Nasihat Emak

"Ups.. ketahuan deh!" ucap sosok yang menyerupai Emak di hadapan ku, dengan nada tak bersalah.

"??!!!"

Menyadari kalau sosok di depan ku itu adalah setan yang menyerupai Emak, tanpa membuang waktu aku langsung saja mengambil ponsel ku dan menutup banting pintu kamar ku tepat di depan wajah si setan.

Brak!

Pintu pun terbanting menutup. Sementara jantung ku sudah mulai kembali ber sport ria oleh sebab rasa talut yang mendera.

"Ya Allah.. astaghfirullahal 'azhiim.. astaghfirullahal 'azhiim.. astaghfirullahal 'azhiim..!"

Aku terus beristighfar dan mengumandangkan berbagai macam dzikir demi bisa menenangkan diri. Aku sungguh-sungguh ketakutan saat ini. Tak menyangka kalau setan tersebut malah jadi berani mengganggu ku sampai di rumah juga sekarang ini.

Aku terus duduk meringkuk di atas kasur, sambil bersembunyi di bawah selimut tebal ku. Meski sebenarnya aku tahu kalau selimut itu tak akan bisa melindungi ku dari pandangan mata ghaib nya si setan, tapi tetap saja. Usaha perlindungan ini setidaknya sedikit lebih menenangkan hati ku saat ini.

Tak sampai dua menit aku bersembunyi di balik selimut, saat ku dengar suara desa han berat tak jauh dari tempat ku duduk meringkuk.

"Syaahhhhh..."

"Ya Allah! Ya Allah! tolong Meli, Ya Allah!"

Aku sibuk meracau tak jelas. Berharap setan itu bisa segera pergi dan tak mengganggu ku lagi. Sayang nya ku ras itu hanya akan jadi impian yang tak akan terkabul. Apalagi pada detik berikutnya, wajah remuk bersimbah darah, tiba-tiba saja muncul di dalam selimut tempat ku menyembunyikan diri.

"Aaaarrrgghhh!!!"

Sontak saja, aku kembali berteriak ketakutan dan berdiri terlonjak tak karuan. Berusaha melepaskan diri dari kurungan selimut yang telah ku sampirkan sendiri ke sekujur tubuh ku.

Setelah terbebas dari kurungan selimut itu, aku langsung saja berlari menuju pintu dan membuka nya dengan tenaga kencang. Tapi lalu aku lagi-lagi dikejutkan dengan sosok Emak yang tahu-tahu telah berdiri di depan pintu ku.

"Aaaaaarghhh!!" Aku kembali berteriak ketakutan.

Merasa dilema harus pergi ke mana lagi agar bisa terhindar dari kejaran setan yang terus saja mengikuti dan mengganggu ku ini. Namun kemudian pergelangan tangan ku di tangkap oleh Emak yang berdiri di depan pintu.

"Mel! istighfar, Mel! kamu kenapa sih teriak-teriak gak jelas?! Maghrib-maghrib bukannya shalat malah jerit-jeritan aja! Berisik, Mel!"

Aku langsung terdiam usai menerima teguran dari sosok Emak yang masih menahan lengan ku itu.

"E..Emak? ini Emak kan?" tanya ku terbata-bata.

Ku lihat Emak mengerutkan kening nya. Pertanda kalau ia tak mengerti dengan maksud di balik pertanyaan ku barusan.

Akhirnya aku kembali memperjelas pertanyaan ku tadi.

"Ini beneran Emak Mel yang asli kan? Tapi tangannya dingin..Hua.. ampun.. Ampun deh Setan! Mel minta maaf deh kalau Mel ada salah sama kamu.. Walau Mel gak tahu salah Mel tuh apa. Tapi Mel tetap minta maaf deh.."

Tiba-tiba saja aku langsung menyatukan kedua tangan ku di depan wajah. Sambil berkali-kali mengangguk-anggukkan kepala ku ke arah sosok Emak yang entah beneran Emak ku yang asli atau setan yang menjelma sebagai Emak.

Yang jelas, aku benar-benar ingin mengakhiri teror si setan ini sesegera mungkin. Jadi ku pikir tak ada salahnya juga bila aku dulu yang menginisiasi permintaan maaf ini. Walau aku sendiri tak tahu. Apa salah ku pada setan tersebut.

Sedetik kemudian, telinga ku langsung merasakan nyeri karena jeweran dari tangan Emak di depan ku.

"Dasar gak sopan! Ngatain Emak sendiri sebagai setan. Kamu tuh kesambet setan beneran kali ya. Mel!" tuding Emak yang terus menjewer telinga ku kencang-kencang.

"Aduduh! Aduh, Mak! Sakit. Mak! sakit, Mak!" ujar ku benar merasa kesakitan.

"Makanya kalau punya mulut tuh dijaga dong, Mel!" Omel Emak kembali berlanjut.

Meski Emak mengomel padaku, anehnya justru aku merasa gembira.

Kegembiraan ini muncul atas dasar kesadaran kalau sosok Emak di depan ku saat ini memang benar adalah Emak ku. Emak kandung yang telah melahirkan ku. Dan dia jelas bukan setan yang telah mengganggu ku akhir-akhir ini.

Sadar kalau itu memang benar-benar Emak, aku pun langsung menghambur dan memeluk tubuhnya. Samar-samar aku mencium aroma bunga yang ku kenal baik. Dan ini adalah aroma sabun yang ada di kamar mandi.

"Huaa!! Emak!! syukurlah ini memang benar Emak! Meli kira tadi tuh setan yang nyamar jadi Emak lagi!" tutur ku menjelaskan kesalahpahaman yang sempat terjadi.

Emak lalu melepaskan pelukan tangan ku di tubuh nya. Selanjutnya ia menatap ku lekat-lekat.

"Sebenarnya ada apa sih, Mel? Kenapa tadi kamu minta maaf segala. Kamu memangnya udah berbuat salah apa ke orang lain? Sampai-sampai kamu melindur ketakutan seperti sekarang?!" Tanya Emak penasaran.

"Mak.."

Setelah memandangi Emak dalam diam selama beberapa saat, pada akhirnya cerita tentang kehororan yang ku alami sejak beberapa hari terakhir itu pun ku sampaikan pula ke telinga Emak. Selama beberapa menit ke depannya, Emak terdiam mendengarkan kisah ku.

Setelah selesai bercerita, Emak lalu memberikan komentar nya.

"Sejujurnya ya, Mel. Emak masih sulit untuk percaya tentang adanya makhluk ghaib yang gangguin kamu sampai sebegitu nya.."

"Tapi, Mak! Meli memang benar-benar--"

Ucapan ku kembali dipotong Emak.

"Dengarkan Emak dulu ya, Mel. Biarin Emak ngomong sampai selesai dulu. Oke?"

"Iya, Mak.." Aku langsung menuruti titah Emak untuk diam mendengarkannya dahulu.

"Terlepas dari benar enggaknya apa yang kamu ceritain itu, Mel. Satu hal yang bisa Emak simpulkan dari kejadian ini adalah kalau kamu mungkin memang sudah berbuat salah sama seseorang.. Dan karena rasa bersalah itulah jadinya kamu dihantui oleh perasaan bersalah itu.." Tutur Emak menyampaikan kesimpulannya.

"Tapi, Mak! Mel gak ngerasa--"

Lagi-lagi Emak menegur ku untuk tetap diam. Alhasil aku pun kembali menunduk dan mendengarkannya bicara.

"Yang jelas.. Kalau kamu memang punya salah sama seseorang. Maka sudha sepatutnya kamu datangi orang itu dan minta maaflah secara langsung kepadanya. Jangan justru lari menjauh dan menghindarinya. Mel. Karena maslaah gak akan bisa selesai kalau kamu terus berlari menjauhinya!"

"Masalah baru bisa selesai kalau kamu menghadapinya dengan berani dan lapang dada. Beranikan diri kamu menghadapi masalah yang ada di depan mu, Mel. Lagipula, kalau memang kamu gak punya salah sama seseorang, kamu gak perlu lari ketakutan kan kalau begitu? Bersikap beranilah, Mel! itu nasihat yang bisa Emak berikan kepada mu. Emak harap, kamu bisa berpikir jernih dan menghadapi semua masalah mu dengan sikap bijak dan juga berani. Oke?!"

Butuh waktu beberapa detik bagiku untuk mencerna kalimat nasihat dari Emak tadi. Setelah aku mencerna kebaikan dalam nasihat Emak, barulah kemudian aku mengangguk takjim dan menjawab pertanyaan Emak itu.

"Iya, Mak.. Meli akan coba untuk bersikap lebih berani lagi nanti.." jawab ku dengan tekad yang ditunasi oleh keteguhan yang baru.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!