"Iya, Mel! Ku dengar sih ada banyak yang kesurupan pas pergi wisata ke sana. Apa jangan-jangan, kamu kesurupan setan kali Mel?!" Tuding Rona sambil memberi ku pandangan takut.
"?!!! Ngaco, kamu, Na! Kalau aku kesurupan, kenapa aku bisa ngobrol normal sama kamu sekarang ini, hah?! Jangan ngomong yang aneh-aneh ah! Bikin merinding aja!" Aku langsung mengomeli Rona.
"Kalau bukan kesurupan, berarti kamu kesambet kali, Mel! Iya! Pastilah itu! Coba kamu temuin Pak Ustadz deh! Minta di rukiyah atau dijampi-jampi gitu!" Usul Rina.
"Jampi-jampi?? Mana ada pak ustadz yang pakai jampi, Na? Itu sih kerjaannya dukun! Mel gak mau ah kalau ke dukun. Syirik itu, Na! dosa!" Seketika itu jua aku menolak usulan Rona mentah-mentah.
"Ya kalau gak mau dijampi-jampi ya udah. Dirukiyah aja Mel. Takutnya kamu ketempelan setan yang ada di tempat wisata itu tuh! ya gak sih?"
"...Gak tahu deh Na. Tapi... apa iya ya?"
Aku pun bergumam pelan. Memikirkan baik-baik, dugaan Rona barusan.
"Sudah pasti itu, Mel, kayaknya! Udah! Mending temuin ustadz aja deh!" Bujuk Rona lagi padaku.
"Tapi pergi ke ustadz mana, Na?? Lagian ini udah malam. Ngeri ah aku mau jalan-jalan nya juga. Takut nanti dikuntit sama tuh setan gimana, coba?"
"Siapa yang bilang harus sekarang sih? Ya nanti lah, pas siang-siang aja biar gak seram perginya! Kecuali kalau kamu mau sekalian ngajakin jalan-jalan setan nya. Ya monggo aja sih, Mel.." seloroh Rona mencandai ku.
"Sialan! Amit-amiiit! Amit-amit, deh!" Umpat ku sambil melempari Rona dengan bantal.
"Ngomong-ngomong, kok aku gak lihat motor mu di depan kosan sih, Mel? Memangnya kamu parkir di mana?" Tanya Rona tiba-tiba.
Seketika itu jua, aku langsung beringsut mendekatkan tubuh ku ke tubuh Rona. Dan kemudian ku jawab pertanyaannya itu.
"Motor ku masih di parkiran kampus, Na.. Tadi aku buru-buru ke sini nya. Keburu talut kan dikejar-kejar setan!"
Hening sesaat.
"Jadi.. anterin aku yuk, Na, tuk ambil motor! Masih ngeri banget nih.. aku gak berani kalau ke sana sendirian. Yah, kali aja kalau ditemani kamu, setsn nya malah takut, gitu..please..?"
Aku langsung memasang wajah ter cute yang bisa ku buat.
"Idih! Amit-amit! Jangan dempet-dempetan, deh, Mel! Kita bukan muhrim!" Tolak Rona seraya menjauhi ku.
Ia lalu bangkit duduk untuk mengambil air minum yang ada di atas meja dalam jarak jangkau tangannya.
"Please, Na.. please.. aku beneran ketakutan banget nih.. jadi tolonglah temani aku ambil motor ya? Ya? Kamu gak mau kan aku digodain setan lagi?" Rajuk ku mengiba-iba.
"Tauk ah! Aku gak mau ikut. Ngerii.. gimana kalau setan nya malah ikut nempel ke aku juga nanti?" jawab Rona usai meminum air putih beberapa tegukan.
"Ya bagus lah! Jadi nanti kita rukiyah nya bareng-bareng kan?" Jawab ku asal.
"Dih! Amit-amit.. amit-amit. Gak mau aku ikut ketempelan juga, Mel! Jangan nyumpahin gitu dong!" Dumel Rona.
Ku balas dumelannya itu dengan cengiran kecil.
Tiba-tiba saja..
Brak!
Kami berdua sangat terkejut, manakala terdengar suara benda terjatuh di dapur. Kamar kosan Rona memang memiliki dapur dan kamar mandi tersendiri.
"Suara apa tuh, Na?!"
"E..enggak tahu, Mel! Masa iya suara kucing, sih? Kan pintu kosan selalu ku tutupin aja!" Jawab Rona dengan ekspresi takut di wajahnya.
"Mm.. mau coba lihat gak?" Tanya ku menawarkan.
"...ayok deh. Tapi bareng-bareng ya lihatnya?" Ajak Rona masih ketakutan.
Aku pun sebenarnya juga merasa takut. Tapi karena aku memiliki jiwa yang penasaran, jadinya ku beranikan juga kakiku untuk melangkah menuju dapur. Dan Rona menggamit lengan ku erat-erat di samping.
Dengan langkah pelan, kami berjalan menuju dapur. Begitu melangkah ke sana, tahulah kami benda apa yang terjatuh tadi.
Ternyata itu adalah mangkok plastik dengan tumpahan tulang ayam yang kini berserakan di atas lantai.
"Ya ampun! Ternyata itu cuma bekas makan ku aja toh! Padahal aku udah ketakutan banget, lho, Na!" Umpat ku yang kemudian mendekat untuk memunguti tulang-tulang ayam yang berserakan.
Sesaat kemudian aku sibuk membereskan tulang-tulang yang berserakan itu. Sampai tiba-tiba saja ku dengar suara teriakan Rona di belakang ku.
"Aaaahhh!!" Teriak Rona dengan begitu kencang nya.
Aku pun spontan berdiri dan ikut berteriak kencang.
"Aaahhhh!!"
Kami berdua lalu lari ke kamar depan. Dan aku bersama Rona langsung duduk meringkuk di pojokan kasur.
Rona langsung menutupi tubuh kami dengan selimutnya yang cukup lebar.
...
Setelah beberapa lama bersembunyi di balik selimut, aku pun lalu bertanya kepada Rona..
"Ka..kamu lihat apa, Na?" Tanya ku dengan berbisik.
Dengan ekspresi takut-takut, Rona lalu menjawab.
"Tadi tuh.. aku.. lihat... tikus!" Jawab rona dengan ekspresi takut yang tak berubah.
"Haah?!!"
Aku langsung ternganga menatap kawan baik ku itu. Dan sesaat kemudian, aku langsung saja membuka selimut yang menutupi tubuh kami. Selanjutnya ku layangkan pukulan bantal bertubi-tubi ke tubuh Rona.
"Ya ampun, Na! Mel kira kamu lihat setan! Nakut-nakutin aja, sih!!" Omel ku geram bercampur kesal.
***
Setelah insiden tikus, aku langsung menarik paksa Rona untuk menemani ku pergi ke parkiran di kampus.
Syukurlah, tempat parkiran diterangi lampu-lampu yang terang. Jadi kami tak terlalu merasa takut saat mengambil motor ku di sana.
Setelah mengambil motor, aku segera mengantarkan Rona pulang kembali ke kosan nya.
"Kamu serius mau pulang aja ke rumah, Mel? gak nginep dulu di kosan ku?" Tanya Rona kepada ku saat kami sudah sampai di depan kosan nya.
"Iya. Ini belum terlalu malam, kok. Biasanya jam segini juga gak macet. Jadi bisa sampai lebih cepat," jawab ku kemudian.
"Hh.. ya udah. Hati-hati deh ya di jalan. Ingat tuk baca-baca ayat, ya, Mel! Biar si anu gak gangguin kamu di perjalanan. Nanti aku bantu cari-cari info tentang tempat rukiyah yang bagus deh,"
"Makasih ya, Na. Ya udah. Mel pulang dulu ya. Besok masuk siang, ini. Jadi aku mau molor sampai pagi lah!"
"Huu! Dasar tukang tidur!" Ledek Rona mencandai ku.
Aku pun balas memberinya senyuman tipis. Setelah itu pulang menaiki motor bebek ku seorang diri.
Ingat dengan nasihat Rona, sepanjang perjalanan pulang, aku terus sibuk berkomat-kamit membaca ayat-ayat al Quran.
Yang simpel-simpel saja sih.. aku hanya mengulang-ulang bacaan surat An Naas saja sepanjang perjalanan pulang ku itu.
Dan syukurlah, aku tak lagi diganggu oleh hantu penguntit yang sering menggangguku akhir-akhir ini.
Alhamdulillah..
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments