Nada memandang lembut wajah nenek Retno yang sedang tertidur pulas di ranjang besarnya. Nafasnya terdengar halus dan lemah. Kemudian dibetulkannya letak selimut nenek yang kini sudah melorot sampai di pinggangnya. Perlahan Nada duduk di sisi kanan tempat tidur, menggenggam tangan nenek yang sudah keriput dan meletakkannya di pipinya.
Ada rasa haru yang menyertai perasaan sedih Nada yang tak bisa ia ungkapkan saat ini, saat mengingat kata-kata Azka tentang penyakit yang diderita nenek Retno.
Untuk pertama kali dalam hidupnya Nada merasakan kasih sayang seorang nenek yang tak pernah ia miliki. Nenek Retno yang sayang dan begitu perhatian padanya.
Teringat bagaimana keseruan hari liburnya bersama nenek saat membuat kue Brownies Coklat Keju, dan perhatian nenek padanya yang rela bersusah payah membawakan sekeranjang buah untuknya. Tak terasa setitik air mata jatuh menetes di pipi halus Nada.
"Sehat-sehat terus ya, Nek. Nada sayang sama Nenek." Nada mencium pipi nenek dan perlahan beranjak keluar dari kamar nenek.
Azka yang masih duduk di sofa ruang tamu hanya dapat menghela nafas panjang saat melihat Nada yang keluar dari kamar nenek dengan wajah yang terlihat muram.
"Kasihan nenek. Di masa tuanya seperti ini, harusnya ada yang menemaninya. Nenek sering merasa kesepian. Nenek butuh teman." Nada berkata lirih.
Azka beranjak dari duduknya, berjalan mendekati Nada, menepuk lembut bahunya.
"Jangan sedih gitu, dong? Semangat, kalau Kamu sayang nenek, jangan perlihatkan wajah sedihmu di hadapan beliau. Oke!" Azka tersenyum. "Kamu kan Dokter, harusnya lebih tahu gimana caranya menghadapi pasien lansia seperti nenek."
"Iya, maaf. Aku jadi terbawa suasana. Buat Aku pribadi, nenek bukan hanya sekedar pasien. Nenek Retno sudah Aku anggap seperti nenek Aku sendiri." Nada mencoba tersenyum. Untuk sesaat dipandangnya wajah lembut lelaki di hadapannya itu. "Makasih, sudah mengingatkan."
🌹🌹🌹
Sambil menunggu nenek bangun dari tidur siangnya, perbincangan mereka lanjutkan di teras rumah.
"Sepertinya akan lebih akrab kalau kita bicaranya saling panggil nama saja, tanpa embel-embel Dokter di depannya. Gimana, setuju?"
"Tapi, Dokter senior Aku. Sepertinya tidak sopan hanya memanggil nama saja," sahut Nada.
"Saya akan perlakukan teman sejawat saya sebagai saudara kandung!" Azka mengangkat tangan kanannya ke atas sambil menyebutkan salah satu dari isi sumpah Hippocrates. "Jadi, perlakukan Aku seperti Kamu memperlakukan dirimu sendiri. Oke!"
Ada rasa kagum yang terlihat jelas dari sorot mata Nada saat melihat Azka yang dinilainya sangat tegas dan menjunjung tinggi etika kedokteran. Dan Azka menyadari arti tatapan mata itu, saat mata keduanya saling bertemu pandang. Nada tersipu malu dan segera membuang pandangannya ke arah lain, sementara Azka tersenyum lebar melihatnya.
Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang menatap marah dan kecewa melihat keakraban Nada dan Azka. Dari dalam mobil yang berhenti didekat pagar rumah besarnya, matanya lurus menatap tajam pada kedua orang yang sedang berbincang akrab tanpa menyadari kehadirannya. Arga berusaha bersikap tenang dan menahan emosinya. Tangannya menggenggam erat kotak mungil yang sudah sejak tadi ada dalam kantung jaketnya. Entah mengapa, ia tak suka melihat Nada yang terlihat begitu lepas tertawa dan senang saat bersama dengan Azka. Berbeda saat bersama dengannya, Nada tak pernah bersikap seperti itu. Nada bahkan menjaga jarak dengannya.
🌹🌹🌹
"Ehemm."
Arga melangkah menuju teras rumah sambil berdehem hingga mengejutkan Nada dan Azka.
Azka yang melihat kedatangan Arga langsung berdiri dan menyambutnya dengan pelukan.
"Apa kabar, Bro."
Arga membalas pelukan Azka sambil menepuk punggung sahabatnya itu. Senyum lebar menghias wajah tampan Arga, sekilas diliriknya Nada yang hanya terdiam melihat kehadirannya. Entah kenapa, Arga merasakan sesak di dadanya melihat Nada yang seolah tak acuh melihat dirinya.
Lekukan angkuh di bibir Arga dan sikap Arga yang dingin saat masuk ke rumah, meluruhkan keinginan Nada untuk menyapanya.
Nada terang-terangan menunjukkan sikap tidak senangnya. Terlihat kerut samar di dahi Arga dan sinar mata yang terkejut menerima tatap mata Nada yang bermusuhan.
Nada membuang pandangannya ke arah lain, merasa kesal dengan sikap angkuh Arga yang lucunya justru terlihat alami dan pantas di wajah tampan Arga.
Azka yang tak menyadari aura permusuhan yang terjadi di sekitarnya hanya tersenyum menanggapi sikap diam Nada pada Arga.
"Sebaiknya lu beristirahat dulu, Ga. Itu badan sepertinya harus dibersihkan deh." Azka berkata sambil menjauhkan dirinya dari Arga. "Badan lu lengket, Bro!"
"Iya, mending mandi dulu deh sana." Nada tiba- tiba bicara sambil menatap sekilas wajah Arga.
"Kok tahu kalau aku belum mandi," tanya Arga.
"Rambutmu berantakan, dagumu masih di tumbuhi rambut halus. Kamu seperti orang yang baru bangun tidur, bukan seperti orang yang habis bepergian!" Nada menutup mulutnya malu saat menyadari Arga yang menatapnya tajam sambil mengusap-usap dagunya pelan.
Ya Allah, mengapa laki-laki itu bisa memporak porandakan hatiku.
🌹🌹🌹
Happy reading All 😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Risdawati Sinurat
cemburu !!😋
2021-08-05
2
Lina Castano Thekelijie
ketika raga tak sejalam dengan isi hati... oh nada lagi labil yak 😁😁
2021-08-03
4
Tina
ya Allah sabar aja ya nada 😁
2021-07-04
0