Jujur saja. Momen makan siang kali ini adalah momen yang paling membuat ku tak nyaman sejauh ini.
Bagaimana tidak? Aku harus berpura-pura tak mengenal lelaki menyebalkan yang telah dua kali mempermalukan ku di tempat umum. Yah.. walaupun sebenarnya tak banyak juga sih yang menyaksikan momen memalukan ku itu. Hanya Rona dan beberapa mahasiswa yang tak ku kenal saja.
Tapi tetap saja kan! Berada dekat dengan lelaki menyebalkan itu jelas membuat mood makan siang ku jadi menurun drastis.
Kini aku menyesal karena telah mengubah menu makan siang ku dan juga Rona. Jika saja kami tetap pergi ke warung nasi kremes siang ini, sudah tentu aku tak akan bertemu lagi dengan lelaki menyebalkan itu, bukan?
Tadi sebenarnya aku sudah memberi kode kepada Rona untuk bertukar tempat duduk. Tapi kawan ku itu sepertinya begitu senang dengan ketidaknyamanan yang sedang ku alami saat ini.
Beberapa kali ku dapati Rona terkekeh geli. Dan aku yakin haqqul yakin kalau Rona pastilah sedang mengecengi ku dengan lelaki itu.
Pada akhirnya ku putuskan untuk mengacuhkan lelaki itu saja jadinya. Aku sibuk mengajak bincang Rona tentang banyak hal, tanpa memperdulikan keberadaan lelaki di samping kanan ku itu. Lagipula, pada dasarnya kami memang tak saling mengenal juga, bukan?
Ketika pesanan soto milik ku dan Rona akhirnya tiba juga, kami bergegas menyantap nya.
Begitu lidah ku mence cap kenikmatan soto ayam yang menyegarkan itu, semua rasa. jengkel dan kesal ku terhadap lelaki di samping ku itu seketika sirna. Raib entah ke mana.
Aku langsung saja melarutkan diriku dalam semangkok soto ayam yang menyegarkan itu. Tak lagi mempedulikan keberadaan lelaki menyebalkan atau bahkan juga Rona. kawan ku sendiri.
Akan tetapi, di sela kegiatan ku menikmati soto ayam, tiba-tiba saja aku merasakan sesuatu menggesek betis ku.
Pada mulanya aku mengira kalau itu adalah kucing liar yang biasanya memang sering berkeliaran di sekitar tempat ini. Namun, semakin lama gesekan nya semakin merambah ke bagian atas lutut hingga paha ku yang tersembunyi di bawah meja.
Merasa risih, akhirnya aku pun melongok kan pandangan ku ke bawah. Dan, apa yang ku lihat sungguh mengejutkan ku setengah mati.
Sebentuk kepala dengan rambut panjang nan lebat menyembul dari kolong tempat ku duduk. Wajah dari kepala tersebut terlihat hancur dengan kedua mata merah yang menatap ku marah.
Seketika itu pula aku langsung berdiri dan menjerit ketakutan.
"Aaarrrgghhh!!!"
Ketika aku berdiri, secara refleks aku juga hendak melangkah mundur. Namun karena ada bangku panjang yang juga sedang diduduki oleh pembeli di warung soto ini, terutama oleh Rona dan juga lelaki yang duduk di samping ku itu, jadilah akhirnya aku tak bisa menggeser tempat duduk nya mundur.
Alhasil aku pun hampir saja terjengkang ke belakang, jika saja tak ada tangan yang sigap menangkap punggung serta bahu ku.
Sekejap kemudian netra ku beradu tatap dengan kedua netra milik lelaki yang tadi selalu ku abaikan kehadirannya itu. Kemudian lelaki itu menegakkan posisi ku hingga berdiri tegak kembali. Dan, apa yang dilakukan oleh lelaki itu berikutnya sungguh membuat ku terkejut.
Karena dengan kedua mata ku ini, aku menyaksikan manakala lelaki itu menggeplak kepala setan yang sampai saat ini masih melongok dari kolong meja tempat ku duduk.
Aku pun ternganga takjub. Karena setan itu kemudian menghilang dalam sekejap. Pandangan ku pun langsung menoleh cepat kembali pada lelaki itu.
Sampai kemudian ku lihat ia kembali duduk dan menyantap soto ayam miliknya dnegan sikap santai. Seolah-olah ia tak terganggu sama sekali dengan penampakan makhluk halus yang baru saja muncul mengganggu aktivitas makan kami sesaat tadi.
"Mel..? kamu kenapa? apa soto nya tumpah ke kamu?"
pertanyaan dari Rona itu sontak saja membuyarkan perhatian ku. Aku pun bergegas kembali duduk. Dan saat itulah aku baru menyadari kalau beberapa pelanggan di sekitar kami kini menatap ku dengan pandangan heran dan senyum mencemooh.
Aku tahu kalau mereka mestilah sedang menertawakan kehebohan yang ku ciptakan sesaat tadi. Namun tak ada yang bisa ku lakukan untuk membela diri.
Percuma saja jika ku katakan pada mereka kalau aku baru saja melihat penampakan kepala berwajah menyeramkan di kolong meja. Justru jika aku mengatakan itu, besar kemungkinan mereka hanya akan semakin mencemoohi ku.
"Ehem! gak apa-apa, Na.. aku oke, kok!" ucap ku menutup perbincangan singkat ini.
Setelahnya, aku lanjut makan kembali. Meski sebenarnya pikiran ku kini mulai melayang ke mana-mana. Lebih tepatnya adalah karena kini isi pikiran ku dipenuhi oleh reka ulang kejadian saat lelaki di samping ku ini dnegan begitu mudahnya mengusir setan di kolong meja.
'Bagaimana cara dia melakukan itu?? Aku tak tahu menduga kalau dia ternyata bisa melihat penampakan juga.. Padahal secara penampilan, kulihat ia tampak sederhana,' gumam ku dalam hati.
Kemudian, dari sudut mata, aku melihat lelaki itu bangkit berdiri. Agaknya ia telah selesai menghabiskan makanan nya terlebih dulu. Kini ia sedang berjalan menuju Bang Oman untuk membayar pesanan nya.
Selama beberapa saat, pikiran ku merasakan dilema. Namun setelah ku pikirkan baik-baik, akhirnya aku sampai pada stau keputusan. Di mana keputusan itu membuat ku tiba-tiba berdiri dari kursi tempat ku duduk. Lalu aku bergegas mendekati lelaki yang sudha akan pergi meninggalkan tempat ini.
"Mel, kamu mau ke mana?!" panggil Rona di belakang ku.
"Sebentar, ya, Na! Aku mau mastiin sesuatu dulu!" jawab ku setengah berteriak.
Tanpa menunggu balasan dari Rona, aku langsung saja berlari-lari kecil demi bisa mengejar lelaki yang berada sekitar enam meter jauhnya di depan ku kini.
"Hey! Tunggu sebentar! Bisa tolong berhenti dulu?!" Panggil ku sambil berlari-lari kecil.
Sayangnya lelaki itu masih tetap berjalan dan tak menyahuti panggilan ku. Jadi ku pikir ia pastilah tak mengira kalau dia lah yang sedang ku panggil-panggil.
Karena itu, aku pun kembali memanggilnya. Kali ini dengan suara yang lebih kencang lagi.
"Hey! Tolong berhenti sebentar!" teriak ku kini lebih terdengar kencang.
Panggilan ku itu berhasil menarik perhatian beberapa orang di sekitar lelaki itu. Anehnya lelaki yang ku panggil masih juga tak bergeming untuk menengok ke belakang.
Aku pun merasa geram jadinya. Alhasil pada detik berikutnya, aku kembali berteriak kencang. Kali ini, aku menambahkan gelar pada lelaki di depan ku itu.
"Hey! bisa berhenti sebentar gak sih, lelaki tinggi berkacamata bulat?!" panggil ku sekencang-kencangnya.
Syukurlah, panggilan ketiga ku ini agaknya berhasil menarik perhatiannya. Karena pada detik berikutnya, lelaki itu akhirnya membalikkan badan dan menatap ku lurus.
Selanjutnya, dengan suara nge-bass milik nya, lelaki itu berkata.
"Kamu memanggil ku, Nona?" tanya nya dengan wajah tak bersalah.
Sementara aku sudah ngos-ngosan karena capek mengejar lelaki di depan ku itu. Sekaligus juga malu karena telah menarik perhatian orang-orang di sekitar kami, ke arah ku.
'Uughhh!! Dia memang super nyebelin gak ketulungan!' umpat ku tanpa suara.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments