Di ruang keluarga tepatnya di kediaman Vera. Keluarga itu sedang menikmati Quality time. Masalah perjodohan tak berhenti juga. Vera masih kesal dan masih mengungkit perjodohannya kemarin malam kepada kedua orang tuanya. Di dalam rumah Vera mengimitasi Papa dan Mamanya.
"Kenapa Mama dan Papa nggak ngasih tau Vera sih tentang hal ini? malah mendadak pula tu perjodohannya. Papa tau nggak, pak Drag itu dosen killer di kampus Vera! Dia dosen yang sangat sangat menyebalkan!" Vera mengeluarkan unek-uneknya dengan bibir yang manyun. Wajah tua itu tersenyum manis melihat Vera.
"Ini demi kebaikan kamu sayang" jelas Mamanya sembari mengelus punggung Vera dengan lembut. Vera menoleh pada Mamanya.
"Tapi Vera nggak mau Ma, belum mau pisah dengan Mama dan Papa, tegah banget ih sama anak sendiri. Hiks," ucap Vera dengan sedikit mewek. Gadis itu sedang merajuk sekarang.
Ronal tersenyum sembari mengelus kepala Vera. Kini Kedua orang tua itu menghimpit Vera di tengah-tengah mereka.
"Cup cup cup,,, anak kesayangan Papa. Ini demi kebaikan kamu sayang, Mama dan Papa sudah tua dan banyak urusan, kalau kami sudah tiada, siapa yang akan menjagamu Nak? Sudah ya jangan sedih, Drag itu anak yang baik loh. Dia bersikap seperti itu karena menginginkan kebaikan buat mahasiswanya. Itupun di kampus, kalau di rumah mana mungkin begitu," bujuk Ronal mencoba memprovokasi sembari menjelaskan dengan penuh kelemah-lembutan.
"Kamu mau ya nikah dengan Nak Drag," bujuk Ronal dengan penuh kelembutan, karena mereka tau semakin mereka keras dengan Vera, maka semakin pembangkang sifatnya. Itulah Vera yang tak bisa lembut dengan seseorang, tetapi maunya di lembuti oleh orang lain. Sangat aneh. Vera hanya mengangguk pasrah tanpa berucap. Bibirnya sedikit mewek. Rencana papanya berjalan lancar ketika berhasil meluluhkan Vera dengan jurus andalannya.
"Ya sudah sayang, pergi tidur sana. Mama dan Papa mau istirahat juga, cape," ucap Sela segera berlalu pergi dengan tangan yang menggandeng lengan suaminya.
Begini banget nasib aku! Batin Vera kesal sembari melihat kepergian kedua orang tuanya.
Lama Vera terdiam di ruang keluarga, Vera akhirnya memilih pergi ke kamarnya untuk beristirahat. Tubuhnya juga sudah lelah di sebabkan seharian melakukan banyak aktivitas.
"Hm, Pegel banget," Vera merenggangkan tubuhnya sembari menguap.
Vera memanjakan tubuhnya dengan cara telentang lalu menggerakkan tangan dan kakinya. Tidak ada sedikitpun niat Vera untuk mengganti bajunya dengan baju tidur. Belum begitu lama dan tak terasa Vera sudah pulas dalam tidurnya. Gadis ini tak merasakan risi sedikitpun dengan pakaian yang dikenakannya.
Remang-remang malam yang di hiasi suara jangkrik dan katak mendominasi tidur vera yang semakin lelap. Waktu terus berjalan, tak tau jam berapa sekarang. Vera masih setia dengan tidurnya. Semakin nyenyak nya, Vera tak sadar jika liurnya menganak sungai yang meluncur ke bantal.
"Drt, drt, drt," suara alarm berbunyi sangat nyaring. Bahkan semakin nyaring nya, bunyi itu bisa terdengar sampai ke lantai bawah. "Mampus!" ucap Vera kaget mendengar alarm yang di setelnya sendiri.
Nyawanya belum terkumpul. Vera mengucek mata dan memicingkan matanya melihat angka di alarm. Vera mengangkat kedua tangan dan meletakkannya di punggung kepala.
"Aku terlambat kuliah lagi. Pasti dosen killer itu yang masuk," ucap Vera sembari berlari kocar-kacir menyiapkan diri. Vera segera mungkin mandi dan berganti baju. Gadis ini bahkan tak mandi melainkan hanya melakukan jurus dua jari. Hanya alisnya saja yang basa terkena air. Ketika Vera hendak keluar kamar, dia terdiam sejenak.
Aduh Vera, sabtu dan minggu kan libur! Serba pelupa kau ya! Vera mengingat ucapan Lucy kemarin.
Vera terdiam dan terduduk di lantai, tepatnya di depan pintu kamarnya yang tak jauh dari tangga. Wajah Vera terlihat syok. Mungkin siapa saja yang melihat kelakuan nya, akan tertawa sembari menggodanya.
"Iya-ya, ini kan masih hari libur," ucapnya baru sadar. "Untung saja aku belum sempat turun! kalau nggak, apa nggak malu banget di lihat Mama dan Papa," ucap Vera bersyukur karena tak jadi malu.
Huh,,, Selamat. Batin Vera senang dengan tangan yang mengelus dadanya.
Vera kembali ke dalam kamarnya lalu meletakan buku yang sempat ia bawa sebelumnya. Setelah meletakkan perlengkapan kuliahnya di tempat semula. Vera segera melangkahkan kakinya menuruni anak tangga lalu berjalan menuju ruang makan.
"Selamat pagi Pa, Ma," sapa Vera pada kedua orang tuanya dengan sedikit senyum kecil.
"Pagi sayang," ucap kedua orangnya secara bersamaan. Vera mulai meletakkan pinggangnya di kursi langganannya, lalu mengambil sehelai roti dan mencelupkannya ke gelas yang berisi teh hangat. Dia memakan makanannya dengan tenang dan nikmat. Vera kurang suka memakan roti berselai dan meminum susu hangat di pagi hari. Gadis ini sudah seperti bapak-bapak yang menyukai roti yang di celup ke teh manis hangat.
Sela membuka pembicaraan.
"Sayang hari ini sampai hari pernikahanmu, kamu nggak boleh keluar tanpa ada Mama, karena calon pengantin itu darahnya manis," nasehat Sela mengikuti tradisi dari zaman ke zaman. Vera tercengang dan menghentikan kunyahannya. Mulut gadis itu masih penuh dengan roti tawarnya. Dia menatap Mamanya dengan dahi yang berkerut heran.
"Masa sih Ma nggak boleh keluar?!" ucap Vera tak terima di kurung di rumah. Bagaimana bisa gadis sepertinya berkurung di rumah terus? Bisa-bisa hidupnya menjadi hampa dan kosong.
"Benar kata Mamamu sayang, ini demi kebaikan kamu," sambung Ronal sembari meletakan cangkir kopinya. Vera cemberut melihat meja.
"Hm,,," Vera berdehem kesal lalu melanjutkan mengunyah rotinya.
"Nanti kita ke butik ya, cari baju kebaya,” ucap Sela memecahkan keheningan.
"Tapi katanya nggak boleh keluar," ucap Vera membalikan kata-kata Mamanya. Sela hanya menghela nafas sabar.
"Kan sama Mama keluarnya. Nurut kenapa sih Nak, jangan nakal-nakal. Dewasa lah, sudah mau jadi istri orang juga," ucap Sela tersenyum menggoda.
Vera menatap Mamanya dengan pandangan bete. Dia memakan kembali roti tawar yang di celupkan ke teh manis. Tanpa sadar, Vera sudah menghabiskan sepulu roti tawar serta setengah teko teh manis hangat. Tambah berisi lah tubuh Vera. Sudah gembul semakin gembul.
Menyebalkan sekali Mama ku ini. Untung saja Mama ku, kalau bukan, sudah pergi dari tadi aku ni. Batin Vera ngedumel dalam hati.
“Cepat habiskan makanannya. Dari tadi kamu nambah terus,,, enak ya sayang?” tanya Sela sembari mencoba memakan roti tawar yang di celup ke dalam teh hangat.
"Iya Ma," ucap Vera singkat dengan anggukan pelan. Mama Vera menganggukkan kepalanya menikmati roti tawar yang di celup ke dalam teh. Ternyata memang benar enak. Pantas saja anaknya itu sendari tadi tak kelar-kelar memakan sarapannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments