Nada mematut diri di depan cermin besar dalam kamarnya. Memoles tipis bibir merahnya sambil membetulkan letak syal di lehernya. "Hhemm, cantik," gumamnya memuji diri sendiri. Nada bergegas keluar kamar sambil menenteng tas punggung warna ivory miliknya. Pagi ini, dia berencana mengunjungi makam almarhumah Ibunya.
"Bi, Nada pergi dulu ya. Mau ke tempat Mama. Assalamualaikum."
"Iya Non. Waalaikum salam," sahut bi Ani sambil berjalan keluar rumah. Dipandanginya Nada yang mengendarai Scoopy coklatnya, tersenyum cerah sambil melambaikan tangan kirinya. Nada memang selalu tampil cantik dan memakai pakaian terbaiknya saat berkunjung ke makam Ibunya.
Masih jelas dalam ingatan bi Ani kejadian dua puluh lima tahun yang lalu, saat Nyonya Sarah meninggal dunia karena mengalami pendarahan berat sesaat setelah melahirkan Nada. Bastian, Ayah Nada terlihat sangat terpukul sekali dengan kepergian istrinya. Baru dua tahun usia pernikahan mereka, dia harus kehilangan istri tercintanya.
Nada tumbuh menjadi gadis cantik dan bersahaja. Kehilangan sosok Ibu tak membuatnya berkecil hati, justru membuatnya semakin jadi sosok yang peduli pada sesama. Hati nuraninya menjerit melihat ketimpangan sosial di depan matanya. Mereka yang sakit dan tidak memiliki biaya untuk berobat, terkadang harus menjual sebagian harta yang di miliki untuk membayar biaya rumah sakit bahkan sampai habis tak bersisa. Hal itulah yang membuatnya bertekad untuk membangun klinik kesehatan di desanya dengan harapan bisa membantu meringankan biaya perobatan mereka.
Tidak mudah memang, walaupun kecil Nada berharap klinik impiannya haruslah dilengkapi dengan fasilitas kesehatan dan segala peralatan canggih yang menunjang. Dan Nada tau, semua itu membutuhkan biaya yang cukup besar. Nada tak menampik bantuan dari Ayahnya, yang selalu mendukung penuh keinginannya dan berkat bantuan dari Ayahnya pula Nada mampu mewujudkan impiannya.
Bastian Nugraha Ayah dari Nada, adalah pengusaha tambang batu bara dan property yang sangat sukses di kota B. Demi mewujudkan impian mulia Anaknya, apapun permintaan Nada akan ia penuhi selama itu untuk kebaikan. Dan melihat Anak Gadisnya bahagia, adalah hal terbaik yang bisa ia berikan sebagai seorang Ayah yang tak bisa dinilai dengan uang.
🌹🌹🌹
"Assalamualaikum Ma, apa kabar Mama disana. Maafin Nada baru sekarang bisa jenguk Mama." Nada berbisik lirih. "Nada kangen banget sama Mama"
"Sekarang Nada sudah punya klinik sendiri Ma. Bekas gudang di samping rumah kita sudah Nada bangun jadi klinik kecil. Nada mau bantu orang- orang yang ingin berobat tapi nggak punya biaya, biar mereka nggak harus pergi jauh ke kota"
Nada menyiram pusara Ibunya dengan air yang dibawanya di dalam botol plastik, kemudian menaburkan bunga yang dibelinya di depan gerbang tempat pemakaman.
Nada bersimpuh didekat nisan Ibunya, memanjatkan doa dengan khusyuk.
"Nada pamit dulu, Mama baik-baik disana ya." Nada mengangkat kepala, memandang langit biru seolah melihat Ibunya tersenyum. Tak terasa tangannya terangkat, melambai pada bayangan Ibunya. Tak lama kemudian ia pun beranjak pergi meninggalkan pusara Ibunya.
Tak jauh melangkah, matanya menemukan pemandangan yang mengusik hatinya. Tampak seorang wanita muda menangis terisak sambil memeluk nisan di depannya, sepertinya dia baru saja kehilangan seseorang yang disayanginya. Kakinya melangkah mendekati wanita itu.
"Ibu, kenapa Ibu tega tinggalin Nisa sendiri Bu. Nisa nggak punya siapa-siapa lagi di dunia ini, cuma Ibu satu-satunya. Nisa nggak tau harus kemana lagi .... "
Nisa menengadahkan wajahnya menatap sendu wanita cantik yang sedang memegang pelan pundaknya. Air mata masih menetes di pipi halusnya.
"Ibumu?"
Nada merendahkan tubuhnya berjongkok sambil memberikan sapu tangan miliknya. Nisa menganggukkan kepalanya lemah.
"Jam empat subuh tadi Ibu meninggal, Kak," jawab Nisa lemah.
Nada tersenyum lembut sambil mengarahkan tangannya, menunjuk ke pusara Ibunya.
"Ibuku disana, sejak lahir Aku nggak pernah tau gimana rasanya punya Ibu." Nada menggenggam tangan Nisa, mencoba memberi kekuatan.
"Aku Nada. Jika Kamu tidak tau harus kemana, Kamu bisa ikut denganku. Aku sedang membutuhkan seseorang yang bisa membantuku di klinik"
🌹🌹🌹
"Jadi Kak Nada ini Dokter ya? Wihh, keren." Nada tersenyum simpul menanggapi ucapan Nisa yang kini berada di boncengannya.
"Kita mampir ke pasar dulu ya, beli buah," kata Nada sambil mengarahkan motornya memasuki pasar.
"Oke deh Kak," Nisa mengangkat jempol tanda setuju. Nada membeli buah pir dan kelengkeng kesukaannya.
Saat sedang asik memilih, Nada dikejutkan dengan suara seseorang yang memanggil namanya. "Mba Nada, apa kabar?"
Nada menoleh, menatap lelaki tampan di sampingnya yang sedang mengulurkan tangan padanya.
"Maaf, Anda mengenal Saya?"
" Saya Arga, yang waktu itu me .... "
"Aaa .... Saya ingat," seketika pipi Nada memerah mengingat kejadian malam itu. "Makasih ya sudah antar Saya pulang," Nada menjawab cepat. Menepis ingatan bagaimana lelaki itu menggendong dirinya. Arga bengong, menatap bingung dengan tangan masih menggantung di udara.
"Berapa semuanya Bu?" Nada bertanya pada penjual buah.
"Seratus dua puluh lima ribu non"
Nada segera membayar belanjaannya dan dengan cepat menarik tangan Nisa pergi.
"Maaf, kami duluan."
Arga menggaruk kepalanya yang tak gatal, menatap kepergian Nada sampai menghilang dari pandangannya. Arga tak menyangka akan bertemu lagi dengan Nada. Siang ini sesuai jadwal dirinya akan mulai mengunjungi perkebunan teh miliknya di kota ini.
"Maaf Tuan, sudah waktunya berangkat," Toni sekretaris Arga mengingatkan.
"Baiklah." Arga menghela nafas kesal. Pikirannya di penuhi dengan sosok Nada. Ini kali kedua pertemuan mereka, tapi sikap Nada sama sekali tidak bersahabat.
🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
RINDU ⭕
Love mendarat
♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️
2022-01-03
1
Anita
♥️♥️♥️♥️♥️♥️
2021-12-27
3
Anna Kalesaran
njut
2021-09-21
0