Faiz!" aku berteriak memanggil nama lelaki itu dengan suara kencang.

Tak butuh waktu lama, Faiz lalu berbalik dan menghadap ke arah ku. Di antara kedua alis nya yang lebat, aku melihat sebuah kerutan bersarang. Ia tampak tak suka dengan panggilan ku barusan padanya.

"Ada apa?" tanya nya singkat.

"Kenapa Bapak gak hubungi nomor saya? padahal saya.."

Ucapan ku langsung dipotong oleh lelaki di depan ku itu segera.

"Rendahkan suara mu! Kita bicarakan di tempat lain. Jangan di sini!" tegur Faiz dengan raut tegas.

"Oke.. kita ngobrol di mana, Pak?" tanya ku dengan berani.

Kemudian kulihat ia tampak berpikir sebentar. Sebelum akhirnya ia bertanya.

"Kamu masih ada perkuliahan gak setelah ini?" tanyanya tiba-tiba.

Aku langsung menggeleng cepat.

"Hh.. Kalau begitu, ayo ikut saya!" Ajak Faiz yang lalu langsung berbalik badan dan pergi meninggalkan ku begitu saja.

Kali ini, aku tak memanggilnya lagi. Dalam diam, ku ikuti langkah Faiz yang lebar dengan langkah kakiku yang kecil cepat-cepat. Sembari berjalan, aku juga menyiapkan diriku untuk memborbardir lelaki itu perihal pertanyaan ku tentang makhluk ghaib yang belum sempat dijawabnya tempo lalu.

Aku akan memastikan, agar Faiz tak lagi bisa mengelak kali ini. Aku sungguh penasaran dengan cara pemuda itu bisa mempertahankan dirinya dari gangguan para makhluk halus tersebut.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!