Lucy terdiam sejenak mendengar penutur Vera. Dia tak habis pikir melihat tampang tak bersalah Vera.
“Ya ampun Vera,,, kau bilang jam delapan tiga pulu telat dikit?” ucap Lucy tak habis pikir dengan ucapan Vera.
Vera hanya mengangguk enteng sembari tetap fokus melihat kukunya. Lucy sedikit bangkit dari duduknya lalu menyentuh dan mengecek kening Vera, panas atau tidak. Di sini kan dia yang sakit, tapi kenapa malah Vera yang sepertinya lebih menjiwai tampang orang sakit.
“Apaan sih Lu! Biasa saja kali," ucapnya jutek dengan bibir yang mengerucut.
Apaan sih Lucy ngecek suhu tubuhku segala. Batinnya terlihat kesal.
“Ctct,,, kau tau nggak kelas Pak Drag itu nggak menentu jamnya dan hari ini pak Drag masuk ke kelas jam tujuh tiga puluh, sedangkan kau masuk jam delapan tiga puluh. Kau tau nggak kau telat berapa menit? kau telat satu jam! bukan beberapa menit lagi wahai Vera!” ucap Lucy mengoceh panjang kali lebar.
Pandangan mata tajamnya tak lepas melihat Vera yang hidup seperti tiada beban. Lucy menggelengkan kepalanya dengan pelan.
“Pusing lah aku lihat kau,” ucap Lucy frustasi sembari memijat dahinya yang tidak sakit.
Vera cemberut ketika merasa Lucy menyalahkannya.
“Kau kok malah belain dosen
Killer itu Lu. Nggak enaklah curhat sama kau!” kesalnya pada Lucy.
Yang benar saja, Vera tak pernah salah, yang ada orang lainlah yang salah, termasuk Lucy sahabatnya.
Ngalah sajalah aku sama gadis aneh ini. Nanti merajuk pulak dia sama aku. Ver-ver bagaimana sih kau ini. Gumam Lucy sembari memandang Vera dengan tatapan lesu. Mungkin efek nggak enak badan kali ya.
Dengan malas Lucy mengikuti kemauan Vera.
“Iya-iya my bidadari. Maaf ya. Lanjut,,,” ucap Lucy menyuruh Vera melanjutkan ceritanya. Vera kembali antusias lalu memulai ceritanya kembali.
“Karena di usir, keluarlah aku Lu, jalan aku ke kolam ikan, ku ghibahi lah dosen killer itu sama ikan, nggak lama ada pria asing nyebelin banget Lu, ganggu banget pakai ngatai aku aneh! walaupun nggak secara langsung,” ceritanya dengan sangat menjiwai.
Lucy kembali melebarkan matanya, dia heran dengan sahabatnya ini. Bagaimana bisa dia curhat sama ikan? Apa dia masih waras? Begitulah sekiranya yang bisa di tangkap dari wajah Lucy.
“Betul jugalah dia Ver, kau ngapain pulak ngomong sama ikan? pakai ghibah segala lagi.” Nyinyir Lucy dengan ekspresi bingung membuat Vera menampilkan wajah nyinyir.
“Ya suka-suka akulah Lu, mulut-mulut aku kok! kok sewot,” ucap Vera tidak kalah nyinyir. Lucy kehabisan kata-kata menghadapi ucapan Vera.
“Lanjut,,," ucap Lucy ingin mendengar cerita selanjutnya.
Kembali serius
“Karena pria itu mengganggu, pergilah aku dari tempat itu dalam ke adaan kesal, e,,, tau kau Lu, tiba-tiba saja aku menabrak seseorang. Kau tau siapa yang ku tabrak?” jelas Vera sembari bertanya pada Lucy.
Wajahnya sudah seperti seorang tersangka yang mencoba meyakinkan hakim dan para saksi. Wajah serius Lucy kembali datar mendengar pertanyaan konyol Vera.
“Acek-acek kebun sayur?” Jawab Lucy asal membuat Vera menepuk meja dengan pelan.
“Is,,, mana ada Acek-acek kebun sayur di sana. Ada-ada saja kau!” ucap Vera dengan polosnya.
Polos kali anak ini! Batin Lucy dengan tatapan datar.
“Kau pula nya nanya sama aku siapa yang kau tabrak, ya mana tau aku Ver. Aneh kau memang,” ucap Lucy dengan logat medannya sembari menampilkan gaya menjengkelkannya. Vera menghela nafas lalu melanjutkan ceritanya.
“Makanya, dengarkan aku ngomong!” memberi tatapan jenuh pada Lucy.
Iyakan ajalah biar cepat. Batin lucy
“Iya-iya Ver,” ucap Lucy datar. Vera pun melanjutkan ceritanya dengan penuh antusias dan sedikit jengkel. Dia sangat menjiwai ekspresi orang yang sedang kesal dan marah.
“Rupanya yang ku tabrak, sih dosen killer menyebalkan itu Lu. Di bilangnya aku nggak pakai mata padahal dia yang nggak lihat jalan!” Kesal Vera mengingat wajah dingin Drag.
Nanti kau Ver yang nggak lihat-lihat. Lucy hanya bisa membatin dalam hati tanpa bisa menyangkal ucapan Vera. Dia hanya bisa tersenyum seraya berkata, ”lanjut.”
Vera mulai menjelaskan lagi ceritanya, Lucy seakan sedang mendengar cerita dongeng penghantar tidur. Dengan malas Lucy tetap mendengarkan.
“Eh nggak lama aku nabrak dosen killer itu, aku jumpa lagi sama pria menyebalkan yang di taman tadi. Karena aku kesal, mau ku timpuk lah dia pakai sepatu,,, pergi juga dia," ucap Vera tersenyum devil.
Lucy ikut tersenyum devil. “Sangar kali kau ah!” Vera merasa sedang di atas angin karena pujian Lucy.
“Kawannya siapa dong? Lucy!” ucap Vera dengan penuh rasa bangga.
“Bagus-bagus kawan awak, hhhh.” tertawa sembari menepuk pelan bahu Vera.
“Karena aku bosan, pergilah aku ke mall, soalnya kalau aku pulang paya mama ku," ucapnya lagi raut wajah kesal.
Lucy menggaruk tengkuknya yang tak gatal ketika Vera memulai ceritanya kembali. Sungguh, saat ini Lucy benar-benar jenuh dan letih mendengar omongan Vera.
“Kau tau Lu, aku jumpa lagi sama dosen killer itu di jalan, pakai bilangin aku nggak tau aturan segala lagi, karena sangat kesal, ku sumpahi lah dosen itu agar ban mobilnya bocor, ehh rupanya ban aku yang kempes, mengumpat lah aku di jalan itu.” Cerita Vera panjang lebar.
Berapa lah baterai mulut kau Ver. Lebih cepat bibir kau daripada kereta api cepat kilat. Aku saja yang dengerin pusing kok. Aduh tambah lama lah sakit ku ini. Batin Lucy sembari menatap jengah pada Vera yang banyak cerita.
“Terus gimana?” tanya Lucy penasaran dengan tangan yang masih bertumpu di meja.
“Tau kau, aku di Katai gila sama para pejalan kaki yang berlalu lalang! karena kesal, naik taksi lah aku. Kau tau, sampai di mall, kesal kali aku sama ibu-ibu, masak diikutinya aku! waktu beli sweater lagi. Dia minta aku yang milih, untung saja bukan sweater ini yang ku pilih. Kalau nggak, sudah di ambilnya lah sweater kesukaanku ini. Benar-benar hari yang sial,,,” teriak Vera frustasi.
Benar-benar tidak lelah ya sih Vera ngomong terus. Cicak di dinding pun, pasti juga jengah mendengar cerocos nya yang tak bermanfaat itu. Suara Vera yang besar mengganggu tidur Sasa, gadis itu sampai terbangun dari mimpinya.
“Berisik sekali sih Vera ini, macam di hutan di buatnya.” Kesal Sasa yang sedang berbaring di sopa depan tv. Sasa mengumpulkan sisa-sisa nyawanya, lalu menghirup udara sebanyak banyaknya. “Woy Vera, kecilkan dikit volume mu,,,aku mau tidur loh,,," teriak Sasa dari ruang tamu.
“Kan, marah dia kan," ucap Lucy terkekeh lucu. “Marah diakan Ver. Pelan kan suaramu. Sih Sasa kalau mengantuk memang begitu, dia nggak suka keributan.” Jelas Lucy beralasan agar Vera mengecilkan volume suaranya.
Vera menganggukkan kepalanya lalu meminta maaf pada Sasa.
“Maaf Sa,,,” teriak Vera yang tak mendapat sautan Sasa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments