"Kak Nada kenal sama Cowok tadi?" tanya Nisa penasaran.
"Nggak tuh!"
"Kok Dia tau nama Kakak?"
"Paranormal kali, bisa tebak nama," Nada menjawab asal.
"Hahaha, Kak Nada bisa aja. Dia itu Tuan Arga, pemilik baru perkebunan teh di desa kita ini Kak. Udah kaya, ganteng, baik, ramah lagi. Type suami idaman banget pokoknya"
"Kok Kamu tau banget sih siapa Dia. Jangan bilang kalau Kamu juga suka sama Dia"
"Hehe, naksir doang Kak. Nggak lebih." Nada hanya tersenyum menanggapi ucapan Nisa, senang melihat keceriaannya lagi.
🌹🌹🌹
Hari berlalu, Nada mulai di sibukkan dengan pasien yang datang ke kliniknya.
Nisa yang membantunya, tampak kewalahan saat berusaha menenangkan seorang anak lelaki kecil yang menangis keras karena ingin ikut Ibunya yang sedang memeriksakan kandungannya.
Bi Ani yang keluar rumah menuju klinik untuk mengantar sarapan pagi, terkekeh geli melihat Nisa. Segera di taruhnya dua porsi nasi goreng lengkap dengan telor ceplok di atasnya.
"Sini biar Bibi aja yang gendong, Non Nisa sarapan dulu. Sekalian tolong bawakan sarapan Non Nada ke dalam," Bi Ani mengambil anak yang berada dalam gendongan Nisa. Menepuk perlahan punggungnya sambil mengayunkan tubuhnya dan mulai bernyanyi.
"Makasih Bi Ani, jadi ngerepotin." Nisa tersenyum lega. Tak mudah memang menenangkan anak kecil yang rewel, apa lagi dirinya yang tidak punya pengalaman sama sekali dalam mengasuh anak kecil.
Tak butuh waktu lama, anak lelaki itu terlihat mulai tenang dan mengantuk hingga akhirnya tertidur di bahu Bi Ani.
Tiba-tiba dari arah depan klinik terdengar suara gaduh, seorang lelaki tampan berbadan tegap keluar dengan tergesa dari dalam mobil dan dengan cepat membuka pintu di belakangnya. Tak lama kemudian keluar lelaki paruh baya menggendong seorang wanita yang terlihat lemas, pucat pasi dengan mata terpejam.
Dengan sedikit berlari kecil, lelaki itu menerobos masuk ke dalam klinik.
"Permisi Nona, maaf, dimana Saya bisa bertemu dengan Dokter di klinik ini. Ada wanita pingsan yang butuh penanganan segera," kata Arga dengan wajah terlihat cemas.
Nisa bengong melihat lelaki di hadapannya.
"Nona, please. Ini darurat." Arga mengusap kasar rambutnya.
"Eh, iya. Maaf, Dokter Nada sedang sarapan. Sebentar saya panggilkan"
Nada yang mendengar keributan di depan segera berlari keluar. "Tolong bawa wanita ini ke dalam," perintahnya.
Nada memandang gemas lelaki di hadapannya. Heh, dia lagi. Kenapa harus selalu bertemu dia lagi sih.
"Apa yang terjadi, bagaimana bisa dia tidak sadarkan diri seperti ini?" tanya Nada meminta penjelasan. Pandangannya mengarah pada Arga yang berdiri tak jauh dari meja kerjanya.
Arga mengernyitkan dahi menatap heran wanita cantik yang kini memakai jubah kebesaran dan stetoskop di lehernya, benar-benar tak menyangka kalau dokter yang di carinya adalah Nada.
Nada meraba denyut nadi wanita di hadapannya, memakai stetoskop dan mulai memeriksa pasien di depannya. Usianya masih sangat muda, kurang lebih tujuh belas tahun, badannya kurus dan lemah dengan detak jantung yang bergerak cepat. Nada menurunkan stetoskopnya mengarah ke bagian lambung.
Perlahan mata yang terpejam itu mulai terbuka, berputar lemah melihat ke sekeliling ruangan. "Saya dimana, Saya kenapa dokter?"
"Maaf, Kamu sekarang berada di klinik Saya. Tadi Kamu pingsan di perkebunan," sahut Nada sambil tersenyum ramah. "Siapa nama Kamu?"
"Rima Anjani Dokter, makasih sudah menolong Saya. Tapi maaf, Saya nggak punya uang untuk membayar biaya perobatan Saya," sahut Rima cepat.
" Tidak masalah, Saya tidak akan meminta biaya sepeser pun padamu. Untuk saat ini, yang terpenting adalah kesehatanmu. Tunggu disini sebentar saja, ada yang ingin Saya tanyakan lebih lanjut sama Kamu."
Nada meminta pada yang lainnya untuk menunggu di luar ruangan karena ia ingin bicara hanya berdua saja dengan Rima. Ada yang mengganjal di hatinya melihat keadaan Rima yang membuat hatinya jadi trenyuh, melihat kenyataan di usia yang terbilang masih sangat muda harus bekerja di saat seharusnya anak seusianya sedang asyik menikmati masa remajanya.
🌹🌹🌹
"Kita bicaranya santai aja ya, nggak usah tegang gitu. Panggil Saya Nada saja, oke," Nada tersenyum ramah. "Rima sering mengalami pingsan, atau gejala yang lain yang buat Rima nggak nyaman?" Nada mulai pertanyaannya.
"Suka mual-mual gitu Dok, mulut rasanya asem. Kalau habis makan malah tambah parah sakitnya"
"Itu karena asam lambungnya naik ke kerongkongan. Di dalam kerongkongan bagian bawah ada katup yang dalam keadaan normal akan terbuka untuk menerima makanan atau minuman menuju lambung untuk dicerna. Setelah makanan atau minuman tadi masuk ke lambung, maka katup ini akan menutup kembali untuk mencegah isi lambung naik kembali ke kerongkongan," Nada berusaha menjelaskan semudah mungkin agar bisa diterima dengan baik oleh Rima.
"Pada kasus Rima saat ini, katup itu tidak berfungsi dengan baik. Katup itu melemah sehingga tidak menutup dengan baik, jadi makanan yang sudah masuk tadi kembali naik ke kerongkongan. Itulah yang menyebabkan Rima suka mual dan merasa asam di mulut." Rima hanya menunduk pasrah mendengar penjelasan Nada.
"Jangan mudah stres, perbaiki pola makan secara teratur. Jangan makan pada saat perut benar-benar terasa lapar, karena itu akan mempengaruhi kerja lambung"
"Bagaimana cara Saya bisa mengatur pola makan Dokter, Saya harus bekerja. Upah yang Saya terima tidak cukup untuk kebutuhan hidup sehari-hari, bisa makan sehari sekali saja sudah sangat bersyukur," Rima menutup wajahnya mencoba menahan air mata yang mulai mengalir di pipi pucatnya. Nada memegang lembut tangan kurus Rima mencoba memberi kekuatan.
"Rima harus tetap semangat ya. Yang sabar, Allah tidak akan memberi cobaan di luar batas kemampuan umat-Nya." Nada memeluk tubuh Rima lembut. "Aku akan bicara pada pemilik perkebunan, semoga saja ada solusi terbaik. Inshaa Allah"
🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Fikavindia
bagus banget ceritanya
2022-05-06
1
RINDU ⭕
Sukses selalu buat Author sayang
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
2022-01-03
1
Anita
🌷🌷🌷🌷🌷🌷
2021-12-27
2