Ups! Ketahuan Deh!

"Ee.. mau Mel panggilkan Bapak sekarang kah? barangkali kakak mau ngobrol sama Bapak?" aku lanjut merajut dusta demi memperkuat kebohongan ku.

Pikir ku, akan lebih baik jika lelaki di depan ku itu menganggap kalau aku tak sendirian di rumah. Jadi jika memang ia memiliki niat jahat, maka ia akan mengurungkannya.

Lelaki di depan ku itu hanya terdiam saja menatap ku. Lama ditatap olehnya, aku jadi merasa tak nyaman. Sampai kemudian ku dengar suara Emak mengucap salam dari teras rumah.

"Assalamu'alaikum! Mel?!" panggil Emak kemudian.

Lega karena akhirnya Emak pulang, aku langsung aja keluar dari warung lewat pintu samping. Di mana kemudian dari sana aku langsung terhubung ke teras rumah.

"Mak! lama banget ke rumah Bibi nya!" keluh ku tanpa disensor.

"Iya. Emak keasikan ngobrol tadi sama Bi Hana. Eh, itu kenapa gelas kopi masih di luar? Kenapa juga warung nya masih dibuka, Mel? bukan nya ditutup. udah mau Maghrib kan ini.." Emak menegur ku.

Pandangan ku langsung beradu dengan lelaki pembeli yang kini sedang duduk tersenyum kepadaku. Aku merasa tak enak hati pada pelanggan tersebut atas ucapan Emak barusan.

Jadi setelahnya langsung saja ku tegur Emak dengan suara berbisik.

"Emak kok ngomong gitu sih? Gimana kalau Kakak nya tersinggung? masa iya warung nya ditutup pas masih ada pelanggan?" tegur ku dalam bisikan ke dekat telinga Emak.

"Pelanggan apa sih, Mel? Gak ada orang gini. Udah buruan tutup warung nya. Emak mau ganti baju dulu nih. Baju Emak basah lagi.."

"Gak ada orang gimana sih, Mak? Itu jelas-jelas ada pembeli yang lagi minum kopi kan.."

Pandangan ku kembali beradu dengan lelaki pendiam di depan warung ku itu. Dan ia kembali menghadiahi senyuman ramah. Aku jadi semakin tak enak hati padanya. Ku berikan lah anggukan singkat pada lelaki itu.

"Kamu lagi lihatin apa sih, Mel?" tanya Emak tiba-tiba.

"Emak! Kok begitu sih. Itu lho.. Kakak nya kan bisa dengar suara Emak dari sana.."

"Kakak siapa sih? Ada di mana?" tanya Emak terheran-heran.

"Itu yang lagi duduk di depan warung, Mak.. pas banget di depan gelas kopi pesanan nya itu.." ucap ku sambil menunjuk ke arah lelaki itu.

Emak mengikuti arah telunjuk ku. Kemudian menatap ku heran. Beliau kembali melihat ke depan warung, lalu kembali menatap ku heran.

"Mel, di depan warung mana sih? Gak ada siapa-siapa gitu kok?" ujar Emak dengan ekspresi bingung.

Aku langsung ternganga menatap Emak dan pelanggan kami secara bergantian. Tak mengerti, bagaimana Emak bisa melewatkan penampakan pelanggan yang jelas-jelas terlihat sedang duduk di depan warung.

'Kok Emak bisa tega banget ngomong gitu ya? Apa Emak gak talut kalah ucapannya itu menyinggung perasaan pelanggan itu? Kecuali.. Emak memang sungguhan gak lihat pelanggan itu. Tapi...! Jelas-jelas pelanggan nya lagi duduk di depan warung! Apa cuma aku aja yang bisa lihat dia?!' Aki sibuk bergumam dalam hati.

Sesaat kemudian, sebuah dugaan melintas di kepala ku.

"Emak beneran gak lihat ada orang di depan warung??" tanya ku memastikan lagi.

Entah karena merasa kesal karena aku terus menanyakan hal yang sama berulang kali. Akhirnya Emak tak jadi masuk ke dalam rumah. Ia malah pergi ke depan warung dan menarik pintu rolling door ke bawah hingga menutup.

Sepanjang Emak melakukan itu, ia benar-benar mengabaikan keberadaan lelaki yang hingga kini masih juga duduk tak sampai satu meter dari tempatnya berdiri. Posisi Emak saat menutup pintu rolling door itu berada di luar warung. Sementara pelanggan lelaki yang masih juga tampak di netra ku itu duduk di dalam area warung.

Aku berpikir. tak mungkin juga kan bila Emak memang melihat lelaki itu, Emak akan membiarkan dia duduk terkunci di dalam warung? Jadi satu-satunya alasan yang masuk akal dari sikap Emak saat ini adalah bahwa ia memang benar tak melihat keberadaan pelanggan lelaki itu.

"?!!"

Sebuah kesadaran pun tercipta di benak ku terkait identitas asli dari lelaki yang hingga kini masih menatap ku dengan senyuman misterius nya.

'A..apa jangan-jangan dia itu sebenarnya se..setan?!' benak ku menyimpulkan.

Tepat sebelum pandangan ku terhalang oleh pintu rolling door, aku sempat disuguhi oleh penampakan wajah lelaki itu yang tiba-tiba saja berubah jadi menyeramkan.

Wajah pemuda itu tiba-tiba saja koyak seperti gepeng usai ditimpa beban berat. Dengan kedua bola mata merah yang hampir menyembul keluar dari lubangnya. serta darah segar yang membasahi keseluruhan wajah serta leher nya.

"M..Maakk!!!"

Seketika itu pula aku langsung lari menjerit ketakutan ke dalam rumah. Meninggalkan Emak yang pastilah mengira kalau aku sudah kesambat, kesetanan.

'Terserah lah! Yang penting kabur jauh dulu dari si setan! ya ampun! ya ampun! ya ampun! Kok bisa ya aku masih digangguin juga sama tuh Setan! apa itu berarti wiridan nya Abah Untung tuh gak berhasil ya?! Argh sia lan! Sayang deh tuh duit gocap yang ku kasih kemarin!' Dumel ku terus berlanjut dalam hati, dengan langkah kaki yang terus ku lajukan menuju kamar tidur ku sendiri.

***

Tak berselang lama, Emak masuk dan menengok ku yang duduk meringkuk di atas kasur.

"Kamu kenapa, Mel? Maghrib-maghrib malah teriak gak jelas!" Emak menegur ku sambil berdiri di depan pintu kamar.

Sebagian baju Emak terlihat basah. Mungkin bekas ia yang kehujanan saat menutup pintu rolling door sesaat tadi.

"I..itu, Mak! tadi itu Meli lihat setan di warung kita!" Jawab ku masih ketakutan.

"Hah?! Setan?! Yang benar saja! Jangan ngada-ngada deh!"

"Serius, Mak! Duh.. mana hp Meli masih ada di warung lagi!" sesal ku dalam gumaman pelan.

"Hp kamu yang ini kan? Nih, tadi Emak ambilin!" tutur Emak sambil mengulurkan ponsel milik ku.

"Waahh! makasih, Mak! Untung banget Emak ambilin. Kalau enggak, Meli gak tahu deh. Mel berani gak ya tuk ambil sendiri ke sana! Takut banget kalau sampai ketemu setan nya lagi nanti! Hii.. ngerii!!" ujar ku sambil bangkit dan mendekati Emak di pintu kamar.

Saat itu, tiba-tiba saja aku mencium bau busuk. Namun ku tepiskan aroma tak sedap itu. Mengira kalau itu mungkin hanya bau bangkai yang dibawa oleh angin hujan di luar sana.

Akan tetapi, tepat ketika tangan ku bersentuhan dengan tangan Emak yang dingin demi mengambil ponsel milik ku, indera pendengaran ku tiba-tiba saja menangkap teriakan Emak. Asalnya dari arah kamar mandi.

"Mel.. Emak lupa bawa handuk! Tolong ambilin ya, tadi Emak sangkutin di kursi dapur!" teriak Emak dari kamar mandi.

Spontan saja, mata ku langsung membulat ketakutan saat menatap Emak yang kini berdiri tak sampai satu meter di depan ku itu. Apalagi saat sosok yang menyerupai Emak itu tiba-tiba saja memberiku seringai meyeramkan.

"Ups.. ketahuan deh!" ucap nya dengan nada tak bersalah.

"??!!!"

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!