Happy Reading 🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡
"Bu, masa Cia dihukum cuci toilet sih Bu. Kan Om Delvan udah jelasin." Protes Cia tak terima saat Zaenab malah menghukum nya mencuci toilet dipagi hari.
"Ini bukan masalah Om-om kamu itu Cia. Ini masalah kamu yang kesiangan lagi." Omel Zaenab kesal karena dari tadi Cia terus protes
"Kan hari Minggu Bu," Cia masih tidak terima.
"Kagak usah banyak protes, mending kamu bersihin tuh semua toilet yang ada disini." Ketus Zaenab meninggalkan Cia yang masih menggerutu.
"Cia." Adit datang dan menyetorkan senyuman manisnya.
"Ehh Kak Adit." Balas Cia tersenyum.
"Biar Kakak bantuin ya." Tawar Adit.
"Kagak usah Kak. Tapi kalau Kakak mau, Cia enggak bisa nolak heheh." Gadis itu cenggesan.
Adit terkekeh pelan, menolak tapi mau. Aneh-aneh saja Cia ini.
"Ya udah sini Kakak bantu. Tapi setelah ini kamu temanin Kakak keluar bentar ya, Kakak pengen ketemu klien," ujar Adit.
"Lho kok ketemu klien hari Minggu Kak. Gak weekend klien nya?" Tanya Cia heran.
"Teman Kakak, biasalah sekalian nongkrong." Sahut Adit tersenyum.
"Ayo Kak."
Cia semangat empat lima, dia memang selalu menularkan senyum positif. Wajahnya ceria seperti tak pernah mengalami masalah. Padahal semalam dia menangi semalaman karena teringat dirinya yang akan menikah diusia muda dan calon Ibu mertuanya malah ingin bertemu dengan kedua orangtuanya dikampung. Cia sudah panik cara menjelaskan pada kedua orangtuanya. Dan lihatlah, pagi nya dia seperti tak mengalami masalah apapun.
Kedua nya membersihkan semua toilet yang ada dikost. Bukan hanya sekali gadis ini dihukum oleh Zaenab tapi hampir tiap hari dan anehnya Cia sama sekali tidak tobat. Dia masih saja berulah setiap hari yang membuat Zaenab terus mengomel.
"Sini Kakak ikat rambut nya. Kamu itu selalu aja enggak mau ikat rambut." Omel Adit.
"Hehe Cia lupa Kak." Gadis itu hanya tersenyum tanpa dosa. Dia memang jarang mengikat rambut nya apalagi pendek sampai bahu.
Adit tersenyum hangat. Dia masih penasaran, apakah benar jika Cia ini adalah calon istri Delvano? Tidak mungkin tidak ada sesuatu karena kedua orang ini tampak mencurigakan. Adit tidak mau jika Delvano hanya ingin mempermainkan Cia. Dia tidak ingin gadis kecilnya ini disakiti oleh lelaki tak bertanggung jawab.
"Ya udah kamu mandi dulu ya siap-siap, Kakak juga mau mandi," ucap Adit meletakkan ember dan sikat lantai
"Iya Kak. Maaf ya Kak Cia ngerepotin jadi enak hati Cia." Gadis itu menggaruk tengkuknya sambil cengengesan.
"Enggak enak Cia," ralat adik.
"Itu maksudnya Kak."
"Ya udah kamu mandi gih cepat, ntar keburu siang, panas." Suruh adik.
"Ohh iya siap Kak." Gadis itu melenggang masuk kedalam kamarnya.
Adit juga membersihkan diri kedalam kamarnya dan bersiap-siap untuk menemui temannya.
Adit bekerja sebagai konsultan bangunan. Dia biasa menangani proyek seperti pembangunan tempat-tempat umum, jembatan atau perbaikan jalan. Itulah sebabnya dia tidak bisa tinggal menetap kadnag juga harus keluar kota beberapa bulan sampai setengah tahun, resiko pekerjaan nya.
Dia adalah putra tunggal Zaenab, Ayah nya sudah meninggal sejak dia kecil karena serangan jantung. Adit tumbuh bersama sang Ibu. Terkadang dia berat meninggalkan Ibu nya sendirian, tapi demi masa depan dan kebahagiaan sang Ibu dia harus menahan rindu nya.
"Tumben pagi-pagi udah cakep! Mau kemana?" Tanya Netthy menyelidik.
"Jalan. Biasalah cewek cantik selalu banyak yang ajak jalan." Celetuknya sambil mengibaskan rambut nya ke belakang.
"Cia, kamu mau keluar sama Adit kan?" Zaenab duduk dikursi meja makan, "Nih Ibu nitip belanjaan ntar kalau pulang jangan lupa. Liat disitu ada catatan nya," ujar Zaenab menyerahkan selembar kertas dan beberapa lembar uang berwarna merah dan biru.
"Rezeki anak sholeh," seru Cia mengambil uang dan kertas itu.
"Cia sisanya bagi-bagi ya?" Bisik Natha.
"Tenang aja, ntar gue bagi rata." Senyum gadis itu.
"Awas lho kalau enggak bagi kita," ancam Mella.
Cia mengedipkan matanya jahil. Tak heran kalau Zaenab selalu menyuruh nya belanja kebutuhan ke pasar. Cia pintar tawar menawar kadang uang belanja yang diberikan Zaenab tersisa cukup banyak dan Cia yang ambil ujungnya anggap saja sebagai ongkos dia berangkat ke pasar.
"Cia, udah siap?"
Adit menghampiri mereka. Dia memakai kaos oblong berwarna putih serta celana jeans berwarna hitam pekat dan jacket kulit. Penampilan nya sangat tampan apalagi jika dia tersenyum. Tak heran jika Adit menjadi incaran para anak-anak di kost.
"Kak Adit ganteng banget sihhh!" Seru Netthy genit.
"Kagak usah genit sama anak Ibu. Dia udah punya cewek." Ketus Zaenab.
Sedangkan Adit hanya tersenyum saja. Sifatnya ramah dan murah tersenyum, mudah bergaul dengan siapa saja.
"Bu, Adit keluar sebentar sama Cia." Dia menyalami Zaenab.
"Iya, kamu hati-hati. Jangan lupa pesanan Ibu sama tuh tukang makan," ucap Zaenab menyinggung Cia.
Namun yang disinggung santai-santai saja sambil mencomot gorengan yang dibuat Zaenab diatas meja.
"Ayo Cia." Ajak Adit.
"Iya Kak." Cia berdiri. Dia mengelap tangannya yang berbinyak di baju Netthy
"Cia." Hardik Netthy kesal "Loe pikir baju gue kain lap apa?" Protes Netthy.
"Emang loe tahu apa yang gue pikirin?" Ujar Cia santai sambil menggantung tas nya dibahu.
"Ya kagaklah emang gue bisa baca pikiran." Ketus Netthy kesal
"Kalau enggak tahu jangan asal nuduh." Celetuk Cia.
Mereka yang lainnya menggeleng kepala saja. Cia memang paling jago membuat orang kesal dengan sifatnya yang ceroboh itu.
Setelah berpamitan keduanya berangkat. Hanya Cia yang bisa sedekat itu dengan Adit. Sedangkan anak kost yang lainnya menatap iri pada Cia.
"Bisa pasang helm nya?" Adit tersenyum ketika melihat Cia kesusahan memang helm itu.
"Bisa Kak." Cia tersenyum. Padahal dia selalu kesusahan kalau memasang helm dikepalanya.
"Sini Kakak bantuin." Segera Adit membantu gadis itu memasang helmnya.
"Hehe, makasih Kakak ganteng." Goda Cia.
"Kamu ini, ayo cepat naik." Adit geleng-geleng kepala.
"Siap Kak."
Adit menjalankan motornya dengan pelan. Dia sedang menabung untuk membeli mobil. Untuk sementara tidak apa naik motor dulu kemana-mana, nanti kalau tiba waktunya dan uangnya sudah terkumpul banyak dia bisa membawa Cia jalan-jalan dengan mobil mewah hasil keringat nya sendiri.
"Kak, kita mau kemana sih?" Tanya Cia sedikit berteriak.
"Dicaffe tempat kamu kerja." Jawab Adit, "Teman Kakak nunggu disana." Sambungnya.
Cia mengangguk dan beroh-ria saja. Cia paling suka naik motor. Dia bisa menghirup udara sebebas mungkin berbeda dengan naik mobil, meski aman dan tidak panas tapi tidak bisa menikmati udara bebas.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Sandisalbiah
pesona gadis kampung... cowok² pd pengen di kintilin.. 😅😅
2023-09-15
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝘬𝘭 𝘬𝘦𝘵𝘦𝘮𝘶 𝘋𝘦𝘭𝘷𝘢𝘯𝘰 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘋𝘦𝘭𝘷𝘢𝘯𝘰 𝘤𝘦𝘮𝘣𝘶𝘳𝘶 𝘯𝘪𝘩 🤭🤭
2023-05-20
0
Aidah Djafar
gemnes 😀😀😍
2023-04-19
0