Bab 15 BAHASA ATAU SEDIH

Sudah dua minggu Alea tinggal di keluarga pak Eh, Alea kini meskipun pertemuannya dengan keluarga pak Eh terbilang singkat akan tetapi keluar pak Eh menyambut kehadiran Alea dengan sangat baik. Di keluarga sederhana ini Alea kembali merasakan kasih sayang dan kehangatan keluarga, Alea sudah dianggap anak oleh pak Eh dan Siti. begitu juga dengan Nur putrinya pak Eh mengapa Alea sebagai kakak perempuannya.

Selama Alea tinggal di rumah pak Eh Alea memperhatikan bagaimana kehidupan keseharian keluar barunya itu,. meskipun kehidupan mereka tergolong sederhana bahkan terkadang kurang keluarga pak Eh tetap memperhatikan kebutuhan Alea. Pak Eh dan Siti sudah beberapa kali lebih dulu memenuhi kebutuhan Alea dibandingkan dengan keperluan mereka dan Alea sangat tersentuh akan hal itu.

Alea menikmati setiap masakan yang dibuat oleh ibu angkatnya yaitu bu Siti. Meskipun masakan Siti masakan yang sederhana Alea tetap bisa memakannya dengan nikmat, Alea seringkali menghabiskan nasih karena sangking enaknya masakan Siti.

Karena Siti bisa memasak masakan yang enak Alea memiliki ide untuk membuatkan sebuah warung makan untuk Siti.

"Bu..." panggil Alea. Alea kini memanggil Siti dengan panggilan ibu.

"Ya, Alea..." jawab bu Siti.

"Bu, aku punya ide, ibu kan pintar masak masakan ibu juga sangat enak. Bagaimana kalau ibu buat warung makan," ucap Alea.

Hahahaha

Bu Siti tertawa mendengar ucapan Alea.

"Ada-ada saja kamu nak, mana ada orang yang mau beli masakan ibu," sambung bu Siti.

"Bu, beneran, masakan ibu itu enak," ujar Alea serius.

"Menurut kamu masakan ibu enak tapi belum tentu orang lain berfikir seperti itu," sangga bu Siti.

"Kenapa kita nggak coba aja dulu, nanti aku bantuin ibu di warung," Alea mencoba meyakinkan ibu angkatnya.

"Alea, kalau pun kita mau jualan, kita butuh modal dan ibu tidak punya uang," jawab bu Siti.

"Soal itu ibu nggak usah khawatir, Alea punya," ucap Alea sambil tersenyum.

"Nggak, ibu nggak mau pake uang kamu Alea," tolak bu Siti.

"Ibu, Alea anak ibu bukan?" ucap Alea sambil memasang wajah sedih.

"Jelas Alea anak ibu," potong bu Siti.

"Tapi ibu nggak beber-bener menganggap Alea anak ibu, Aku sedih," ujar Alea.

"Kenapa bicara seperti itu, ibu sama pak Eh sayang sama Alea," ujar bu Siti sambil merangkul tubuh Alea supaya Alea ada dalam dekapannya.

"Tapi ibu nggak mau pake uang aku, aky sedih," ucap Alea sambil bersandar di dada bu Siti. Alea seperti anak kecil yang sedang merajuk saat ini.

Sementara Alea berada di pelukan bu Siti pak Eh pulang ke rumah.

"Ada apa ini, kenapa saling berpelukan?" tanya pak Eh setelah melihat Alea dan. bu Siti saling berpelukan.

"Ini pak, ibu nggak mau terima uang aku," jawab Alea dengan wajah sedih.

"Begini pak, Alea mengusulkan sama ibu untuk buka warung jual makanan, mana ada uang kita buat modal," terang bu Siti.

"Oh, nak Alea, modal untuk memulai usaha itu butuh uang yang banyak," terang pak Eh.

"Alea punya uangnya," ujar Alea.

"Itu uang kamu, kami tidak berani memakainya. Simpan saja dulu," ucap pak Eh. Pemikiran pak Eh dan bu Siti ternyata sama.

Mendapatkan penolakan dari pak Eh dan bu Siti atas usulnya membuat Alea semakin sedih, niat Alea tulus ingin membantu keluarga barunya. Kepala Alea langsung tertunduk, pipinya langsung mengembung dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Sungguh Alea merasa tak berguna dan hanya menjadi beban untuk pak Eh dan keluarganya.

Hiks

Hiks

Hiks

Alea mulai terisak.

Pak Eh dan bu Siti menatap Alea dengan perasaan binggung.

"Alea, kenapa menangis?" tanya bu Siti.

"Bapak sama ibu nggak mau pake uang Alea, Aku merasa bahwa aku cuma jadi beban saja anak yang tidak berguna," ucap Alea di selah-selah tangisnya.

"Jangan seperti itu, kamu bukan beban buat kami," ucap pak Eh tulus.

"Kalau begitu, pake uang Alea ya buat modal usaha. Aku janji tidak akan meminta gantinya," ujar Alea.

"Tapi bagaimana kalau dagangannya tidak laku pasti rugi," ujar pak Eh ragu.

"Tak apa pak, yang penting kita sudah berusaha. Aku tidak akan minta ganti rugi, Alea anak bapak sama ibu," ujar Alea mencoba meyakinkan orang tua angkatnya.

"Terimakasih nak, sungguh kamu adalah salah satu berkah yang Tuhan kirimkan untuk kami," ujar pak Eh terharu.

Karena kegigihan Alea untuk meyakinkan orang tua angkatnya akhirnya pak Eh dan bu Siti menyetujui usul Alea mereka pun segera menghitung kira-kira berapa modal awal yang mereka butuhkan untuk memulai usaha. Setelah menghitung kira-kira berapa banyak model yang di perlukan bu Siti dan pak Eh terkejut dengan nilai yang tertera di atas kertas sebagai jumlah uang yang mereka butuhkan, jumlah hampir menyentuh enam juta seumur-umur pak Eh dan bu Siti belum pernah memegang uang sebanyak itu. Alea tersenyum kecil melihat ekspresi wajah pak Eh dan bu Siti.

Alea mengambil kertas yang bertuliskan nama-nama bahan dan juga barang yang di butuhkan. Alea mulai menghitung jumlah uang simpanannya.

"Kapan kita akan mulai berdatangan?" tanya Alea antusias.

"Tapi Alea, uangnya sangat banyak dari mana uang itu?" tanya bu Siti.

"Uang aku bu, uang aku cukup," jawab Alea sambil tersenyum.

"Yakin?" tanya pak Eh sambil menatap Alea serius.

"Yakin pak, bagaimana kalau besok kita belanja," usul Alea. Karena sudah tidak bisa lagi menolak keinginan Alea pak Eh dan bu Siti menyetujui usul Alea.

Keesokan harinya pagi-pagi Alea, Nur dan bu Siti pergi ke pasar untuk berbelanja semua kebutuhan yang mereka perlukan. Sementara itu pak Eh tidak tinggal diam, pak Eh mulai mempromosikan usaha baru mereka meskipun belum mulai berjualan. Beberapa tetangga yang pernah merasakan masakan bu Siti menyambut baik kabar tersebut.

Hari mulai siang bu Siti dan kedua putrinya sampai di rumah setelah selesai berbelanja. Wajah Alea yang bisanya terlihat bersemangat kini tiba-tiba menjadi pucat, kepalanya terasa sakit sedangkan pandangan matanya mulai berkunang-kunang.

Bruk

Alea jatuh pingsan. Pak Eh dan bu Siti juga Nur langsung panik melihat Alea tiba-tiba saja ambruk.

"Alea....Alea..." panggil pak Eh sambil menepuk-nepuk pipinya Alea. Alea tak bergeming.

"Pak, bawah Alea ke mantri!!" ujar bu Siti. Pak Eh langsung bergegas memapah tubuh Alea dalam gendongannya.

Pak Eh dengan paniknya membawa Alea ke tempat matri yang tempatnya kebetulan jaraknya lumayan jauh dari rumah. Dalam perjalanan banyak orang melihat pak Eh mengendong Alea mereka oun bertanya-tanya ada apa dengan Alea. Beruntung di tengah jalan pak Eh bertemu dengan tetangga sebelah rumah.

"Pak, kenapa Alea?" tanya tetangga

"Pingsan, mungkin kecapean," ujar pak Eh sambil terus berjalan.

"Ayo pak, aku bantuin, bapak taru Alea di belakang saya nanti bapak di belakang pegangin Alea," ujarnya. Pak Eh pun langsung mengikuti ucap tetangganya.

Alea di bawah dengan motor tetangganya pak Eh. Sampai di tempat matri Alea langsung di bawah masuk ruang pemeriksaan. Pak mantri mulai memeriksa kondisi Alea. Setelah selesai pak mantri memanggil pak Eh.

"Pak, selamat ya, sebentar lagi bapak akan punya cucu," ucap pak mantri. Pak Eh hanya bisa ternganga mendengar ucapan pak mantri.

"Hamil?" ujar pak Eh.

"Iya, dimana suaminya?" tanya pak mantri.

Bersambung

Terpopuler

Comments

🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻

🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻

Aduh Alea hamil anak Olan
Semoga Mereka cpt bertemu kasihan Alea
Ry Benci Pakpol mampir

2023-04-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!