"Sayang sudah siap belum? ayo cepat, Mama masih banyak pekerjaan ini," teriak Sela mengomel melihat anak gadisnya yang susah di atur. Vera mengambil tas ranselnya lalu berjalan dengan mood yang rusak.
"Malas banget deh! " Vera menampilkan wajah bete.
Sela yang sudah tidak sabar dengan keleletan Vera. Dengan cepat Sela pun menyusul Vera ke kamarnya di lantai atas. "Nggak bisa cepat ni anak, kalau nggak di samperin dulu!" Vera dan mamanya bertemu di tangga.
“Lama banget!” omel Sela dengan nada tegas.
“Ayo cepat!" ucap Sela yang tak sebaran. Wanita tua itu menarik tangan Vera dengan paksa.
"Ehh tas ku Ma," ucap Vera mengambil tasnya yang terjatuh.
"Lama banget kamu," kesal Sela yang sudah seperti Mama tiri.
“Bukan Vera yang lama Ma, tapi Mama saja yang terlalu terburu-buru," jawab Vera.
"H, h, jawab terus!" ucap Sela mengulurkan nada yang mengancam. Wanita tua itu meletakkan kedua tangannya di pinggang.
"Hehe,,," Vera hanya bisa terkekeh tanpa bisa membantah, soalnya dia takut kalau mamanya sudah mengeluarkan taringnya.
Vera tersenyum terpaksa.
"Ayo Mama ku sayang,,, katanya mau cepat" ucap Vera mengalihkan kemarahan mamanya.
"Yuk," ucap mamanya singkat. Mereka segera berjalan keluar menuju mobil lalu memasukinya. Setelah masuk ke mobil, supir mulai menjalankan mobilnya.
"Ke Rita butik ya Pak," perintah Sela pada supir. Supir melirik spion depan lalu mengangguk kan kepalanya dengan pelan.
"Baik nyonya," ucap sang supir.
Di perjalanan tidak ada satu kata pun yang terdengar, mama Vera sibuk chatan dengan teman arisannya, sedangkan Vera sibuk melihat jalan yang ia lewatinya.
Bosan banget,,, apes banget aku dari semalam. Batin Vera merana.
"Sudah sampai Nyonya," ucap sang supir setelah menghentikan mobilnya, tepat di depan pintu masuk butik. Menepuk tangan Vera pelan.
"Yuk sayang," Sela segera turun yang di ikuti Vera.
Loh kok cepat? baguslah. Rupanya waktu masih berpihak padaku. Hhhh. Batin Vera senang.
Vera dan Sela turun dari mobil dan langsung masuk ke butik terkenal dan mempunyai kualitas yang sangat bagus.
"Cantik-cantik banget kebayanya, kainnya juga bagus," puji Sela ketika melihat baju-baju yang di pajang di butik itu.
Apanya yang bagus, orang berenda-renda gitu, kembang-kembang pulak tu sebagian. Seandainya orang yang mengenakannya di kejar the dog gimana ya?! Hhhhh nggak bisa aku bayangkan. Batin Vera mengada-ngada. Benar-benar ya Vera.
Terlihat wanita sosialita yang sedang berjalan ke arah Vera dan Sela. Wanita itu terlihat seumuran Sela. "Selamat datang Jeng," ucap pemilik butik itu sembari tersenyum. Siapa lagi kalau bukan teman arisan mama Vera.
“Iya Jeng,” ucap Sela sembari cepika-cepiki dengan sahabat sosialitanya itu.
"Ini anak saya, namanya Vera. Anak saya inilah yang mau menikah Jeng," ucap sela tersenyum lembut. Rita tersenyum senang sembari mengamati wajah Vera yang cantik.
"Cantik sekali anak kamu jeng. Games deh," ucap Rita menampilkan gigi ratanya.
Aku memang cantik dari lahir kali Tan. Batin Vera memuji dirinya sendiri dengan seringai tipis di wajahnya.
Tanpa menunggu tawaran dari sahabatnya, Sela pun langsung to the point dengan keinginannya. "Jeng aku mau kebaya yang wah dan elegan buat anak semata wayangku ini," ucap Sela yang langsung di angguki sahabatnya itu. Rita tersenyum sembari memberikan jari yang berbentuk O berekor tiga.
"Oke jeng, yuk kita ke atas" ajak Rita pemilik butik itu.
"Yuk sayang," ajak Sela. Dengan langkah malas Vera pun mengikuti mamanya dan pemilik butik.
Mereka pergi mengikuti langkah pemilik butik itu menuju ke lantai dua. Setelah sampai, Pemilik butik itu menampilkan berbagai varian kebaya mewah dan elegan, tentunya sangat pas di badan Vera. Para karyawan sangat sibuk mengeluarkan berbagai jenis kebaya ke hadapan Vera dan mamanya. Di lantai itu, Vera sibuk mencoba berbagai kebaya mewah yang di suguhkan kepadanya. Waktu Vera habis karena berulang kali mengganti kebaya nya.
"Gak cocok ni tan, di bagian dadanya sesak banget,,," kesal Vera yang sendari tadi belum menemukan kebaya yang cocok dan pas dengan tubuhnya. Dia cukup kelelahan karena tak siap-siap berganti pakaian sendari tadi. Ini semua karena ulah mamanya, yang tentunya pemilik butik menjadi provokatornya.
"Buka bajunya yang salah sayang,,, tapi dada kamu yang kegedean," ucap Sela senyum menggoda. Rita tersenyum anggun.
"Bagus dong Jeng, jarang-jarang loh ada anak gadis gemoy seperti anak Jeng," puji Rita mengakui keindahan dan kemolekan Vera.
"Iya Jeng, anak saya ini rajin olahraga dan berenang. Mungkin karena hal itu yang membuat tubuhnya menjadi aduhai," ucap Sela tanpa di rem. Rita dan Sela tertawa. Hal itu membuat Vera menjadi malu. Vera memberikan sorot mata tak suka.
"Biasa saja kali Ma," ucap Vera dengan datar.
"Hhhhh,,, Anak kamu ini lucu ya Jeng, anak orang di luar sana sangat suka dan ingin mempunyai badan dan dada yang indah seperti dirinya, tetapi sayang, anak jeng malah tidak mau mempunyai dada yang gede. Hhhhhh," tawa Rita di ikuti Sela yang merasa lucu dengan anaknya. Vera hanya bisa mengumpat dalam hati.
"Biasa jeng, anak saya memang lain dari pada yang lain. Hhhh," ucap Sela lagi-lagi tertawa. Vera menjadi bahan lelucon kedua wanita paru baya itu.
"Mama," kesal Vera pada mamanya. Sela menepuk pelan bahu sahabatnya, sembari mencoba menghentikan tawanya.
"Sudah jeng, nanti anak saya merajuk. Auto nggak jadi nikah nanti," bisik Sela di iringi sedikit gelak tawa.
"Hhhh,,, Ok jeng," balas Rita tersenyum lucu.
Akhirnya Vera melanjutkan mencoba berbagai kebaya lainnya, tetapi tetap saja tidak ada yang sesuai dengannya. "Gak ada yang sesuai Jeng, kalau di desain dan di jahit ulang masih sempat nggak Jeng? akadnya besok Jeng," tanya Sela menatap serius ke arah Rita.
Rita tersenyum lalu mengangguk.
“Tentu bisa Jeng," Rita mengangguk tanpa memudarkan senyumnya. Akhirnya Vera dan Sela setuju dengan desain ulang dari pemilik butik itu.
Ahh,,, akhirnya selesai juga. Batin Vera jenuh.
Setelah selesai dengan urusannya. Vera dan Sela memutuskan pulang. Vera berjalan di belakang mamanya. "Jelek-jelek banget sih Ma gaunnya! malah nggak ada yang muat lagi di dadanya," ucap Vera mengatai kebaya- kebaya yang di kenakan nya tadi. Sela hanya menggeleng lemah.
"Nggak boleh begitu sayang. Bukan kebayanya yang salah, tapi dada kamu yang ke gedean," ucap Sela tersenyum menggoda.
Vera melengos kasar mendengar itu.
"Is Mama" ucap Vera menampilkan wajah cemberut.
Mama Vera terus berjalan tanpa menghiraukan ucapan Vera. Merekapun pulang ke kediamannya. Setelah sampai di rumah, Vera memilih mengurung diri di kamarnya, sedangkan mamanya sibuk mengurus acara untuk besok. Terlihat tubuh berlemak Vera tidur terlentang menghadap langit-langit kamar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
# Ronal
2023-04-13
0
Qaisaa Nazarudin
Adam Felix?? Bukan namanya Tonal iya??🤫🤫🤫
2023-04-13
0