Pulang Ke Rumah

"Kamu dengar kan tadi kata Abah, Mel?" Tanya Rona agak berteriak tepat di telinga ku.

Saat ini kami berdua masih berboncengan di atas motor ku. Aku berencana untuk mengantarkan Rona pulang ke kosan nya terlebih dahulu, baru kemudian pulang ke rumah ku.

"Mel dengar kok, Na! Tapu, maksud kamu tuh dengar bagian mana ya?" Tanya ku balik tak mengerti pada kalimat Abah di bagian mana yang dimaksud oleh Rona barusan.

"Soal arwah yang nyimpan dendam itu, Mel.."

"Ooh.. iya. Terus memangnya kenapa, Na?"

"Aku tiba-tiba keingetan sama cewek yang mau bundir tapi berhasil kamu cegah itu lho, Mel! Apa jangan-jangan, arwah pendendam yang dimaksud Abah tadi tuh berkaitan sama cewek yang mau bundir itu ya?" Rona membuat kesimpulan.

"Gak tahu juga deh, Na! Aku sih ngerasa nya gak ada salah sama siapa-siapa. Makanya agak heran juga pas Abah bilang tadi kalau kemungkinan aku udah menyinggung setan. Heran aja gitu!"

"Heran kenapa, Mel?"

"Ya heran. Kok ada ya, setan yang baperan?"

"Husy! Kalau ngomong tuh ya jangan begitu lah, Mel! Dipikir baik-baik dulu sebelum diucapin. Takutnya.."

"Ihihii.. Rona! Geli ah! Jangan ngomong bisik-bisik ke telinga ku! Ngomong pakai volume suara yang biasa aja, bisa kan?"

"Makanya pakai helm dong! Helm ada, tapi malah dicantolin doang! Apa gunanya coba tuh helm?!" Rona menyindir ku pedas.

"Perjalanannya gak jauh-jauh amat ini! Malas kalau pakai helm cuma untuk sebentar doang, Na,"

"Kok gitu sih?"

"Ya malas aja. Tiap kali habis lepas helm kan, nanti tahu-tahu kerudung ku udah miring-miring gak karuan karena gak sengaja ketarik pas aku coba ngelepasin. Kalau gak pakai helm kan, mending aja gitu. Kerudung ku jadinya gak ketarik apa-apa. Paling cuma tersibak angin doang!"

"Hahaha! Jadi ingat sama pengalaman pas kita mau kondangan ke rumah si Tuti. Ingat gak, Mel?"

Ditanya tentang hal itu. Mulut ku seketika langsung manyun jadinya.

"Udah deh.. jangan dibahas lagi deh.." aku mengancam Rona untuk tak membahas pengalaman memalukan ku saat itu.

"Hihihi.. habisnya lucu banget sih!"

"Rona.."

"Aku heran banget, Mel. Masa iya pas kamu buka helm nya, bagian belakang kerudung kamu malah ikut terangkat juga.."

"Itu karena aku pakai kerudung berbahan katun kasar, Na.. jadi bahan kainnya gampang nyangkut.."

"Ya. Oke lah aku ngerti alasan nya mungkin memang begitu. Tapi kan, masa iya itu kerudung bisa sampai hampir lepas gitu sih? Mana waktu itu rambut kamu langsung kelihatan acak-acakan banget! Terus.."

"Rona.. stop ah. Jangan dibahas lagi dong.."

Sayabgnya Rona sepertinya sengaja ingin menggodaku. Karenanya ia terus lanjut bercerita tentang memori memalukan ku sewaktu dulu itu.

"Hahaha.. terus.. di belakang kita tuh ada gerombolan anggota TNI gitu. Mereka terus aja melirik ke arah kamu sambil senyum-senyum sepanjang kita ada di tempat kondangan. Asli deh, Mel! Ingat itu tuh bikin aku jadi pingin senyum terus deh!" Tutur Rona melanjutkan narasi nya itu.

Sementara aku sudah bersungut kesal bahkan hingga kami sudah sampai di kosan nya.

"Eh, mau ke mana, Mel? Katanya lapar? Yuk makan bareng dulu di kedai Ma Icon!" Ajak Rona kemudian.

"Gak mau ah! Lagi gak mood sama kamu! Jadi teman kok ya jahat banget sih, ngeledekin melulu!" Aku merutuk kesal dan hendak bersiap memutar balik motor bebek yang ku kendarai.

"Aduh.. kok ngambek sih, Nel.. iya. Iya. Aku minta maaf deh. Udah yuk ah baikan. Tadi itu kan aku cuma cerita ke meli aja kan.. biar meli gak ngantuk bawa motornya!" Kilah Rona membela diri.

Aku tak menggubris ucapan Rona. Dan tetap membelokkan arah motor ku kembali ke jalan di belakang ku.

Tahu kalau aku sungguhan kesal padanya. Akhirnya Rona mengeluarkan jurus jitunya.

"Ya udah deh. Sebagai permintaan maaf, aku ajan traktir kamu makan siang seh, Mel. Yuk ah. Jangan ngambek lagi!" Rona merayu.

Saat mendengar kata "traktir" sesaat tadi, aku sempat terdiam dan menerima rayuan Rona. Tapi lalu ku teguhkan lagi pendirian ku. Dan aku pun kembali hendak melajukan motor ku lagi.

"Iiishhk! Iya deh.. iya. Ku traktir kamu makan mie ayam Gacoan deh! Sekarang, gak bakal nolak kan, Mel..?" Rayu Rona kembali.

Kali ini, aku langsung menyengir lebar ke arah Rona. Tak sia-sia, taktik ku berhasil membuat Rona mentraktir ku mie ayam favorit ku. Hihihi..

Sesaat kemudian, ku dengar Rona bergumam pelan.

"Dasar licik. Pintar banget deh kalau udah soal jebak-menjebak!" Gerutu Rona di belakang ku.

"Hahaha!! Bukan licik, Na.. tapi aku tuh cerdik! Ya bagus kan kalau kamu punya teman secerdik aku! Jadi kamu gak bakal kena tipu-tipu orang jahat, karena aku akan setingkat lebih cerdik dari mereka! Iya gak tuh?!" Seru ku berbangga diri.

"Iya. Gak sama orang jahat lainnya. Karena penjahatnya cuma ada satu aja! Yaitu kamu sendiri kan, Mel!" Tuding Rona yang kemudian kembali naik ke boncengan ku.

"Hahaha.. yaa gitu deh!" Sahut ku sambil terkekeh-kekeh.

Selanjutnya, kami berdua pergi ke tempat pangkalan mie ayam Gacoan. Letaknya berkisar sekitar seratus meter dari tempat kosan Rona berada.

Setelah kenyang makan, aku kembali mengantarkan Rona ke kosannya. Dan kemudian pamit pulang.

"Hati-hati di jalan! Dan tetap baca-baca ayat ya mel, di perjalanan nanti. Buat jaga-jaga aja!" Seru Rona mengingatkan ku.

"Iya, Mak Ona.. aye balik dulu ye!" Pamit ku dengan cengiran lebar di wajah.

Ku tinggalkan Rona yang hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala nya saja di belakang ku.

***

Perjalanan pulang ku berlalu dengan lancar dan aman. Aku tak mengalami hal ganjil seperti yang dikhawatirkan oleh Rona.

Entah karena wiridan dari Abah Untung yang memang manjur. Atau karena tak ada setan yang berani muncul di waktu matahari masih bertahta kala sore seperti ini.

Aku sampai di rumah, tepat saat adzan ashar berkumandang.

"Assalamu'alaikum!" Sapa ku pada orang di dalam rumah.

"Wa'alaikum salam warahmatullah.. ahh, bagus banget kamu udah pulang, Mel. Ayo bantu Emak angkat jemuran sekarang! Udah mendung banget tuh!" Tunjuk Emak yang baru keluar dari dalam rumah.

"Ya ampun, Mak.. baru juga nyampe banget ini.. ngaso bentar lah, Mak.." sahut ku sambil hendak menyender ke pundak Emak.

"Iishkk.. ayo, Mel. Cepat bantu Emak.. mumpung belum gerimis!" Seru Emak sambil menoyor bahu ku pelan.

Aku kembali hendak menimpali ucapan Emak. Namun kemudian ku dengar suara Emak memekik kencang.

"Tuh, kan, hujan! Ayo mel cepat! Bantu angkat jemurannya!" Seru Emak yang langsung berlari ke halaman depan rumah.

Aku sempat tertegun sebentar. Tak menyangka dengan perubahan cuaca yang begitu cepat ini. Tanpa membuang waktu, aku ikut mendekati tempat jemuran berada untuk membantu Emak. Sementara dalam hati, aku bergumam tanpa suara.

'Perasaan di perjalanan tadi, cuaca panas terik banget. Tapi kenapa sampai rumah malah tiba-tiba hujan gini ya? Gak jelas banget deh cuaca nya..' rutuk ku dalam hati.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!