Orang yang selalu memandang rendah orang lain tidak akan berakhir menjadi orang yang dipandang tinggi.
~ Robert Half ~
Mungkin kata- kata di atas lebih tepat mewakili perasaan hati Nada saat ini. Sikap Najwa yang menurut Nada terlalu memandang rendah orang lain, membuatnya sedikit kesal.
Nada membenci keadaan ini, mengapa dia yang tidak tau apa-apa mengenai hubungan Arga dan Najwa harus menerima sikap tak mengenakkan seperti ini. Pikiran pikiran seperti itu membuat Nada gerah. Ia beranjak dari kamarnya menuju teras rumah.
Sambil menatap langit malam dan merasakan semilir angin yang menjilati lengannya yang terbuka, Nada menghirup udara segar itu sepuas hatinya.
Nada menutup matanya perlahan sambil menarik nafas dalam dalam. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki hubungan timbal balik dengan manusia lainnya. Andai saja mereka berteman baik, mungkin Nada akan segera mengungkapkan kekesalan hatinya, hingga batinnya tidak akan tersiksa seperti ini. Tapi mereka berdua bahkan tidak saling menyapa.
"Pasti kamu akan membenciku jika aku memperlakukanmu seperti cara kamu memperlakukan Aku," pikir Nada gemas. "Kenapa harus cemburu denganku."
Sekilas bayangan Arga muncul di benaknya. Lelaki tampan dengan senyum ramah yang selalu menghias bibirnya.
Ahh, tidak! Nada menggeleng-gelengkan kepalanya mencoba mengusir bayangan Arga di kepalanya. Benar benar menggelikan sikapnya, Nada seorang gadis dewasa, seorang Dokter, bukan gadis remaja lagi yang sedang labil emosinya. Bagaimana pun, Arga adalah tunangan Najwa. Nada tak boleh menyimpan rasa apapun dalam hatinya terhadap Arga.
Sampai di usianya saat ini, Nada belum pernah sekalipun dekat dengan lelaki manapun. Sikap manis Arga padanya sedikit banyak mulai menggoyahkan hatinya. Tak dapat dipungkiri oleh Nada, dia mulai menyukai Arga. Mengingatkannya kembali pada kebersamaan mereka selama beberapa waktu lalu, berdua berusaha meyakinkan Andini dan menolong kelahiran bayinya.
Sekelebat rasa bersalah muncul di hati Nada. Sikapnya yang terkadang judes dan terkesan mau menang sendiri membuat Nada merasa bersalah pada Arga. Nada harus bersikap tenang dan berbesar hati menghadapinya.
Tapi bagaimana caranya Nada harus bersikap tenang, jika di dekatnya ada seseorang yang bahkan ia tidak tau bagaimana perasaannya saat ini padanya. Sungguh kehadirannya benar-benar mengusik hatinya.
🌹🌹🌹
"Besok pagi aku balik ke Jakarta," Najwa berkata sambil berjalan mendekati Arga yang sedang duduk di teras rumah sambil menikmati teh hijau di tangannya. "Kamu jadi antar aku kan, Yank?" Najwa kembali bertanya.
"Aku usahain," jawab Arga tanpa melihat pada Najwa. Pandangannya tetap fokus pada minuman di tangannya.
"Kok gitu sih, jawabnya!" Najwa memandang Arga kecewa. Tak terlihat sedikitpun semangat atau rasa senang Arga melihat kehadiran dirinya. Sikap yang terlalu biasa, datar, untuk hubungan mereka yang sudah bertunangan.
"Aku ini tunanganmu loh, Yank!" Najwa kembali mengingatkan.
Arga mengetatkan gerahamnya, untuk yang kesekian kalinya Najwa mengingatkan status hubungan mereka. Hubungan yang tidak didasari rasa cinta, rasa kasih yang tidak bisa ia berikan karena dirinya hanya menganggap Najwa sebagai seorang adik perempuan baginya. Tak ada debar menghentak jantungnya saat berdekatan seperti saat ini, sungguh Arga tak mengerti dengan perasaannya.
Wanita dihadapannya ini benar tunangannya, dan kedua keluarga telah sepakat dan merestui hubungan mereka berdua. Tapi kenapa sekarang Arga merasa ada yang salah dengan pertunangannya, apa karena kehadiran Nada yang mulai mengisi bagian hatinya. Apa dia harus membatalkan pertunangan ini? Arga mengusap kasar wajahnya.
"Jam berapa pesawatnya berangkat?" Arga berusaha menetralisir keadaan.
"Jam 9 pagi."
"Kita berangkat jam 6 pagi, aku tak ingin terkena macet di jalan. Jadi kalau ada yang ingin kau lakukan sebelum keberangkatanmu besok, lebih baik lakukan sekarang"
🌹🌹🌹
Suasana Bandara saat ini sedikit lengang, tak banyak calon penumpang yang hadir. Ada prosedur baru yang berlaku di Bandara Internasional saat ini untuk calon penumpang yang hendak bepergian.
Setelah melewati Security Check Point, Personal Security Aviation memeriksa Surat Clearence yang dipegang calon penumpang pesawat, boarding pass dan identitas diri calon penumpang.
Arga mengantar Najwa sampai di pintu keberangkatan bandara. Najwa menggenggam erat tangan Arga seakan tak ingin melepaskan. Untuk sesaat Arga lupa akan perasaan hatinya, ia memeluk Najwa dan mendekapnya erat.
"Maaf, Aku hanya bisa mengantarmu sampai disini saja. Jaga dirimu baik-baik." Arga melepaskan pelukannya dan perlahan berjalan mundur menjauh sambil melambaikan tangannya.
Najwa berjalan masuk sambil terus memandang Arga yang mulai menjauh dari pandangannya.
"Argaaa .... Aku mencintaimu. Aku akan selalu me .... " Suara Najwa terdengar samar di sela suara pengumuman keberangkatan pesawat.
Arga melihat kepergian Najwa dengan tanda tanya di wajahnya. Suara Najwa yang berteriak memanggilnya tak terdengar jelas di telinganya. Wajah sedih Najwa saat berpisah dengannya masih membayang di benaknya.
"Selamat jalan Najwa, semoga selamat sampai tujuan." Arga melambaikan tangannya pada pesawat yang sudah lepas landas membawa Najwa bersamanya.
Arga berjalan keluar bandara menuju tempat mobilnya di parkir. Setelah itu, ia memacu mobilnya menuju perkebunan teh miliknya.
🌹🌹🌹
Hari ini Nada berniat untuk pergi mengunjungi Andini dan bayinya di rumahnya. Nada mengajak Nisa untuk ikut bersamanya. Rasa kangen melihat kelucuan bayi Andini membuat Nada tak sabar untuk segera sampai di rumah Andini. Sambil membawa bingkisan buat si kecil berupa susu dan pakaian bayi beserta perlengkapan lainnya, Nada melangkah masuk menuju teras rumah yang terbuka.
Terdengar jelas suara tangis bayi yang menangis keras dan suara Andini yang berusaha menenangkan bayinya.
"Cup cup sayang .... Udah ya nangisnya, anak Ibu pinter." Andini terlihat menggendong bayinya, mendekapnya di dada sambil terus menepuk nepuk punggungnya.
"Assalamualaikum Mba Andini"
"Waalaikum salam, Bu Dokter. Mari masuk Bu." Suara Andini menyambut Nada ramah.
Nada menyentuh bayi Andini dan merasakan hawa panas keluar dari tubuh mungil bayi Andini.
"Badannya panas, Mba." Nada meraba kening dan leher si kecil.
"Barusan abis imunisasi DPT di posyandu, nggak berapa lama badannya langsung panas. Udah di kasih obat sama dokternya. Tapi nggak bisa masuk, dimuntahin terus."
" Ohh gitu, nggak terasa udah hampir tiga bulan ya usianya. Makanya sudah imunisasi DPT. Siapa namanya Mba?"
"Dea Lola Ananda, Dokter"
🌹🌹🌹
Happy reading ya all 😘😘
Oh iya, mau bilang makasih bangett buat ka Redi yang udah banyak kasih saran, masukan, dukungan buat eneng dalam penulisan kali ini. Inshaa Allah, ke depannya bisa lebih baik lagi 🙏.
Jangan kapok ngajarin eneng ya ka 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Lina Castano Thekelijie
suka sama karakter nada 😍
2021-08-03
4
Tina
waww gak kerasa ya thor udah 3 bulan 🤭🤭🤭
2021-07-03
1
Diana Marwah
Dh 3 buln lagi, Bayinya,,, gk Terasa ya,,,
2021-06-02
0