Siang yang Apes

Syukurlah, tak ada kejadian ganjil yang terjadi di kamar mandi. Begitu selesai menunaikan hajat kecil, tangan ku langsung ditarik oleh Rona untuk bergegas keluar menuju kelas kembali.

Beruntung bagi kami berdua, tepat ketika aku dan Rona baru masuk ke dalam kelas, Dosen mata kuliah saat ini baru ikut masuk tepat di belakang kami.

***

Di waktu Zuhur, aku dan Rona kembali hendak pergi ke Gang kecil di pinggir kampus. Kami berencana untuk mengisi perut yang lapar dengan nasi remes di salah satu warung langganan kami.

Akan tetapu, terjadi hal yang cukup menarik manakala kami hendak keluar dari lift di lantai satu. Di mana secara tak disengaja ujung pinggiran jilbab yang ku kenakan malah tersangkut sesuatu.

Hampir saja aku jatuh terjengkang ke belakang, jika saja tak ada tangan sigap milik seseorang di belakang yang menangkap bahu ku.

"Terima ka..sih?"

Aku terkejut manakala melihat siapa yang telah menolong ku. Karena ternyata dia adalah lelaki menyebalkan yang beberapa waktu lalu pernah meninggalkan ku saat aku sedang berterima kasih kepadanya pada insiden hampir terjatuh di jalanan.

Insiden yang sama. Dengan orang yang sama. Tidakkah ini adalah rancangan takdir? hah! Rasa-rasanya aku tak menyukai jalinan takdir yang terus mempertemukan ku dengan lelaki menyebalkan ini!

"Kamu..?!" Kami berdua berseru bersamaan.

Seketika aku pun terdiam. Kemudian ku lihat sumber yang menyebabkan pinggiran kerudung ku tersangkut. Dan ternyata itu adalah gantungan boneka dengan per di bagian bawahnya yang berada di tas pinggang lelaki itu.

Selama beberapa saat aku berusaha melepaskan kerudung ku yang tersangkut. Namun karena posisi yang tersangkut berada di bagian belakang, jadinya aku cukup kesulitan untuk melakukannya.

"Mel? Kenapa? Ayo keluar! Keburu pintu lift nya tertutup lagi lho!" Seru Rona yang telah terlebih dulu keluar dari lift.

Sesaat kemudian, ku dengar suara lelaki menyebalkan itu berkata.

"Sebaiknya kita keluar dulu dari lift ini. Aku akan membantu mu melepaskan kaitannya di luar nanti!" ucap suara Barito bernada dalam tersebut.

Deg. Deg.

Ba dump. Ba dump.

'Iishkk.. sial banget sih ni jantung! Kenapa segala pakai dah Dig Dugan sih hanya karena dengar suara lelaki itu aja?!' Aku merutuki diriku sendiri dalam hati.

Selanjutnya tanpa berkata-kata aku mengikuti saran lelaki itu. Dan melangkah keluar dari lift. Diikuti oleh langkah lelaki itu secara bersamaan di belakang ku.

'Eh.. Tapi suara nya lumayan dalem juga sih.. Kalau nyanyiin lagu-lagu nge bass kayaknya asik tuh buat didengerin..' Pikiran ku mulai melanglang buana.

Setelah berada di luar lift, ku rasakan pergerakan lelaki itu dalam melepaskan sangkutan kerudung ku pada gantungan kunci tas nya. Sementara Rona baru menyadari identitas lelaki yang kini berdiri dekat di belakang ku itu.

Mata ku beradu dengan mata Rona. Dan ia memberiku pandangan penuh arti. Pandangan yang ku yakin mengandung godaan nya atas pertemuan ku dengan lelaki di belakang ku saat ini.

"Sudah selesai!" Suara lelaki itu kembali terdengar bicara.

Secara refleks aku pun berbalik untuk memastikan benar tidaknya pinggiran kerudung ku tak lagi tersangkut. Dan ternyata memang benar.

Aku pun merasa lega. Dan hendak berterima kasih pada lelaki itu. Namun baru saja membuka mulut untuk mengucapkan kalimat terima kasih, nyatanya lelaki menyebalkan itu lagi-lagi langsung melengos pergi tanpa berkata apa-apa lagi.

Aku pun kembali ternganga selama beberapa saat. Sebelum tawa Rona menyadarkan ku dari kondisi ku berada saat itu.

"Dasar lelaki nyebelin! Ganteng-ganteng tapi--"

"Serigala!" Rina menyambung kalimat ku dengan niat berkelakar.

Sontak saja aku langsung terbahak mendengarnya. Hebat benar kawan ku yang satu ini. Dia selalu saja mampu membuat mood ku mengalami inflasi tak menentu.

"Hahahaha! Jangan serigala ah, Na! itu masih terlalu bagus buat lelaki nyebelin itu! Buat dia sih gelar yang pantas itu adalah ganteng-ganteng tapi.."

"Pangeran Kodok! hihihi!" lanjut Rona terkekeh-kekeh.

Dan kekesalan ku pun mendadak sirna usai mendengar celotehan Rona yang sungguh jenaka.

"Udah ah! Laper banget nih. Jadi gak nih makan mie remes?" tanya Rona kemudian.

"Hmm.. Kok tiba-tiba aku pingin makan soto ya.. Gimana kalau menu siang ini kita ganti jadi soto ayam aja?"

"Soto ayam..? Hmm.. Boleh lah, boleh.. Tapi minuman nya kamu yang traktir ya, Mel? Kan kamu yang seenak jidat mu ganti menu. Ok?"

"Huuu.. itu sih memang kepinginnya kau banget, Na.. Tapi oke lah. Cuma minuman nya aja ya! Jangan sampai pas di sana merembet minta ditraktir makanan nya juga lho!" Aku mengultimatum Rona.

Kawan baik ku itu malah cengengesan saja mendengar ultimatum dari ku. Dan aku tak memusingkan sikapnya yang sering cengengesan itu. Ku tarik tangan Rona menuju pintu gerbang kampus untuk menuju ke warung soto Bang Oman yang sudah terkenal melegenda di kalangan mahasiswa kampus ku ini.

Sesampainya di sana, kami berdua langsung menuju tempat bangku yang masih kosong di antara bangku-bangku yang telah penuh.

Tempat makan di warung soto Bang Oman ini letaknya di outdoor. Dengan keberadaan pohon beringin yang menaungi para pelanggan nya agar tak merasakan sengatan terik matahari.

Begitu aku duduk di bangku pilihan ku, saat itulah aku menyadari dengan siapa aku duduk berdampingan. Ketika Rona baru saja duduk di samping kiri ku, pandangan ku lantas melirik ke samping kanan ku. Di mana ada pelanggan lain Yang sedang menikmati soto ayam Bang Oman.

Yang sedikit menyebalkan terjadi adalah pengunjung itu tak lain dan tak bukan adalah lelaki menyebalkan yang sudah dua kali membuat ku emosi sekaligus juga malu. Ya. pelanggan di sisi kanan ku itu adalah lelaki menyebalkan yang baru saja melepaskan pinggiran kerudung ku yang tersangkut ke gantungan tas nya beberapa saat yang lalu.

"Kamu?!"

Aku langsung berdiri sambil menuding ke arah lelaki itu. Namun sesaat kemudian aku tersadar kalau sikap ku itu agaknya terlihat tak sopan dan telah menarik perhatian beberapa pelanggan di sekitar kami.

Aku pun langsung duduk kembali. Pandangan ku segera ku layangkan ke sekitar. Berusaha mencari tempat duduk lain yang masih kosong. Sayangnya pencarian ku itu berakhir sia-sia. Tak ada tempat duduk lain yang kosong saat ini.

Pada akhirnya, dengan hati yang dongkol, ku terima juga takdir ku untuk makan berdampingan dengan lelaki menyebalkan ini. Dan Rona yang juga menyadari dengan tetangga di samping ku itu lalu hanya bisa terkikik geli menahan tawa. Langsung saja ku pelototi dirinya dengan wajah tersangar yang bisa ku buat.

'Siang ini apes banget sih! Ketemu dia lagi.. dia lagi!' Aku pun mendumel dalam hati.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!