Stalker Ghost (Hantu Penguntit)
"Duh! Kenapa gak dari kemarin ya ngasih kabarnya? Kalau kayak gini kan, sayang di ongkos.." Rona, salah satu teman sekelas ku mengeluh.
"Yah.. kamu sih mana ada ngorbanin ongkos, Na. Yang ada tuh aku, yang ngorbanin ongkos!" Aku ikut mengeluh seperti Rona.
Bagaimana bisa tak mengeluh? Karena baru juga sampau di kelas mata kuliah Sejarah Pendidikan, eh, dosen nya malah baru memberi kabar kalau hari ini mata kuliah nya diliburkan.
Apalagi hari Sabtu ini, hanya ada satu mata pelajaran ini saja! Sia-sia kan jadinya perjalanan menaiki motor yang sudah ku lewati selama satu jam tadi?
Rona menyengir lebar ke arah ku. Dan aku hanya bisa mengerucutkan bibir saja ke arahnya.
"Lha? Aku juga kan ngorbanin ongkos, Mel!" Rona mengotot.
"Ongkos apa sih? Kosan kamu kan ada di sebelah kampus! Mana ada pakai ongkos, Na!" Aku menyanggah pernyataan Rona.
"Ya tetap ngeluarin lah! Lha itu tadi kan sebelum sampai kampus aku jajan es teh sebungkus, plus crepes dua biji. Itu juga kan namanya ongkos! Ongkos cacing-cacing di perut ku yang kelaparan maksudnya! Hihihi!" Rona terkekeh geli. Sementara aku hanya bisa mencebik kesal.
"Udah! Jangan manyun gitu ah! Daripada manyun, mending refreshing aja yuk! Besok kan week end. Jadi gimana kalau kita jalan-jalan? Healing, Mel! Healing!" Bujuk Rona merayu ku.
"Healing ke mana? Jangan bilang ke empang di belakang kosan kamu deh, Ron. Yang ada pikiran ku malah jadi makin butek nanti!" Aku sudah langsung menggas saja jadinya.
"Hahaha! Ya butek lah! Kamu takut diobok-obok ya sama si Gila?" Kekeh Rona mencandai ku.
Aku tak menjawab pertanyaan nya. Mengingat si Gila, yang memang beneran adalah orang gila, hanya membuat mood ku kian memburuk saja.
"Jadi healing ke mana nih?" Tanya ku mengulang.
"Ke Danau Pelangi yuk? Dengar-dengar sih view nya bagus. Baru dibuka lho seminggu yang lalu!" Jawab Rona kemudian.
"Oh.. di daerah Kisamaun itu ya?" Aku menebak lokasi wisata yang diusulkan oleh Rona.
"Iya. Gimana? Mau gak?"
"Hayok lah cabut!"
"Naii motor kamu aja ya, Mel? Tensng.. nanti bensin aku yang isiin deh.." usul Rona.
"Tumben mau ngisiin bensin?" Aku menggoda Rona.
Maklum saja. Biasanya kan teman ku ini agak-agak felito, alias pelit.
"Iya. Aku lagi mau sedekah nih,"
Aku memberi Rona senyuman terima kasih. setelah beberapa lama. Rona menambahkan.
"Tapi nanti kamu yang bayar tiket masuk nya ya, Mel!" Usul Rona kembali.
"Jiaahh.. itu sih berat di Mel, Neng geulis!"
Dan Rona pun tergelak menertawai kalimat ku tadi.
***
Wisata Danau pelangi yang hendak ku tuju bersama Rona saat ini, berada di pinggir kota. Yang menarik dari tempat wisata ini adalah pemandangannya yang bisa dilihat dari atas tebing yang tak terlalu tinggi.
Untuk menuju ke puncak tebing, kami harus melalui jalan lorong di tepian tebing yang sudah direnovasi menjadi jalan lebar ber kanopi. Jalannya berbentuk zig zag mulai dari bawah hingga ke puncak tebing.
Di sepanjang jalan menuju puncak, tepatnya di bagian dinding-dinding nya, terpasang lukisan-lukisan nan artistik serta papan informasi tentang latar sejarah pembangunan tempat wisata tersebut.
Kami terus berjalan melewati jalan lorong itu. Sampai akhirnya tiba juga kami di puncak tebing. Setelahnya, kami pun berfoto-foto di tebing yang persis mengarah ke arah Barat.
Panorama danau berwarna keunguan yang ada di bawah Kami memberikan warna indah tersendiri.
Aku asik berfoto-foto sampai kemudian kulihat seorang wanita yang berada sekitar 1 meter dariku Seperti sedang melamun. Ekspresi di wajah wanita itu entah kenapa membuta ku jadi sering ingin memperhatikan nya.
Dan, benar saja. Tak lama kemudian kulihat tubuh wanita itu seperti oleng dan hendak jatuh melewati pagar pembatas tebing. Maka spontan saja, kuraih lengan wanita itu dan ia pun tak jadi jatuh ke danau yang terletak sekitar 20 meter di bawah kami.
Orang-orang mulai menyadari apa yang hampir saja akan terjadi. Entah apa yang menyebabkan wanita tersebut nekad untuk bunuh diri.
Tapi anehnya, reaksi wanita itu kenudian malah membuat ku menjadi bingung. Seolah baru saja tersadar dari tifur nya, wanita itu tiba-tiba menatap ku dengan pandangan ketus. Ia lalu bertanya.
"Maaf? Mbak ini siapa ya? Kenapa Mbak mendorong ku jatuh?" Tanya wanita itu kepadaku.
"Aku.. Kakak nya tadi mau jatuh ke danau kan? Jadi saya tarik tangan Kakak biar gak jatuh ke bawah sana," aku pun menjelaskan.
Wanita itu mengerutkan kening.
"Jatuh? Enggak kok. Tadi itu saya cuma lagi asik lihat-lihat danau aja!" Jawab wanita itu yang kemudian malah berubah menjadi ketus.
Aku pun ternganga keheranan saat si Mbak nya tiba-tiba beranjak pergi tanpa mengucapkan terimakaish atau apapun lagi kepada ku. Ia meninggalkan ku begitu saja di sana.
Saat melihat kepergian nya itulah aku melihat sesosok lelaki asing yang berdiri tak jauh dari kami tengah menatap tajam kepadaku.
Tatapan tajam yang seolah menyimpan amarah menggunung dan itu ditujukan kepadaku, yang sama sekali tak mengenal siapa sosok lelaki itu.
Sesaat kemudian, ada rombongan ornag yang lewat di depan kum sehingga pandangan ku terhadap lelaki tadi jadi terhalang. Begitu rombongan itu berlalu, aku tak lagi melihat sosok nya.
Tak lama setelah nya, ku putuskan untuk pulang. Di perjalanan pulang, entah kenapa aku merasa ada yang selalu memperhatikan gerak-gerikku. Tapi setiap kali kutengokkan wajah ke arah yang kucurigai, aku tak mendapati siapa-siapa di sana.
"Mel? Mel?"
Aku tersentak kaget saat menyadari tepukan kencang di bahu ku. Penyebabnya adalah Rona. Ku lihat ia memandang ku dengan tatapan aneh.
"Kamu lihatin siapa sih? Serius banget? Mbak yang tadi ya? Lagian Mbak nya juga aneh. Udah ditolong , bukannya bilang terima kasih. Eh, malah ketus gitu!" Komentar Rona.
"Yah.. malu kali. Kalau dia ngaku mau bunuh diri," sahut ku asal.
"Itu namanya maunya setengah-setengah!" Kipah Rona menyimpulkan.
"Tauk ah. Pulang sekarang yuk? Mulai panas nih!" Ajak ku pada Rona.
"Ayuk! Lumayan lah dapat foto-foto yang bagus.."
"Awas! Foto ku yang lagi merem tadi jangan di upload ke IG ya!" Aku mengancam Rona.
"Lha kenapa gak boleh sih? Fotonya kan lumayan artistik, Mel!" Protes Rona.
"Artistik apaan sih?! Yang ada, itu tuh malu-maluin tahu!" Aku mendumel sebal.
"Iya.. iya.. nona Mama!"
Dan aku langsung mendelik ke arah Rona.
Bukannya kenapa. Panggilan Nona Mama itu adalah singkatan dari Nona Marah-Marah. Itu adalah gelar yang dibuat oleh Rona khusus untuk ku. Menurutnya, aku terlalu sering marah-marah.
Padahal kan, enggak ya?
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Dhevirra Syafitri
halo kak salam kenal, jangan lupa mampir di ceritaku yaa
2023-03-21
0
FLA
kok ganti kak mel, yang kemaren kenapa🤔
2023-03-20
1
Lina Zascia Amandia
Karya baru Kak Mel? Selamat..... sy kasih jejak like dulu ya.
2023-03-20
1