“Pesan apa ya,” Vera mulai berfikir sembari membolak-balikkan buku menu. Sekarang Vera sudah berada di salah satu restoran yang berada di dalam mall.
“Ayam ulek saja kali ya,” ucap Vera setelah menimbang apa yang ingin ia makan. Vera melirik salah satu pelayan restoran.
“Mas," panggilnya pada pelayan restoran itu. Pelayan itu yang merasa di panggil pun, segera menoleh dan segera berjalan ke meja Vera.
“Iya Mbak, ada yang bisa saya bantu?” tanya pelayan pria dengan sopan dan ramah.
Tanpa basa-basi Vera langsung mengutarakan keinginannya. Tidak ada senyum yang Vera berikan. Wajah gadis nakal itu datar dan terlihat menjengkelkan. Siapapun yang melihat ekspresi Vera pasti akan gemas.
“Bang tolong antarkan pesanan ini ya bang. Cepat! Jangan pakai lama! Bos mau makan!” perintah Vera berniat becanda. Menurut Vera itu hanya sebuah candaan saja, tetapi tidak dengan Pelayan itu.
Ni orang songong banget. Batinnya kesal.
Tak ada yang bisa di lakukan pelayan itu selain mengumpat dalam hati.
“Baik Mbak,” ucap Pelayan pria singkat sembari berlalu pergi meninggalkan Vera. Wajah pelayan itu sangat tak bersahabat, tetapi hal itu tidak mengusik hati Vera. Gadis ini benar-benar masa bodoh dan tak peduli dengan keadaan sekitarnya. Tak sampai beberapa menit, pesanan Vera di antar dan siap di santap.
“Silahkan Mbak,” ucap pelayan itu dengan senyum terpaksa nya, walaupun sebenarnya hatinya sedang panas dan merasa terbakar.
Vera menampilkan senyum devil dan menggodanya.
“Makasih ya,” ucap Vera dengan nada yang menjengkelkan.
“Sama-sama Mbak," balas Pelayan dengan sopan lalu segera pergi meninggalkan Vera. Pelayan Pria itu pergi dengan hati dan pikiran yang sedang berkelahi.
Di saat Vera menikmati makanannya, terdengar suara langkah kaki yang mendekat ke mejanya. ”Eh, bukannya kamu Mbak yang tadi ya?” tanya wanita paru baya yang di toko sweater tadi. Wanita itu sedikit membungkuk kan tubuhnya melihat wajah Vera. wanita itu sudah menyamakan tinggi tubuhnya dengan Vera.
“Deg!” jantung Vera seakan berhenti berdetak, waktu seakan berhenti sejenak. Vera yang hendak makan berhenti dan tidak jadi memakan makanannya. Vera menoleh ke asal suara.
”Iya Tan, Tante ke sini juga,” tanya Vera dengan senyum terpaksa.
Vera sudah menduga jika suara itu milik wanita paru baya yang ia temui tadi.
Tersenyum, wanita paru baya itu hanya tersenyum.
“Iya Mbak, kebetulan sekali ya. Boleh saya duduk di sini?” ucap wanita itu meminta izin.
Terpaksa tapi tak rela, Vera mengizinkan wanita paru baya itu satu meja dengannya.
“Tentu saja boleh Tan," ucap Vera dengan senyum palsu lalu mempersilahkan wanita paru baya itu untuk duduk.
Nyebelin banget sih wanita tua ini! Ganggu saja! Umpat Vera dalam hati. Benar-benar ni Vera, manis di mulut lain di hati.
Wanita paru baya itu memesan makanan yang sama dengan Vera. Vera jengah melihat wanita itu terus mengikuti semua yang ia lakukan. Mereka memakan makanannya dengan tenang.
”Nama kamu siapa Mbak. Kita belum sempat berkenalan tadi," tanya wanita paru baya membuka obrolan.
“Saya Vera Bu, kalau Ibu?” tanya Vera kembali sembari menyambut tangan wanita paru baya di depannya.
”Panggil saja Tante Ami," ucap wanita paru baya di iringi senyuman. Kedua wanita itupun saling berbincang lalu menikmati makanan mereka masing-masing.
Ibu ini tersenyum terus deh perasaan, apa rahangnya nggak pegal itu?! Entah lah, bukan urusanku! Batin Vera mengamati mulut keriput yang sedang mengunyah itu.
Setelah pembicaraan yang singkat itu, Vera segera menghabiskan makanannya lalu pergi meninggalkan restoran itu. Dia sudah bosan dengan wanita paru baya itu. Moodnya terganggu karenanya.
“Buruk sekali sih hari ini!” kesalnya dengan kaki yang terus melangkah.
“Nggak di kampus, nggak di Mall, ama saja!” ucapnya ngegas, mosi dia bah.
Dengan segera, Vera keluar dari mall itu dengan perasaan bad mood dan kesal
“Huh,,, Kemana lagi lah aku ni?!” ucap Vera bingung dengan keadaannya sekarang, mau pulang ke rumah tapi takut di marahi mamanya.
Sebelumnya Vera sempat berbicara pada mamanya jika hari ini ia telat pulang. Tapi di luar kendali, gadis ini malah terlambat dan berakhir di usir dari kelas.
Vera mencoba berfikir keras dengan mata yang melihat kendaraan berlalu lalang di depannya. Ya, Vera sedang berdiri di pinggir jalan. terlihat pelu menutupi kening mulusnya.
“Ya ampun,,, Aku lupa. Kan ada Lucy, hehehe,” ucapnya senang ketika mengingat sahabat tersayangnya Lucy.
“Telpon ah," gumamnya sembari mengeluarkan handphone dari saku sweater yang di pakainya. Vera mencari kontak Lucy lalu menekan logo panggilan.
“Call,” Ketika panggilan terhubung. Vera pun segera meletakkan handphonenya di telinga. “Halo, Assalammualaikum,” ucap Lucy dari ujung telepon.
Vera menghapus peluh di keningnya sembari menghalangi cahaya mentari dengan tangan kirinya.
“Wa’alaikumussalam cinta,” ucap Vera ngegas dengan penuh semangat. Binar bahagia tercetak jelas di wajah Vera. Gadis itu tersenyum dan menampilkan gigi rata nan putih nya. Pria manapun yang melihatnya mungkin akan terpanah.
"Apa Ver,” ucap Lucy datar dari ujung telepon.
Gila panas banget,,, bisa matang aku ini! Vera bergumam kecil.
“Kau kenapa tidak masuk Lu?” tanya Vera basa-basi sembari meletakkan tangan kirinya di pinggang.
“Hm iya. Aku lagi kurang enak badan,” jawab Lucy apa adanya dengan suara dingin dan datar. Sudah menjadi ciri khas Lucy yang tomboy, dingin, cuek, dan datar. Tak ada yang bisa membantah dan mengubah sikap gadis itu.
“Ih,,, Lucy kok sakit sih," ucap Vera berbasa-basi seakan dia sedang bersedih.
Hey para sutradara, tak adakah salah satu dari kalian yang mau mengundang Vera di film kalian? Aktingnya benar-benar sangat bagus dan luar biasa. Gadis ini berhak mendapat piala dengan julukan, orang paling menjengkelkan di dunia.
Dari suara Lucy sudah bisa di tebak jika gadis ini menampilkan ekspresi datar dan malas berbicara.
“Sudah takdir,” balasnya sesingkat mungkin.
“Hmm,,, iya cinta,” ucap Vera mengiyakan. Dia sudah tidak tau mau berbicara apa.
“Lu kau di mana?” tanya Vera memastikan lokasi Lucy.
"Di rumah,” jawab Lucy sangat malas.
“Aku ke rumahmu ya sekarang,” ucap Vera dengan senyum antusias.
“Ngapain?” tanya Lucy seakan-akan mengatakan bahwa ia tak terima tamu.
“Pertanyaan macam apa itu! Kau nggak senang aku ke rumahmu?!” tanya Vera terlihat jengkel.
“Senang kok, senang sekali pun,” ucap Lucy mengiyakan ucapan Vera.
Gadis ini benar-benar sangat malas bicara panjang lebar, apalagi berbicara dengan Vera yang ceritanya seperti kereta api.
“Kau nggak kuliah?” tanya Lucy heran ketika mendengar Vera ingin mengunjunginya.
Mampus aku,,, apa ya alasan ku??? Batin Vera panik.
“Nanti deh aku ceritakan, aku ke sana sekarang ya, bay,,," ucap Vera segera memutuskan sambungan teleponnya.
Huh,,, selamat,,, hhhh. Batinnya terlihat senang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments