Selama perjalanan menuju kampus, aku berusaha menepikan rasa heran ku atas perkara siapa yang membuka pintu semalam untuk ku.
Baru ketika aku sampai di kampus dan bertemu dengan Rona sajalah akhirnya aku mulai menceritakan pada teman baikku itu. Begitu aku selesai bercerita, Rona memberikan komentar nya.
"Gila! Itu sih horor banget, Mel!"
"Nah! Iya kan? Kebayang gak, gimana takutnya aku pas disamperin sama kunti merah. Jujur aja, Na. Baru sekali ini aku bisa ngelihat penampakan makhluk halus jelas banget! Kenapa bisa gini ya?" Tanya ku bingung sendiri.
"Memang sebelum-sebelumnya kamu gak pernah lihat yang begituan, Mel?" Tanya Rona.
"Enggak! Serius baru kemarin pertama kalinya aku ngelihat yang kayak gitu. Padahal sebelumnya aku tuh sering lewatin jalanan samping kebon itu malam-malam. Tapi ya aku gak pernah diteror kayak gini. Kunti nya itu lho, Na, yang bikin aku keringat dingin terus-terusan. Hii!!" Lagi-lagi aku bergidik membayangkan kejadian semalam.
"Kamu habis buka cakra kali, Mel! Makanya bisa lihat yang begituan..?" Tebak Rona.
"Buka cakra apa sih, Na. Cakra Khan?!" Elak ku bercanda.
"Hihihi.. cakra naruto?" Balas Rona kembali.
"Lama-lama.. jadi pingin cakra cakaran juga deh nih! Yuk, ngadu garong yuk?!"
Aku berpura-pura kesal. Dan Rona pun langsung tertawa lepas setelahnya.
***
Hari ini ada tiga mata kuliah yang ku lalui. Dan mata kuliah terakhir, berakhir menjelang waktu maghrib.
"Mau shalat di kosan ku dulu, Mel?" Tanya Rona.
"Enggak, ah. Mau shalat di mushola lantai empat aja. Biar bisa cepat pulang. Kalau mampir ke kosan mu dulu. Yang ada nanti aku malah mager lagi.." aku menolak tawaran Rona untuk mampir.
"Oh.. oke lah. Kalau gitu aku duluan balik ya, Mel. Bye!"
"Bye, Na! Jumpa besok ya!"
Kemudian Rona pun pulang ke kosan nya. Sementara aku melipir dulu ke mushola di lantai ini. Sampai di mushola, ada dua orang lain yang telah lebih dulu mengambil wudhu. Mereka tampak sedang menunggu adzan berkumandang.
Ku tujukan langkah ku ke toilet. Begitu masuk, ku dengar suara adzan mulai berkumandang di masjid yang berada di seberang kampus.
Terlebih dulu aku masuk ke bilik toilet untuk buang air kecil. Setelah selesai, aku pun keluar dari bilik untuk mengambil air wudhu.
Dalam kamar mandi terdapat dua bilik toilet. Dan ku lihat bilik yang satu lainnya, yakni bilik nomor 2, sedang ada yang mengisi. Itu bisa ku pastikan dari adanya suara aliran air.
Tak lama kemudian, suara aliran air dari bilik nomor 2 berhenti. Anehnya, aku tak mendengar suara pintu terbuka setelah waktu lama berlalu.
Bahkan hingga aku selesai berwudhu, pintu jilik nomor 2 masih juga tertutup rapat.
Merasa penasaran sekaligus khawatir bila orang di dalam pingsan, akhirnya aku memberanikan diri untuk mengetuk pintu bilik nomor 2.
Tok. Tok. Tok!
"Mbak.. Mbak nya masih di dalam?"
Hening. Pertanyaan ku tak menerima jawaban dari siapapun di dalam bilik.
Tapi lalu suara aliran air kembali terdengar dari dalam bilik. Tahulah aku kalau orangnya masih ada di dalam sana.
'iih.. gak sopan banget sih. Ditanya malah diam aja. Jawab apa, kek..!' gerutu ku dalam hati.
Tak ingin membuang waktu lagi, ku putuskan untuk segera pergi dari toilet dan menunaikan shalat. Tapi lalu, aku dikejutkan oleh suara bantingan keras dari pintu yang dibuka.
Brak!
"E.. Mamake mamake mamak!" Spontan saja aku mengucapkan kalimat latah. Sambil berbalik untuk melihat ke arah sumber suara bantingan pintu tafi berasal.
Terlihat dari posisi ku berdiri, pintu bilik nomor 2 masih tampak bergerak sedikit usai dibanting. Aku pun jadi penasaran pada sosok yang sudah membanting pintu kamar mandi sekasar tadi.
Ku tunggu orangnya keluar selama beberapa detik dalam diam. Namun tak ada yang keluar dari bilik nomor 2.
Merasa heran, akhirnya aku kembali berjalan mendekati bilik nomor 2. Dan.. apa yang ku lihat kemudian, sungguh membuat ku ngeri ketakutan.
Karena begitu aku sudah berada tepat di depan pintu bilik nomor 2 yang terbuka, aku tak mendapati siapapun berada di dalam sana.
Mata ku seketika membulat lebar oleh perasaan ngeri. Namun sisi rasional ku mencoba untuk tetap berprasangka baik.
Aku pun hendak mematikan keran air yang masih menyala. Karena akan mubadzir juga kan bila air nya dibiarkan terbuang percuma?
Akan tetapi, lagi-lagi aku menyaksikan hal di luar nalar. Karena sebelum sempat kaki ku melangkah masuk ke dalam kamar mandi tersebut. Dengan mata yang terbuka lebar ku lihat keran air nya memutar dengan sendirinya.!
Ya! Keran air nya sungguh memutar sendiri. Hingga aliran air pun kemudian secara perlahan mengecil dan akhirnya berhenti.
Aku terpaku di tempat. Menatap nanar pada keran air yang baru saja disentuh oleh hal mistis itu. Terlebih lagi, sesaat kemudian aku merasakan hawa dingin melewati ku. Dan asalnya dari kamar mandi di hadapan ku ini.
'Syaahhhh...'
Suara desa han halus kembali terdengar. Entah oleh telinga atau hanya dalam angan ku semata. Yang jelas, detik itu juga, aku langsung saja berlari kencang menuju pintu keluar.
Naas, pintu toilet tiba-tiba saja menutup terbanting.
Brak!
Dan aku semakin ketakutan jadinya.
"Tolong! Tolong! Tolong bukain pintu! Tolong!!" Jerit ku begitu ketakutan.
Tok. Tok. Tok. Tok. Tok!
Aku terus menggedor-gedor pintu. Sambil berulang kali mencoba memutar handel pintu yang begitu sulit untuk terbuka itu.
Usaha ku berakhir sia-sia. Karena sesaat kemudian suara desa han itu kembali masuk ke ruang indera.
'Syaaaaahh...'
Aku semakin gencar mencoba membuka handel pintu yang terkunci. Sesekali menggebrak nya dengan gedoran kencang berkali-kali. Namun pintu itu bagai sengaja ingin menelan ku hidup-hidup dalam ruangan pengap yang kontras oleh hawa horor saat ini.
Keringat ku mengucur deras. Hawa dingin membekukan seluruh indera yang ku punya. Tungkai ku mulai lemas oleh sebab perasaan kalah yang mendera.
Terlebih saat suara desa han itu tiba-tiba terdengar sangat-sangat dekat di belakang ku.
Spontan saja aku menoleh. Dan aku langsung terduduk lemas sambil meringkuk menempel dan menghadap ke pintu toilet.
Kedua mata sengaja ku pejamkan rapat-rapat. Berusaha mengusir imaji makhluk menyeramkan yang tadi sempat ku lihat berdiri begitu dekat di belakang ku.
Makhluk tinggi besar dengan kulit kehitaman dan wajah yang hampir tak berbentuk karena hancur , serta nemiliki kedua mata merah yang menatap ku marah.
'Ya ampun! Ya ampun! Ya ampun! Kenapa bisa digangguin setan terus sih?!' rutuk ku sendiri, menahan rasa takut yang mencengkeram hati.
Aku akhirnya merasa pasrah. Bila memang makhluk itu hendak melakukan apapun terhadap ku nantinya.
'Maak.. tolong Meli, Mak!' batin ku tak henti-hentinya melirihkan doa.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments