Nada berjalan santai sambil mendengarkan musik dari earphone di telinganya. Kepalanya sesekali bergerak mengikuti lagu. Dengan memakai kaos lengan panjang bergambar Tweety dan celana jeans belel yang robek di bagian lututnya, dan topi yang menutup rambut panjangnya, membuat mereka yang berpapasan dengan Nada tak akan pernah menyangka kalau Nada seorang Dokter.
She was sixteen the first time
(Dia berusia enam belas tahun untuk pertama kalinya)
She head her heart broken
(Dia patah hati)
Truth is I've never had mine
(Sebenarnya aku tidak pernah punya milikku)
Now she goes on vacation
(Sekarang Dia pergi berlibur)
In expensive places
(Di tempat-tempat mahal)
To get away from her mind
(Menjauh dari pikirannya)
I mean tdon'to be rude
(Saya tidak bermaksud kasar)
There's things in my self that I see in you
(Ada hal-hal dalam diriku yang aku lihat dalam dirimu)
Lonely eyes
(Mata yang kesepian)
She had those lonely eyes
(Dia memiliki mata yang kesepian itu)
I only know 'cause I have them too
(Saya hanya tahu karena saya juga memilikinya)
Lonely eyes
(Mata yang kesepian)
No, you don't have to hide
(Tidak, Anda tidak perlu bersembunyi)
The things you feel inside, I feel too
(Hal-hal yang Anda rasakan di dalam, Saya juga merasakannya)
' I'm lonely justCause like you
(Karena Aku kesepian sama sepertimu)
'Cause I'm lonely just like you
(Karena Aku kesepian sama sepertimu)
Nada menghentikan langkahnya sejenak, sedikit menutup matanya dan menarik nafas dalam kemudian menghembuskan perlahan.
"Aaaaaa .... " Nada berteriak kencang. Hemm, lega rasanya. Dadanya terasa longgar. Menapaki jalan sepanjang perkebunan teh seperti melihat hamparan permadani hijau raksasa. Begitu sempurnanya alam ciptaan-Mu ini ya Allah, Nada mengucap syukur dalam hati.
"Hei Nona, jangan berteriak kencang seperti itu. Suara Mu bisa merusak gendang telinga wanita tua ini!" teriak seseorang dari arah balik bukit.
Nada menoleh cepat, mencari asal suara yang baru saja di dengarnya. Matanya melotot tak percaya dengan mulut setengah terbuka, menatap sosok wanita tua dengan tongkat di tangannya yang tengah berjalan cepat ke arahnya. Rambut panjang terurai acak-acakan mengingatkannya pada salah satu tokoh jahat sinetron di Televisi.
"Hei anak muda, Aku manusia. Apa Kau pikir Aku si Nenek Lampir yang baru turun gunung, hah!" teriaknya murka. "Jangan melihat Ku seperti itu"
"Maafkan Saya kalau teriakan Saya tadi mengganggu kenyamanan Nenek." Nada menangkupkan kedua tangannya di dada. "Saya pikir tempat sunyi seperti ini tidak akan ada yang melewatinya, makanya Saya berteriak bebas"
"Kau terlalu banyak berpikir Anak muda," Nenek itu mengibaskan tangannya. "Sudahlah, bantu Nenek tua ini kembali ke rumah!"
🌹🌹🌹
Nada menuntun lengan Nenek Retno dengan hati-hati. Acara jalan santai sambil menikmati indahnya pemandangan desanya kali ini harus kandas tak sesuai harapannya.
"Rumah Nenek dimana, kenapa berjalan sendirian. Anak dan Cucu Nenek kemana, kenapa mereka membiarkan Nenek sendirian. Kalau terjadi sesuatu sama Nenek gimana?"
Nenek Retno tertawa senang mendengar pertanyaan Nada, baru kali ini ada orang lain yang mengkhawatirkan keadaannya selain Cucunya.
"Jangan khawatir, Nenek sudah sering jalan kemari. Perkebunan teh ini milik almarhum suami Nenek yang sudah di wariskan kepada cucu laki-laki Nenek satu-satunya," jelas Nenek Retno sambil menepuk tangan Nada pelan.
"Paling tidak tetap harus ada yang menemani Nenek jalan-jalan sore seperti ini, Nek"
Mereka berdua tetap berbincang akrab sambil Nada yang sesekali tertawa mendengarkan cerita Nenek Retno tentang sang Cucu laki-laki.
Di depan sebuah rumah besar berbentuk minimalis tapi tetap berkesan modern dan artistik, tampak sosok laki-laki berbadan tegap yang beberapa hari ini mulai terasa akrab di hati Nada, berdiri menyambut kedatangan Nenek Retno.
"Arga, cepat kemari. Ajak Nada makan malam di rumah Kita!" perintah Nenek Retno tegas. "Nenek sudah masak rendang daging kesukaan Mu tadi"
🌹🌹🌹
Nada berusaha menolak ajakan makan malam Nenek Retno dengan halus. Tapi Nenek bersikukuh dengan tawarannya. "Tak baik menolak rejeki. Nenek hanya ingin membalas kebaikanmu karena sudah mengantar Nenek pulang"
Nada mengangguk pasrah, menerima tawaran Nenek walaupun jujur Nada malu bertemu dengan Arga saat ini. Penampilannya benar-benar kacau, Nada bahkan belum mandi sore.
"Tenang saja, nanti biar Aku yang antar Kamu pulang. Saat ini, lebih baik bersihkan tubuhmu terlebih dahulu." Arga menunjukkan letak kamar mandi di rumahnya. Rumah besar dengan sedikit ornamen tapi tetap modern.
🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Anita
🌼🌼🌼🌼🌼
2021-12-27
2
Yulita Ajjha
mantap
2021-08-15
0
Lina Castano Thekelijie
belum mandi z masih cantik apa lagi klau sdh mandi pasti tambah cantik dong dokter nada 😍
2021-08-03
2