Ancaman Jitu

Setelah peristiwa setan yang menyerupai Emak itu, aku tak lagi diganggu oleh setan itu lagi pada malam harinya. Padahal aku sudah menyiapkan mental untuk mengkonfrontasi kan setan tersebut.

Aku bertanya-tanya sendiri. Apakah setan kiranya bisa diajak mengobrol santai?

Oke. Ralat. Maksud ku adalah, apakah makhluk ghaib itu juga bisa diajak berdiskusi untuk meluruskan kesalahpahaman yang mungkin saja terjadi di antara kami?

Karena aku yakin benar kalau aku tak memiliki salah pada siapa pun. Jadi apa alasannya setan itu terus menerus mengusik kehidupan ku yang damai ini?

***

Keesokan paginya, aku kembali berangkat ke kampus. Sayang sekali cuaca masih juga mendung gulita saat aku berangkat pagi ini. Tapi ini tak mengecilkan semangat ku untuk berangkat. Ketimbang harus mager di rumah dan menerima omelan Emak jika aku malas pergi ke kampus, kan? Yang jelas, berada di kampus, terasa jadi opsi terbaik menurut ku.

Setelah perjalanan hampir satu jam, akhirnya aku tiba juga di kampus. Ku temui Rona di lobi fakultas. Ia juga baru datang dengan payung hitam yang melindunginya dari rintik-rintik hujan.

"Mel! gimana week end kemarin? aman dan damai kan?" sapa Rona kepada ku.

"Aman dan damai dari mana?! lha wong aku masih aja diusik sama setan yang kemarin, kok, Na!" aku mendumel langsung pada kawan karib ku itu.

"Hah?! Masa iya sih, Mel?!" tanya Rona tak percaya.

"Iya, Rona.. serius seribu rius aku tuh! Kejadian yang kemarin ku alami malah lebih horor lagi, tahu!" ujar ku berusaha meyakinkan Rona.

"Horor gimana sih, Mel?" tanya Rona penasaran.

Kami berdua lalu berjalan berama menuju lift. Saat itu, sudah terdapat antrian para mahasiswa yang hendak menggunakan lift juga. Melihat kerumunan mahasiswa yang mengantri di depan pintu lift, alhasil aku pun mengajak Rona untuk jalan menaiki tangga saja.

Karena sudah jelas kalau kami tak akan kebagian kuota lift dan harus menunggu sampai kuota lift berikutnya lagi. Sementara jam kuliah hampir dimulai tak sampai sepuluh menit lagi.

jika kami sampai harus menunggu lift nya turun kembali, bisa jadi kami berdua malah akan terlambat nantinya. Dan itu adalah hal terakhir yang ingin ku lalui di awal pagi ku yang sudah mendung ini.

"Naik tangga aja, yuk! santai aja. Biar bisa sambil ngobrol!" ajak ku kepada Rona.

"Hayuk!"

Selanjutnya kami berdua menaiki anak tangga menuju lantai empat. Lantai di mana prodi pendidikan Kimia tempat kelas kami akan dimulai berada.

"Jadi, horor gimana sih, Mel?" tanya Rona mengulangi.

"Ya horor banget, Na. Bayangin aja! Itu setan sempat menyerupai jadi sosok Emak, lho! seram banget gak tuh!"

Selanjutnya ku lihat Rona tampak bergidik ngeri. Ku sangka ia pasti sedang mengingat pengalaman horor yang pernah kami alami bersama di kamar mandi dulu. Saat itu, ada dua setan yang juga menyerupai sosok kami di dalam kamar mandi.

"Hii.. ngeri banget tuh pasti! terus, terus?" cecar Rona kembali.

"Ya ku pikir kan tadinya itu beneran Emak kan, ya. Jadi ya aku sempat ajak ngobrol juga sih setan nya.."

"Hah?! ya ampun, Mel.. Masa iya kamu gak bisa bedain mana Emak kandung mu sendiri sih?!" Rona mencibir.

"Ya mana aku tahu kalau itu bukan Emak, Na. Lagian setannya juga pintar banget menyamar jadi Emak. Apalagi dia juga sempat ngembaliin ponsel ku yang ketinggalan di warung kan.. Jadinya ya aku gak curiga kalau itu tuh sebenarnya bukan Emak!" tutur ku menjelaskan.

"Terus, terus.. ? Gimana kamu bisa tahu kalau itu tuh bukan Emak kamu, Mel?" tanya Rona kembali.

"Aku bisa tahu setelah aku dengar teriakan Emak di kamar mandi yang minta tolong ambilin handuk. Udah gitu setan yang nyamar jadi Emak malah tiba-tiba bilang begini, 'Ups! Ketahuan deh!'. Dan posisinya dia tuh, masih berdiri di depan ku banget lho, Na! ya Aku ketakutan dong pastinya!"

"Hiii.. ngeri banget sih, Mel.. Terus, terus, gimana lagi Mel?"

"Ya ku banting aja lah pintu nya! Tepat di depan muka si setan! Berani banget gak tuh aku, Na?" ucap ku sedikit berbangga diri.

Rona langsung menatap ku tak percaya. Kemudian setelahnya bertepuk tangan menyelamati keberanian yang ku miliki saat itu.

Kini kami berdua sudah berada di lantai empat. Masih tersisa beberapa menit lagi sebelum jam perkuliahan pagi kami masuk.

"Mau ke kamar mandi gak, Na? Aku kebelet banget pipis nih.." tanya ku tiba-tiba.

Rona langsung memasang ekspresi keberatan di wajahnya.

"Kenapa gak daei tadi aja sih pas kita di lantai tiga? Aku masih keingetan sama kejadian horor sabtu lalu, soalnya, Mel.." ujar Rona menjelaskan.

"Ya mau gimana lagi? Aku pingin pipisnya sekarang, kan?" keluh ku merasa bingung sendiri.

"hmm.. Turun lagi aja deh yuk ke lantai tiga. Kamu pipisnya di toilet sana aja!" Rona memberikan usulan.

"Duh, Na. udah kebelet banget ini. please.. temani aku ya? ya? please.." aku mulai memasang wajah iba.

"hh.. ya udah deh. Tapi kalau nanti setannya muncul, aku mah bakal langsung lari keluar toilet ya, Mel!" ancam Rona penuh tekad.

"Lho kok gitu sih? gak setia kawan itu namanya kamu, Na!" aku mencibiri Rona.

"Biar kata dibilang gak setia kawan juga gak apa-apa deh. Yang penting hidup ku aman sentosa dari pengalaman horror lagi. Gimana? mending pipis di lantai tiga kan, Mel?"

Aku menimbang-nimbang sebentar. Setelah beberapa lama berpikir, aku akhirnya sampai pada satu kesimpulan. Itu setelah kuingat tentang nasihat Emak kemarin. Agar aku lebih bersikap berani lagi dalma menghadapi setiap maslaah.

Dan menurut ku, perkara diganggu setan ini juga termasuk ke dalam sebuah masalah. Masalah yang memang harus ku hadapi dengan lapang dada dan berani. Seperti saran Emak kemarin lalu.

"Toilet di aini aja, deh, Na. Dan terserah kamu juga deh mau antarin aku atau enggak nya. Udah kebelet pipis banget soalnya nih!" ujar ku sambil berjalan langsung menuju toilet.

Ku tinggalkan Rina di belakang kum Namun sesaat kemudian sosoknya mengejar ku dan telah berjalan di samping ku pula.

"Iya deh iya! Aku antarin kamu deh, Mel. Tapi nanti aku ikut masuk ke dalam toilet bareng kamu boleh ya? please.. dilema banget soalnya kan..?" ujar Rona.

"Hah?! gak mau lah! Ngapain kamu ikutan masuk ke dalam bilik juga? Memangnya kamu mau ngintip atau apa sih? kurang kerjaan banget!" aku menyindir Rona langsung.

"Ya biar aku nya juga ngerasa gak takut gitu, Mel.. Memangnya kamu gak apa-apa kalau nanti aku tinggal lari keluar toilet, semisal setan nya beneran datang?" tanya balik Rona.

Aku berpikir sebentar.

"Hmm.. Tetap gak deh."

Sekang beberapa saat, aku pun menambahkan.

"Tapi kalau kamu sampai tega ninggalin aku, Na! Awas aja! Nanti foto kamu yang lagu ngiler pas bobo bakal aku upload di IG!" Aku langsung melayangkan ancaman jitu kepada Rona.

Rona langsung memelototi ku. Sementara aku tak lagi menghiraukannya dan segera memasuki salah satu bilik di dalam toilet. Dalam hati, tak lupa ku ucapkan doa masuk ke kamar mandi.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!