Sudah masuk bulan ke-tiga Alea menghilang dari rumahnya, Alea tak pernah sekalipun memberikan kabar kepada Laura dan Gabby. Alea memang sengaja melakukan itu karena Alea takut jika dirinya kembali pulang ke rumah Alea akan mengalami hal sama. Saat ini Laura dan Gabby sama sekali tidak memperdulikan kepergian Alea dari rumah justru mereka berdua sangatlah senang karena baik Laura maupun Gabby bisa dengan leluasa menguasai rumah tersebut.
Hari ini Laura berencana untuk bertemu dengan pengacara yang bernama Pauran, rencananya Laura dengan ngin meminta agar supaya semua harta warisan yang ditinggalkan mendiang suaminya yang sudah di wariskan kepada Alea agar si berikan kepadanya dengan alasan Alea pergi meninggalkan rumah.
Laura sudah bersiap-siap untuk berangkat ke kantor pengacara Pauran, Laura hanya datang sendirian karena putrinya Gabby sedang kuliah. Dengan wajah berseri-seri dan hati yang penuh harapan Laura berangkat menujuh kantor Pauran. Sepanjang jalan menuju ke kantor pengacara Laura sudah membayangkan bahwa dirinya akan menerima uang yang banyak, Laura juga sudah menyusun rencana kedepannya apa yang akan di lakukan olehnya ketika uang itu sudah di genggamannya. Laura menghayal bisa berbelanja semua barang-barang yang di inginkannya.
Lima puluh menit sudah Laura memacu kendaraannya, eh maksudnya mengendarai mobil milik Alea Laura hanya meminjam. Dengan perasaan bahagia Laura memarkirkan mobilnya di halaman kantor Pauran. Setelahnya Laura melangkah masuk kedalam kantong Pauran penuh dengan percaya diri.
"Selamat pagi, pengacara Pauran ada?" tanya Laura pada receptions.
"Ada bu, maaf apakah ibu sudah buat janji terlebih dahulu?" ucap receptions.
"Belum," jawab Laura jujur.
"Maaf bu, ibu seharusnya buat janji terlebih dalu jika ingin bertemu dengan pak Pauran," jelas receptions.
"Aku minta kamu sekarang hubungi pak Pauran, katakan padanya bahwa Laura istri Macz Welency ingin bertemu," ujar Laura dengan gaya sombongnya.
"Baik, silahkan ibu tunggu sebentar," jawab receptions, dia pun segera menghubungi Pauran melalui panggilan telpon.
Setelah berbicara dengan bos nya receptions itu pun mempersilahkan Laura untuk bertemu dengan Pauran di ruangannya.
"Sudah ku bilang apa, makannya kerja yang becus," ujar Laura sambil menatap receptions itu dengan tatapan merendahkan. Setelah itu Laura segera menuju ke ruang tempat Pauran berada. Laura membaca sebuah papan yang tertempel di salah satu pintu, di papan tersebut bertuliskan Pauran SH. Laura yakin jika itu ruang kerjanya Pauran.
Laura lalu mengetuk pintu tersebut. Beberapa saat kemudian terdengar suara dari dalam ruangan tersebut.
"Masuk...."
Laura pun segera masuk sesuai dengan instruksi yang dia dengar tadi.
"Selamat pagi pengacara Pauran," sapa Laura sambil tersenyum ramah.
"Selamat pagi bu, silahkan duduk," ucap Pauran mempersilahkan Laura duduk.
"Tumben kesini, ada perlu apa?" tanya Pauran tanpa berbasa-basi dengan Laura. Jujur Pauran tidak menyukai Laura setelah mendengar beberapa kali sahabatnya Macz Welency bercerita tentang Laura.
"Ah pak pengacara santai dulu lah," ujar Laura berusaha mengambil hati Pauran.
"Maaf bu, tapi kerjaannya saya sedang menumpuk. Katakan padaku ada apa sehingga ibu repot-repot menemui saya di kantor," ujar Pauran. Pauran mengabaikan sikap Laura.
"Baiklah, jadi begini. Sebenarnya Alea putri tiri saya sudah pergi dari rumah entah kemana, jujur saja saya tidak tau kemana Alea pergi," ucap Laura.
"Terus...,"hanya satu kata terucap Pauran.
"Jadi berhubung Alea pergi dari rumah, apakah bisa harta warisan yang di berikan almarhum suami saya kepada Alea di berikan pada saya," ujar Laura dengan senyuman.
"Tidak bisa...," jawab tegas Pauran.
"Tapi kenapa, Alea sudah pernah dari rumah dan aku tidak tau kemana Alea pergi," ucap Laura tak percaya.
"Masalah itu gampang, aku bisa mencari tau kemana Alea pergi," jawab Pauran. Pauran menatap Laura tanpa ekspresi.
"Bagaimana caranya, aku sudah mencoba mencari Alea kemana-mana tapi tidak menemukan Alea," ujar Laura berbohong.
"Aku bisa mengecek transaksi terakhir Alea melalui atm yang di gunakan Alea," terang Pauran.
"Ha...." Laura terkejut dengan ucapan Pauran.
"Tapi.....itu tidak mungkin," ujar Laura.
"Kenapa tidak mungkin, saya bisa meminta polisi untuk mencari Alea," jawab Pauran.
"Atm Alea ada padaku," ucap Laura
Dalam hatinya Laura mulai merasa sedikit tidak tenang.
"Oh, jadi atm Alea ada sama ibu Laura, tapi bagaimana bisa?" tanya Pauran menyelidiki.
"Alea yang memberikan pada ku," jawab Laura kembali berbohong.
"Ibu yakin Alea yang sudah memberikan arm itu sama ibu?" Pauran tak percaya dengan perkataan Laura.
"Ya .. yakinlah," jawab Laura ragu-ragu.
Melihat ekspresi Laura yang tidak meyakinkan saat menjawab pertanyaannya Pauran langsung merasa yakin jika atm Alea diambil paksa oleh Laura.
"Berikan atm Alea pada saya," ujar Pauran sambil mengulurkan salah satu tangannya pada Laura.
"Untuk apa? atm ini Alea sendiri yang memberikan pada saya. Jadi saya tidak akan memberikan atm ini sama pak pengacara," tolak Laura.
"Berikan atm itu pada saya atau saya laporkan ibu dengan tuduhan pencurian!" ancam Pauran. Pauran benar-benar tidak ingin berbasa-basi lagi dengan Laura.
Mendengar ucapan Pauran sontak saja membuat Laura terkejut tapi Laura tidak ingin menyerah atm Alea.
"Aku tidak mau, Alea sendiri yang memberikan pada ku jadi biar Alea yang mengambilnya sendiri," ujar Laura. Laura tak berniat menyerahkan atm itu pada Pauran, jika Laura menyerahkan atm itu dari mana dirinya dan Gabby memenuhi semua kebutuhannya.
Untuk kedua kalinya Pauran melihat penolakan Laura dan hal itu membuat Pauran lebih yakin lagi bahwa atm itu sudah diambil paksa oleh Laura.
"Jadi ibu Laura lebih memilih berada di dalam penjara dari pada menyerahkan atm Alea!" ujar Pauran tegas. Laura pun nyalinya langsung menciut.
"Tapi, bisakah saya mendapatkan transferan bulan jika atm ini saya berikan pada anda?" ujat Laura dengan suara pelan.
"Tidak bisa, karena surat wasiat Macz Welency hanya Alea lah yang berhak menerima uangnya," ujar Pauran.
"Tapi kalau atm ini saya berikan dari mana saya dan putri saya nakan?" ucap Laura dengan ekspresi wajah bingung dan sedih. Pauran justru hanya mengangkat bahunya sebagai jawaban.
"Berikan atm itu pada ku atau saya telpon polisi sekarang juga," ancaman Pauran.
Laura tak berkutik saat mendengar ancaman Pauran padanya, mau tak mau meskipun dengan perasaan berat Laura memasukkan tangannya ke dalam tas jinjingnya untuk mengambil atm Alea. Setelah mengeluarkan atm dari tas Laura menyerahkan atm tersebut dengan hati yang sama sekali tidak ikhlas pada Pauran. Dalam hatinya Laura memaki pria yang ada di hadapannya saat ini.
Setelah menyerahkan atm itu Laura pamit pulang. Laura pulang dengan perasaan kacau. Bagaimana tidak dengan menaruh keyakinan dalam dirinya akan menerima harta warisan justru sebaliknya sumber keuangannya justru raib. Laura memasuki rumahnya dengan langkah lesu, baru saja Laura duduk Gabby tiba-tiba masuk kedalam rumah.
"Bu, bagaimana apakah kita mendapatkan uang warisan?" tanya Gebby langsung tanpa melihat kondisi Laura yang lemas.
"Tidak ada uang sepeserpun,"jawab Laura.
"Terus bagaimana, tapi kita kan masih punya atm anak bodoh itu," ujar Gabby cuek.
"Atm nya sudah diambil sama pengacara, sekarang kita tidak punya uang sama sekali," ujar Laura.
"Ha...kok bisa? terus kita bagaimana bu?" ujar Gabby.
"Kamu berhenti kuliah dan cari kerja, karena ibu tidak mungkin bekerja," ucap Laura.
"Aku tidak mau, pokonya aku harus tetap kuliah bagaimana pun caranya. Ibu harus mencari uang !" ujar Gabby.
"Terserah....!" balas Laura, setelahnya Laura melangkah masuk kedalam kamarnya meninggalkan Gabby seorang diri.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
ORC
Semangat , ceritanya seru 🍒
2023-08-15
0
Rahma AR
semangat
2023-04-17
0
🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻
Makin Seru Kk
Syukurin Mampus lah
Ry Benci Pakpol Mampir
2023-04-06
0