Meskipun Olan sudah meminta tolong pada temannya untuk mencari Alea tetap saja Olan masih belum bisa tenang. Mimpi buruk selalu menemani tidur Olan, bahkan Olan pernah menjerit dalam mimpinya sampai adiknya bernama Beby terbangun.
Di karenakan tidur tidak nyenyak kondisi Olan kini sungguh sangat memprihatikan, lingkaran berwarna hitam kini menghiasi mata Olan belum lagi kondisi tubuh Olan semakin tidak fit. Berat badan Olan sedikit menyusut wajahnya pun pucat.
Seperti biasa jam untuk sarapan pagi Linda dan Ravlin beserta Beby sudah duduk di meja makan kini tinggal menunggu Olan datang untuk bergabung. Tapi sebelum Olan datang terjadi pembicaraan singkat di meja makan.
"Mam, ada apa dengan kak Olan?" tanya Beby.
"Sepertinya Olan dalam masalah," timpal Ravlin.
"Mama, juga sudah beberapa kali melihat Olan sedang melamun seperti memikirkan sesuatu," ucap Linda.
"Bukan hanya itu mam, pap. Aku juga pernah beberapa kali mendengar Olan teriak tapi Olan nya tidur, kak Olan seperti sedang mimpi buruk," terang Beby.
*Pasti sudah terjadi sesuatu pada Olan, tapi Olan tidak cerita sama kita, mam," ucap Ravlin yakin.
"Mama pikir juga begitu," jawab Linda.
Tuk
Tuk
Tuk
Suara langkah kaki Olan menghentikan pembicaraan di meja makan.
Olan duduk di kursi yang biasa digunakannya. Setelah Olan duduk mata Linda, Ravlin dan Beby langsung tertuju pada Olan. Olan masih belum menyadarinya, Olan mengambil nasih goreng di piring besar dan memindahkan di atas piringnya. Karena tatapan orang-orang di sekitarnya Olan merasakan ada aura yang berbeda di ruang makan.
Olan pun memindahkan tatapan dari piring ke arah mamanya yang kebetulan duduk tepat di hadapan Olan.
"Ada apa?" tanya Olan. Jujur Olan merasa terganggu dengan tatapan keluarganya.
"Ada yang perlu kamu sampaikan pada kami, Olan?" ucap bu Linda.
"Maksudnya?" tanya Olan tidak mengerti dengan maksud perkataan mamanya.
"Olan, jika ada masalah sebaiknya kamu berbagi dengan kami keluarga mu jangan di simpan sendirian," ujar Ravlin.
"Tapi sungguh, Olan baik-baik saja," Kilah Olan. Olan merasa jika dirinya baik-baik saja padahal tidak demikian.
"Sarapan dulu, nanti selesai sarapan baru kita lanjutkan lagi bahasa soal anak kita pah," bu Linda memberikan saran. Bu Linda sengaja melakukan itu supaya mereka bisa menikmati sarapan pagi.
Mereka pun melanjutkan sarapan paginya tak ada yang bersuara suasana di meja makan sangat hening, hanya ada suara sendok dan garpu yang mengeluarkan suara itu pun karena sendok dan garpu saling beradu. Olan bisa merasakan aura ketegangan di ruang makan tapi Olan tidak tau apa penyebabnya.
Sarapan pagi pun selesai Laura dan Ravlin suaminya duduk bersandar di senderan kursi. Beby baru saja meletakkan gelas berisi air putih baru saja diminumnya. Olan sudah selesai sarapan akan tetapi kepalanya tertunduk seakan enggan untuk menatap keluarnya.
"Semua sudah selesai sarapan, papa tunggu di ruang keluarga," ucap Ravlin tegas. Mendengar ucapan papanya nyali Olan menciut.
Tanpa aba-aba Linda, Beby dan Olan segera mengikuti langkah Ravlin ke ruang keluarga. Tiba di ruang keluarga Laura duduk persis si samping suaminya, Beby duduk di ujung sofa sedang Olan duduk di sofa khusus satu orang.
"Olan, mau bicara sekarang?" tanya Ravlin sambil menatap putrinya.
"Olan, tidak mengerti maksud papa apa?" Olan bukan mulai bercerita tetapi malah bersikap seolah tidak ada masalah.
"Olan, mulut kamu boleh tidak mengakui tapi tidak tubuhmu, teriakkan-teriakkan kamu fi tengah malam sudah cukup membuktikan bahwa kamu sedang tidak baik-baik saja," ucap Ravlin. Olan terkejut dengan perkataan papa, dirinya tak menyangka jika mimpi-mimpi buruknya ternyata di ketahui oleh keluarganya. Olan terdiam.
Ravlin Linda dan Beby menunggu jawaban dari Olan, sudah beberapa detik berlalu tapi Olan belum juga buka mulut.
"Olan, ada apa? katakan pada kami apa masalah mu biar kita sama-sama cari jalan keluarnya," ucap bu Linda setengah memohon. Olan pun masih belum membuka mulutnya, Olan kembali diam.
Ravlin menatap Olan putranya dengan tatapan penuh sidik.
"Olan, apa kamu sudah menggunakan obat-obatan terlarang, Olan, jawab pertanyaan mama sama papamu!" seru Ravlin yang mulai tak sabaran. Ravlin mulai gerah dengan sikap diam Olan.
"Olan tidak pernah menyentuh barang haram itu papa," jawab Olan.
"Terus apa masalah mu nak, apa kamu habis nabrak orang?" bu Linda mencari alternatif lain atas sikap Olan.
"Bukan, Olan tidak pernah menabrak orang mah," sangga Olan.
"Kamu mau terus diam atau papa yang akan cari tau sendiri apa masalah mu Olan?" ujar Ravlin. Olan langsung menggelengkan kepalanya cepat.
Raut wajah Olan kini berubah sendu, rasa takut menyelimuti pikirannya.
"Olan....Olan...." Olan terbata-bata tak sanggup melanjutkan kata-katanya.
"Ada nak, cerita sama kami," ucap bu Linda memohon.
"Sepertinya Olan sudah memperkos4 anak orang mah, pah," akhirnya Olan bisa mengatakan kalimat itu, sebuah kalimat pengakuan.
Haaa...
Satu kata yang singkat terucap secara bersamaan oleh Ravlin, Laura dan Beby. Sungguh mereka bertiga terkejut mendengar ucapan Olan barusan.
"Maksudnya apa ini, Olan?" ujar bu Linda tak percaya.
"Kamu bercanda kan, Olan?" tanya Ravlin tak percaya.
Olan menarik nafas panjang sebelum melanjutkan pengakuannya.
"Olan, tidak bohong. Sepertinya Olan sudah melakukan hal tercela pada seorang gadis," ucap Olan. Mama papa Olan memandang Olan dengan mata terbuka lebar.
"Maksudnya kamu beneran sudah memperkos4 anak orang?" ucap bu Linda shock. Olan pun mengangguk. Ravlin dan istrinya langsung terkulai lemas.
Olan kini hanya bisa menunggu apa yang akan di lakukan orang tuanya padanya, Olan pasrah.
"Olan, bagaimana bisa kamu melakukan itu nak!" ucap bu Linda airmatanya mulai menetes dari kedua matanya.
"Maaf mah, tapi sungguh Olan tidak bermaksud seperti itu!" Olan mencoba membelah diri.
"Kamu sudah melecehkan anak orang, kamu bilang tadi bermaksud!" ujar Ravlin marah. Ravlin tidak menyangka putra kebanggaannya mampu melakukan hal kotor dan menjijikkan.
"Olan, tidak sengaja melakukan itu," ucap Olan.
Plak
Sebuah tamparan keras mendarat si pipinya Olan. Bu Linda menampar Olan.
"Mah, pah maaf. Tapi sungguh Olan tidak sengaja," ucap lirik Olan. Olan memegangi pipinya yang memerah karena tamparan mamanya.
"Tidak sengaja! coba jelaskan pada kami kenapa kamu sampai melakukan tindakan yang sangat menjijikkan itu Olan!" seru Ravlin.
"Minuman Olan ditebak," jawab Olan.
"Di jebak bagaimana maksudnya,?" tanya bu Linda penasaran.
"Waktu itu Olan datang di ulang tahunnya Tommy, Olan tidak tau kalau minum Olan sudah dikasih obat sama mereka," terang Olan. Olan mengatakan yang sesungguhnya karena tidak ingin disalahkan meskipun dirinya bersalah.
"Ya Tuhan, terus bagaimana dengan gadis itu?" tanya bu Linda.
"Waktu Olan bangun gadis itu sudah pergi. Olan sudah beberapa hari ini mencari gadis itu tapi belum ketemu," jawab Olan.
"Kamu benar-benar tidak tau siapa gadis itu, dimana tinggalnya?" tanya Ravlin.
"Jangankan tau siapa gadis itu dimana tinggalnya, namanya saja Olan tidak tau," jawab Olan dengan suara memelas.
"Olan, kamu harus bertanggung jawab," ujar bu Linda.
"Iya mah, saat ini Olan sudah meminta tolong sama temen untuk membantu Olan mencari gadis itu," terang Olan. Ravlin sebagai kepala keluarga, bu Linda sebagai mamanya Olan menarik nafas lega setelah tau putranya mencari gadis itu.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻
Makin Seru Kk
Semoga Olan bs bertemu dgn Ale
Ry Benci Pakpol Mampir
2023-04-03
0