Tak ingin membuang waktu, Vera segera memesan taksi online. Gadis ini sangat kuat bertahan di terik matahari sedari tadi. Setelah beberapa menit menunggu, Transportasi online yang di pesannya pun tiba.
Uh,,, baru datang dia. Nggak tau apa orang kepanasan nungguin! Bukannya ngebut bawah mobilnya! Batin Vera kesal dengan supir online yang datang sedikit lama. Vera yang sudah kepanasan segera masuk ke kursi penumpang. Gadis itu duduk bermalas-malasan di sana.
Enaknya,,, adem lagi! Begini kenapa dari tadi. Kan enak! Batin Vera dengan tubuh yang sangat rileks.
Vera menikmati kesejukan ac mobil. Pinggul Vera tak bisa diam. Supir taksi yang memperhatikan kelakuan Vera hanya menggeleng bingung.
Mbak ini kenapa ya? seperti orang bisulan saja.
Supir online hanya bisa bergumam dalam hati tanpa bisa mengucap secara langsung, Karena takutnya, gara-gara dia salah ngomong Vera membatalkan orderannya.
Vera berhenti menyandar. Gadis itu menegakkan tubuhnya lalu melirik supir online.
“Om lama lagi ya?!” tanya Vera kesal pada supir online yang lamban membawa mobilnya.
Om-om. Dia kira aku Om dia! Orang masih muda begini di panggil Om. Hm. Batin supir online kesal.
Supir taksi hanya bisa mengumpat dalam hati. Wajahnya sedikit masam dan tidak bersahabat.
“Maaf Mbak sebentar lagi kita sampai tujuan,” ucapnya dengan senyum terpaksa. Hatinya sudah terbakar, tetapi supir taksi itu segera menepisnya.
“Cepat sedikit kenapa Om. Kawan aku sudah menunggu lo om,” ucap Vera sedikit memaksa.
Wajahnya yang jutek kini terlihat sedikit merajuk seakan mengatakan pada supir taksi jika ia sedang tertekan. Supir taksi hanya bisa mengelus dada menghadapi perilaku Vera.
Penumpang tak ada akhlak. Ku sliding ginjalnya baru tau dia. Bersabarlah wahai diri,,, kalau kau marah, uangmu akan lenyap. Payah anak gadis sekarang. Batin supir online dengan wajah datar bercampur kesal.
Supir online mencoba bersabar dan menahan diri menghadapi Vera. Supir online itu memilih fokus melihat jalan. Vera yang gabut pun mulai bernyanyi.
“Siput o siput,,, kenapa kau lelet? Macam mana aku tak lelet, Aku sudah tua, hhhh,” Vera bernyanyi seakan menyindir supir online itu.
Dia tertawa dengan nyanyiannya sendiri. Supir online itu membulatkan matanya ketika mendengar lagu sindiran Vera. Sepertinya supir online itu tertekan. Semoga saja dia tak di larikan ke rumah sakit jiwa.
Tak lama, sampailah Vera di depan rumah Lucy. Supir online menghentikan mobilnya. Setelah mobil berhenti, Vera langsung memberikan uang merah kepada supir itu.
”Makasih ya Om. Hehehe,” ucapnya memperlihatkan senyum mengejek.
Supir online tersenyum paksa.
“Sama-sama Mbak,” balasnya sembari mengeluarkan dompetnya untuk mengambil kembalian Vera. Vera yang paham maksud supir itupun langsung menghentikannya.
“Nggak usah di kembalikan Om. Sisanya untuk O-om saja, untuk servis mobil, biar nggak mogok,” ucapnya tersenyum mengejek. Dengan cepat Vera turun dari mobil itu.
Nggak ada akhlak ni anak. Sial kali hari ini aku mendapat penumpang nggak ada akhlak seperti dia! Umpatnya dalam hati.
“Makasih ya Mbak,” ucap supir online itu manis sembari tersenyum di buat-buat. Padahal api di dalam hatinya sudah meletup-letup seperti gunung berapi.
“Iya Om siput 🐌. Eh maksudnya Om online. Hehe,” ucapnya sengaja sembari terkekeh geli. Dengan cepat, Vera meninggalkan transportasi online itu.
“Sialan!” umpat supir online ketika Vera sudah menghilang dari pandangannya. Sayang sekali supir online itu hanya bisa mengumpat di belakang orangnya. “Huh,,,” Supir taksi itu membuang nafas kasar sembari menghidupkan mesin mobilnya. Tanpa membuang waktu, supir taksi itu pun pergi dari kawasan perumahan Lucy.
Vera berjalan menuju rumah Lucy. Dengan penuh antusias Vera mulai mengeluarkan suara cemprengnya.
“Assalammualaikum cinta,” teriak Vera sembari menyelonong masuk. Terkejut, Sasa terkejut.
“Wa’alaikumussalam," ucap Sasa yang sedang berada di ruang tamu sembari memainkan handphonenya. Vera melirik Sasa sembari tersenyum manis.
“Eh Sasa,” sapa Vera sok manis. “Lucy dimana Sa?” tanya Vera to the poin sembari mengedarkan pandangannya ke berbagai penjuru ruangan.
Sasa memberi isyarat menggunakan matanya sembari berkata, “Di dapur Ver, masuk saja!” ucap Sasa datar lalu kembali memainkan handphone miliknya.
“Ok,” Vera tersenyum sembari berlalu menuju dapur.
Setelah berjalan beberapa langkah, Vera pun menemukan Lucy yang sedang duduk di meja makan. Terlihat lucy sedang serius membaca buku yang berada di tangannya.
“Assalammualaikum,” teriak Vera mengagetkan, tetapi sayang Lucy tak terkaget. Vera yang melihat Lucy biasa saja memanyunkan bibirnya. Dia kesal melihat Lucy yang tak respect.
“kenapa nggak kaget sih!” kesal Vera menatap Lucy dengan datar.
“Astaghfirullah. Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Ngagetin saja kau!” Lucu berpura-pura kaget membuat Vera memanyunkan bibirnya.
“Terlambat!” ucapnya mulai merajuk.
Lucy hanya tersenyum lucu melihat sikap Vera. Vera mendudukkan pinggulnya di kursi sebelah Lucy. Tubuh gadis itu miring menghadap Lucy.
“Kau lagi apa Lu?” pertanyaan bodoh Vera.
Lucy sangat malas menjawab pertanyaan yang aneh dan tak bermutu, sebagaimana pertanyaan yang di lontarkan Vera.
“Nyuci!” ucap nya asal dengan tampang kesal. Vera menaikan satu alisnya kesal.
“Nyuci-nyuci. Pegang bukunya kau,” ucap Vera kesal dengan mulut nyinyir. Ia mencoba menetralkan emosi di hatinya.
“Kalau sudah tau kenapa nanya!” ucap Lucy datar dan dingin. Lucy kesal dengan tingkah kekanak-kanakan Vera. Vera mengangkat sebelah alisnya tak senang.
“Nggak boleh memang?” tanyanya sedikit cemberut.
“Terserah kaulah,” ucap Lucy sangat malas berdebat Dey Vera.
“Sleep,” Vera menarik buku yang di baca Lucy. Vera meletakkan buku itu di belakang punggung nya.
“Apaan sih Ver,” Lucy kesal bukunya di ambil secara tiba-tiba.
“Aku tu lagi kesal hari ini! Jadi bisa nggak jangan duakan aku dengan bukumu ini!” ucapnya kesal pada Lucy.
Lucy yang sudah menjiwai sikap Vera membuang nafas kasar. Dengan penuh sabar Lucy mengikuti kemauan Vera.
“Ada apa lagi sih? Coba cerita,” tanya Lucy sembari bertumpu pada kedua tangannya. Saat ini Lucy sedang tak enak badan sehingga bawaannya lemas dan malas.
Vera kembali ke posisinya, gadis itu mulai curhat dengan wajah yang memelas sedih.
“Tadi pagi aku telat," ucap Vera dengan sedih dan bibir mewek. Lucy hanya melihat Vera dengan tatapan malas.
“Terus?” Lucy menanggapi dengan datar.
"Aku di keluarkan dari kelas sama dosen Killer yang menyebalkan itu!” ucapnya dengan wajah memerah ketika terlintas di pikirannya tampang menyeramkan Drag. Lucy mengernyit heran ke arah Vera.
“Emang kau datang jam berapa?” tanya Lucy dengan penuh rasa penasaran. Vera melihat kuku-kukunya dengan santai.
“Cuma telat dikitnya aku Lu. Aku datang jam delapan tiga pulu kok,” ucapnya dengan santai tanpa merasa bersalah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments