"Bruk" Vera menabrak seseorang. Terlihat sekali tumbuh yang di tabrak Vera sangat keras, sampai-sampai tubuh Vera jatuh di sebabkan tak kuat menahan hantaman di depannya.
“Aduh,,,” ringis nya menahan sakit dengan tangan yang mengelus pinggangnya.
Vera bangkit dari duduknya sembari membersihkan debu dari pakaiannya.
"Kalau jalan itu lihat-lihat dong!" Bentak Vera kesal sembari mengalihkan matanya pada orang yang menabraknya. Vera mengangkat tangan kanannya menunjuk pria yang berada di depannya.
"Ka-kau?" ucap Vera terbata.
Sial banget aku! kenapa sih bisa berjumpa dengan dosen killer ini lagi? Batin Vera kesal melihat Drag.
Drag hanya menatap wajah Vera dengan datar. "Dengar ya Pak! saran saya, Bapak batalin saja deh pernikahan kita! nggak lucu tau nggak!" ucap Vera dengan berterus terang. Tak ada rasa takut dan sungkan dalam dirinya. Drag menampilkan wajah datar, dingin dan arogannya.
"Kalau kamu mau, kamu saja yang membatalkannya," ucap Drag yang membuat Vera melebarkan mulut yang di iringi wajah kesal. Kemarahan Vera sudah di ambang batas.
"Anda ini mengesalkan sekali ya Bapak dosen yang menyebalkan!" ucap Vera dengan tegas. Drag malas meladeni Vera, Drag memilih pergi menghindari Vera.
“Hey, aku belum siap bicara ya Dosen gila!" umpat Vera sembari mengejar dosen killer nya itu. Vera mencoba mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh Drag.
“Bapak bisu ya, makanya nggak bisa jawab," ucap Vera terus mengikuti langka kaki panjang Drag. Vera sudah berdiri di depan Drag dan menghadang Pria dingin dan kejam itu.
“Batalkan pernikahan ini!" Bentak Vera memaksa.
Vera tidak sadar jika sekarang dia berada di lorong yang sepi. Bahkan Vera juga tidak sadar jika kini hanya dia dan Drag lah yang berada di lorong tak berpenghuni itu.
"Hey Drag!" teriak Vera menyebut nama dosennya dengan lantang. Gadis itu berteriak lantang karena sendari tadi Drag mengacuhkan dan tak menjawab ucapannya.
Hening, tiba-tiba,,,
"Brak!" Drag mendorong dan menghimpit Vera ke dinding lorong sepi itu.
"Sudah puas bicaranya?" ucap Drag datar dengan pandangan mengimitasi. Kini tubuh Drag dan Vera sangat dekat, bahkan hembusan keduanya saling berlaga. Vera hanya bisa mengedipkan matanya tak percaya. Kesadaran nya kembali.
"Apaan sih, lepas nggak!" bentak Vera memberontak lalu mendorong dada bidang Drag dengan sekuat tenaga. Sayang sekali tenaga Vera tidak berdampak apa-apa pada Drag. Drag semakin mendekatkan wajahnya ke arah Vera.
"Kamu mau perjodohan ini di batalkan?" tanya Drag dengan santai.
"Iya!" teriak Vera di depan Drag tanpa rasa takut. Benar-benar kuat mental gadis ini.
"Mimpi!" ketus Drag yang di iringi tumbukan di tembok mall itu. Drag mulai melepaskan Vera dari kungkungan nya.
"Kau!" bentak Vera kesal dengan mata memerah menahan tangis. Drag melihat Vera dengan datar.
"Apa?" tanya Drag dingin dengan aura killer nya, tatapan tajam dan muka jutek tak hilang dari wajahnya.
"Cepat katakan pada orang tua kita, kalau Bapak mau membatalkan pernikahan ini!" ucap Vera mendesak Drag agar segera menuruti kemauannya. Wajah terlihat serius mengatakan itu. Dia sangat tidak mengharapkan pernikahan ini.
"Kalau kamu mau, kamu saja yang katakan pada mereka!" ucap Drag santai sembari berlalu pergi meninggalkan Vera. Tanpa sepengetahuan Vera, Drag tersenyum devil mengingat tingkah Vera yang sangat lucu dan gemas itu. Vera menghentakkan kedua kakinya dengan kasar.
"Uuu,,, benar-benar itu Dosen gila!" umpat Vera gemas sendiri di tempat. Dia berkelahi dengan udara sekitarnya. Mungkin jika ada orang yang melihatnya, pasti akan menganggapnya gila.
Waktu terus berjalan, Vera kembali dari mall pukul enam sore. Setelah sampai, Vera menyuruh satpam untuk memasukkan motor Beatnya ke dalam bagasi.
"Assalamualaikum," Vera masuk ke dalam rumah tanpa rasa bersalah. Terlihat Sela tersenyum marah dengan tangan yang bersedekah di dada. Mata tajam Sela menghunus tajam menatap Vera.
“Wassalamualaikum," jawab Sela dari arah belakang. Vera mematung di tempatnya. "Hebat ya anak mama yang cantik," ucap Bidadari tua itu mulai menginterogasi Vera.
Vera yang mendengar suara menyeramkan itu langsung segera membalikan tubuhnya, lalu memperlihatkan senyum kudanya.
“Hehe,,, Mama" ucapnya menampilkan gigi putih nan rapinya. Vera memegang telinga dan perutnya. "Aduh Ma, aduh Ma,,," ucap Vera mengadu kesakitan ketika mamanya mencubit dan menjewer telinga nya.
"Enak nggak, enak?" tanya Sela kesal tanpa melepaskan jeweran di telinga Vera.
"Ampun ampun Ma, sakit Mama ku sayang" Aduh Vera kesakitan lalu memberikan wajah sok manis pada Sela. Vera pun mulai berakting. Dia mulai mengeluarkan jurus andalannya, yaitu mengeluarkan air mata buaya nya. Sangat muda bagi Vera menampilkan wajah sendu dan mata berkaca kaca.
"Sakit Ma," ucapnya dengan bibir yang sedikit melengkung ke bawah. Mama Vera yang memang mudah luluh, lantas melepaskan jeweran nya di telinga Vera. Wanita paru baya itu memeluk gadis nakalnya sembari meminta maaf karena sudah berlaku kasar.
"Maafkan Mama sayang, makanya nurut sama Mama," ucap mama Vera dengan lembut.
"Ya sudah masuk kamar gih. Istirahat, nanti jangan lupa makan malam," ucap Sela melepaskan pelukannya, lalu pergi meninggalkan Vera. Tak ingin membuang buang waktu, Vera segera bergegas masuk ke dalam kamarnya dan tak lupa ia mengunci pintunya.
"Bruk." Vera menjatuhkan diri di kasur empuk kesayangannya.
"Hhhh,,, pinter sekali aku ah!" ucap Vera berbangga diri. Vera membalikan tubuhnya menjadi tengkurap. Vera menggerakkan kedua tangannya menikmati sentuhan kasur halus. Senyum senang terukir di wajahnya disebabkan dirinya yang merasa pintar bersilat lidah.
🍎🍎🍎
Waktu terus berjalan, hari mulai berganti. Tak terasa hari pernikahan pun tiba. Vera sedang berada di ruang rias, sedangkan di ruang tengah sudah ramai para saksi dan tentunya mempelai pria berserta keluarganya telah tiba. Terlihat penghulu menatap ke arah papa Vera.
"Apakah bapak sudah siap menjadi wali dan menikahkan anak bapak?" tanya penghulu pada papa Vera.
"Siap!" Jawab Ronal dengan tegas. Penghulu memalingkan wajahnya menatap ke arah mempelai pria.
"Apakah mempelai pria sudah siap mengucapkan ijab Kabul?" tanya penghulu memastikan kesiapan Drag. Drag mengangguk pelan.
"Siap Pak!" Jawab Drag dengan tegas dan lantang. Penghulu menganggukkan kepalanya dengan pelan setelah memastikan kesiapan wali nikah dan mempelai pria.
"Baik ijab Kabul akan segera kita mulai. Mohon wali nikah berjabat tangan dengan mempelai pria." Perintah penghulu pada Ronal dan Drag.
Papa Vera dan Drag sudah berhadapan dan mulai berjabat tangan sembari membenarkan duduknya. Penghulu menepuk Ronal dengan pelan.
"Jangan lupa baca bismillah Pak," ucap penghulu memandu papa Vera.
"Baik pak," ucap Papa Vera mengangguk setuju.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments