Kita ke Rumah Sakit ya Mba, biar Mba Andini bisa langsung di tangani sama Dokter Kandungan disana," bujuk Nada sambil mengusap punggung Andini.
Andini meringis menahan sakit, "Biaya Rumah Sakit mahal, Dokter. Saya dan Suami nggak akan mampu membayarnya"
"Biaya persalinan sudah di tanggung sama Perusahaan tempat Suami mba Andini bekerja. Jadi, Mba nggak usah pikirkan lagi masalah biaya." Nada berusaha meyakinkan Andini.
"Bidan Yati sedang berada di luar kota, saat ini Rumah Sakit adalah pilihan yang paling tepat. Fasilitasnya lebih lengkap, perawatan setelah melahirkan juga di pantau dengan baik. Jadi, Mba Andini bisa beristirahat lebih nyaman setelah melahirkan. Mau ya Mba?" Nada memohon.
🌹🌹🌹
"Bertahan ya Mba, sebentar lagi kita sampai di Rumah Sakit. Mba Andini pegang tangan Saya," Nada memeluk bahu Andini yang gelisah duduk menahan nyeri di bagian perutnya. Sesekali mulutnya mengerang sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Aarghh .... Sakit Dokter. Arghhh!" Andini berusaha menahan suaranya.
Arga melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, sudah hampir setengah jam perjalanan menuju Rumah Sakit.
"Jangan mengejan, Mba. Tahan!" seru Nada mencoba menahan Andini yang mulai mengejan. Tangannya mulai terasa kram saat Andini terus meremas tangannya kuat.
Andini mencoba mengatur nafasnya. Perutnya terus mengalami kontraksi. Nada menyapu peluh di kening Andini, sambil tangannya terus menggenggam erat tangan Andini.
"Alhamdulillah, Kita sudah sampai. Nada, tunggu disini. Biar Aku saja yang ke IGD." Arga berlari keluar dari mobil sementara Nada tetap menunggu di dalam mobil menemani Andini.
Tiba-tiba Andini merasakan sesuatu mengalir di antara kedua pahanya, air ketubannya pecah. Nada terkejut melihat air yang mengalir tepat di bawah kakinya. Walaupun Dia seorang Dokter, ini pengalaman pertamanya menemani seseorang yang akan melahirkan. Perasaannya campur aduk.
Tak lama kemudian Arga datang bersama beberapa Perawat dengan membawa brankar untuk Andini yang akan membawanya menuju ruang IGD.
Andini segera mendapat penanganan, Dokter memberinya bius epidural untuk menahan rasa nyerinya melalui suntikan pada celah tulang belakang.
Lima belas menit kemudian tampak Surya, Suami Andini datang tergopoh-gopoh dengan membawa tas perlengkapan Bayinya.
"Dimana Istri Saya, Dokter?" tanya Surya pada Nada.
"Sudah di ruang bersalin Pak Surya, sedang di tangani Dokter," sahut Nada.
"Syukurlah," Surya mengusap wajah dengan kedua tangannya. "Terima kasih, Dokter. Terima kasih Tuan Arga, terima kasih sudah sangat banyak membantu Kami. Hanya Allah yang bisa membalas semua kebaikan Kalian kepada Kami. Terima kasih"
Arga menepuk bahu Surya perlahan. "Sama-sama Pak Surya, hanya ini yang bisa Kami berikan buat Pak Surya yang sudah banyak membantu Saya di Perkebunan"
"Ooeee .... " terdengar suara jeritan keras dari dalam ruang bersalin. Surya segera berlari mendekati pintu ruangan bersalin, bahunya tampak bergetar hebat. Lelaki itu menangis sambil menengadahkan tangannya ke atas. "Alhamdulillah ya Allah, segala puji bagi-Mu," ucapnya lirih.
🌹🌹🌹
Nada menutup mulutnya dengan tangannya, memandang penuh keharuan pada Bayi mungil yang sedang menyusu dengan kuat di dada Andini. Bayi mungil perempuan yang cantik dengan rambut tebal menghias kepala kecilnya.
Andini tersenyum menatap bayinya, wajahnya di penuhi dengan air mata bahagia.
"Selamat datang Anakku sayang," di kecupnya dahi mungil Bayinya.
"Boleh Aku menggendongnya?" tanya Nada berjalan mendekati Andini.
"Tentu saja boleh, Dokter. Terima kasih untuk segalanya, Dok."
Nada memandang Bayi mungil dalam gendongannya. Takjub melihat keindahannya, "Assalamualaikum Princess, ini Tante Nada. Selamat datang di dunia," Nada menggenggam jari mungil itu dan mulai mencium lembut wajahnya. Sungguh sebuah pengalaman yang luar biasa di rasakan Nada bisa menjadi bagian dari proses kelahiran bayi Andini, terlibat langsung dan menjadi bagian dari kebahagiaan Andini dan keluarganya.
🌹🌹🌹
Sepanjang perjalanan pulang di dalam mobil, Nada lebih banyak melamun. Kenangan tentang almarhumah Ibunya yang meninggal sesaat setelah melahirkannya kembali memenuhi pikirannya.
Arga yang heran melihat Nada yang hanya diam membisu, mencoba bertanya.
"Ada apa, Nada. Dari tadi Aku lihat Kamu diam saja."
"Aku hanya teringat Ibu Ku," sahut Nada lirih. Di palingkannya wajahnya, menatap lurus pada lelaki di depannya. "Bagaimana dengan kabar kedua Orang Tua Mu?"
"Orang Tua Ku tinggal di Jakarta, alhamdulillah kabar mereka baik. Bagaimana dengan kedua Orang Tua Mu Nada?"
"Ayah Ku tinggal di Bandung, saat ini Beliau sedang berada di Balikpapan mengurus perusahaan tambangnya disana. Ibu Ku sudah meninggal dunia saat melahirkan Aku," jelas Nada sambil menatap jalan di depannya.
"Maaf, aku nggak bermaksud membuat Kamu sedih." Arga menatap lembut. Nada tersenyum kecut.
"Nggak masalah, udah lama berlalu. Aku hanya terharu melihat kelahiran bayi Mba Andini." Nada kembali tersenyum. "Syukurlah, misi kemanusiaan kita berhasil."
Tak terasa waktu berjalan cepat, malam sudah datang menjemput. Arga menurun kan Nada tepat di depan Klinik kesehatannya. Nada melambaikan tangannya sesaat sebelum mobil Arga berlalu meninggalkannya. Selamat malam Nada, mimpi indah dalam tidur Mu, bisiknya dalam hati.
🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Anita
💜💜💜💜💜💜💜💜💜
2021-12-27
2
Sukarmi Iskandar
aku mampir kak dan langsung like
2021-07-26
0
Tina
iy miimpiin kamu arga
2021-06-30
0