Hari ini Nada kedatangan tamu special, Nenek Retno. Dengan tangan kanan memegang keranjang berisi buah dan tangan kiri memegang tongkat, Nenek Retno berjalan cepat. Pak Darman yang bertugas mengantar Nenek Retno, berniat membantu tapi tangannya di tepis dengan tongkat oleh Nenek Retno yang membuatnya mundur seketika.
"Berhenti menghalangi jalan Ku, Darman!" Nenek Retno berkata gusar, "Apa Kau sudah bosan hidup, hah!"
"Maafkan Saya, Nyonya. Saya tak bermaksud menghalangi jalan Anda, Nyonya." Pak Darman hanya bisa tersenyum kecut menghadapi kegalakan Majikannya.
Nada yang mendengar suara yang di kenalnya, berjalan keluar dari dalam rumah. Tangannya masih penuh dengan remahan tepung terigu. Hari Minggu ini Nada berencana membuat Brownies coklat keju kesukaannya.
"Nenek!" sambut Nada terkejut melihat kedatangan Nenek Retno yang tampak kewalahan membawa keranjang di tangannya. "Kenapa nggak minta tolong Pak Darman, Nek? Ini kan berat?" Nada menunjuk keranjang buah di tangan Nenek Retno dan segera memindahkannya ke tangannya yang bebas.
"Aku ingin memberikannya langsung padamu." kata Nenek sambil memegang lengan Nada.
"Ahh Nenek, so sweet dehh ahh." Nada tersenyum lebar. "Nenek kok baik banget, sih. Jadi makin sayang deh." Nada menaruh kepalanya di pundak Nenek Retno yang tertawa melihat tingkah manja Nada.
"Sudah, sudah. Kamu lagi buat kue ya, tanganmu kotor itu!" Nenek melepaskan tangan Nada yang bergayut manja di lengannya.
"Iya, Nek. Masuk yuk. Oh iya Pak Darman, silahkan duduk, Kami masuk dulu ya," Nada berjalan perlahan sambil menuntun Nenek Retno masuk menuju dapur rumah. Tampak bahan-bahan kue memenuhi meja makan. "Bi Ani, tolong buatkan kopi buat Pak Darman juga ya, sekalian antar ke depan ya Bi?" pintanya pada Bi Ani yang tengah menyeduh kopi panas.
"Iya Non," sahut Bi Ani sambil mengangguk hormat pada Nenek Retno yang berdiri di samping Nada.
"Ayo kita mulai, Nek. Brownies coklat keju ala Nenek Retno dan Nada, yey!" Nada berseru girang.

Nenek tersenyum senang melihat keceriaan Nada. Melihat wajah Nada yang penuh dengan bubuk tepung, tanpa sadar ujung jarinya menyentuh adonan mentega dan mengoleskannya pada wajah Nada.
Nenek tergelak geli melihat Nada yang mengerucutkan bibirnya berpura-pura kesal. Tawanya terhenti seketika saat tangan Nada membalas mengoleskan mentega di pipi Nenek Retno. Suasana penuh keceriaan memenuhi ruangan dapur Nada di hari Minggu itu.

Kue Brownies coklat keju buatan Nada dan Nenek Retno, yummie 🤩
🌹🌹🌹
Nenek Retno menghela nafas resah, sudah tiga hari ini Arga pergi ke Jakarta menemui kedua Orang Tuanya. Ada urusan yang harus segera di selesaikan, dan itu berhubungan dengan masa depannya.
Sebenarnya Nenek Retno merasa kesepian, rumah besar ini terasa sunyi. Hanya ada dua orang Asisten rumah tangga yang di pekerjakan Arga untuk mengurus keperluan sang Nenek selain sopir dan tukang kebun. Ingatannya kembali pada Nada, ada rasa sayang yang timbul di hatinya saat mengingat gadis cantik itu. Keceriaannya, senyum tulus yang selalu menghias bibirnya saat bersama Nenek Retno. Aku harus menelponnya, pikir Nenek Retno.
Dua puluh menit kemudian Nada sudah sampai di depan rumah besar itu. Nada bergegas berangkat tak lama setelah menerima telepon dari Nenek Retno. Entah apa yang ada dalam pikirannya, yang jelas suara Nenek Retno yang sedikit bergetar seperti menahan tangis membuat Nada khawatir. Nada mengucap salam sebelum melangkah masuk ke dalam rumah.
"Nenek, ada apa? Nenek sakit?" Nada bertanya khawatir.
"Maafkan Nenek kalau membuatmu khawatir, Nenek hanya merasa kesepian. Hanya kamu yang terlintas di pikiran Nenek saat ini." Nenek Retno menepuk pelan tangan Nada. "Temani Nenek Makan Malam ya?"
"Nenek belum makan? Mas Arga kemana, Nek. Kok gak kelihatan?" tanya Nada sambil mengedarkan pandangannya mencari sosok Arga.
"Arga belum balik dari Jakarta, ada urusan yang harus di selesaikannya."
"Pasti urusannya penting banget, ya Nek. Sampai lupa nggak ngajak Nenek." Nenek tersenyum kecil.
"Nggak ada hubungannya sama Nenek, Nada. Itu masalah Arga dan Tunangannya. Keluarga pihak wanita mendesak Arga untuk segera melangsungkan pernikahan mereka. Tapi dasarnya Arga yang nggak cinta, Dia mengulur-ulur waktu sampai sekarang ini," jelas Nenek Retno panjang lebar.
Deg, jantung Nada serasa mau copot. Tak menyangka kalau Arga yang selalu bersikap manis padanya, selalu tersenyum ramah padanya, ternyata sudah bertunangan.
"Kalau nggak cinta, kenapa Mas Arga mau bertunangan dengan wanita itu, Nek?" tanya Nada penasaran.
"Mereka di jodohkan sejak masih kecil. Orang tua Najwa adalah rekan bisnis Papanya Arga. Selama ini yang Nenek ketahui, Arga tidak menolak ataupun menerima perjodohan itu. Dia sibuk dengan pekerjaannya."
Nada menghela nafas panjang mendengar penjelasan Nenek Retno. Hemm, lagi-lagi masalah perjodohan, ucapnya dalam hati.
🌹🌹🌹
Arga memandang keluar melalui kaca jendela besar di kamarnya. Malam semakin larut, tapi matanya tak jua mau terpejam. Pertemuan tadi siang dengan keluarga besar Najwa kembali melintas di kepalanya. Senyum lebar Najwa saat menyambut kedatangannya di rumah megah nan mewah milik orang tuanya, tangan yang terus bergelayut manja di lengannya, membuat Arga merasa bersalah. Tak ada rasa cinta di hatinya, hanya rasa sayang seorang Kakak laki-laki terhadap Adik perempuannya pada Najwa, nggak lebih. Tapi Arga juga tak menolak saat Najwa mengenalkan dirinya sebagai Tunangannya pada keluarga besarnya. Arga mengusap kasar wajahnya, tak mengerti dengan perasaannya sendiri. Sebagian hatinya tak ingin menyakiti perasaan Najwa dengan menolak rencana pernikahan mereka, tapi sebagian hatinya tak rela harus menikah tanpa cinta.
Tiba-tiba Arga ingat pada Neneknya, sudah tiga hari ini Dia tak memberi kabar sedikitpun pada Neneknya itu. Segera di ambil hand phone miliknya, dan mulai menghubungi Neneknya.
"Hallo?" Terdengar suara wanita yang menyambut teleponnya. "Maaf, dengan siapa Saya berbicara?"
"Saya ingin berbicara dengan Nenek Retno, bilang padanya kalau .... " belum selesai Arga berbicara, suara di seberang telepon langsung memotongnya.
"Maaf, sudah larut malam. Nenek Retno sudah tidur. Kalau ada urusan penting, silahkan hubungi lagi besok pagi!" Nada menutup telepon. Dasar, kurang kerjaan. Nggak lihat jam apa, nelpon tengah malam gini, pikir Nada sewot.
Nada membetulkan selimut di tubuh Nenek Retno, lalu mulai merebahkan tubuhnya di sampingnya. Malam ini Nada memutuskan untuk bermalam di rumah Nenek Retno.
🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Nasi Kaput
terus thor.
2022-01-22
0
Anita
⭐⭐⭐⭐⭐⭐
2021-12-27
2
Lina Castano Thekelijie
yahhh..... syg bngt argha sdh tunangan 😔
2021-08-03
1